02. Blind Date Still Happen

100 17 2
                                    

Cora menarik nafasnya, gugup. Selama hidupnya dua puluh lima tahun, baru kali ini dia merasakan yang namanya Blind Date. Tentu saja waktu lima tahun dengan Bryson menyita banyak waktunya. Sebagian hidup nya sebagai remaja berkepala dua di temani dengan mantan nya itu. Jadi Cora tidak pernah khawatir tentang percintaan nya. Namun sekarang semua berbeda. Dia harus menyiapkan alasan paling masuk akan untuk natal nanti, saat keluarga besar nya pasti akan menanyakan kapan Cora dan Bryson akan melaksanakan pernikahan yang tidak mungkin akan terjadi sekarang.

Untuk kesekian kalinya bel pada pintu masuk Cafe dengan nama Green Nature ini berbunyi. Laki - laki tinggi mengenakan kemeja biru tua berlengan pendek dan celana jeans putih panjang itu bertatapan dengan Cora. Saat itu juga Cora berpikir kalau dia adalah Kenji, teman kencan Grace. Cora berdiri untuk menyapa si laki - laki yang menatap nya serius, seakan Cora habis berbuat kesalahan, "Grace?" Tanya si lelaki.

Cora mengangguk, "Kenji, right?" Balas Cora. Mereka berjabat tangan sebagai formalitas kemudian keduanya duduk. Kenji duduk berhadapan dengan Cora yang saat ini sedang bermain peran menjadi Grace.

Laki - laki di hadapannya memiliki fitur wajah yang tajam, Cora yakin orang - orang akan takut padanya saat pertama kali melihatnya. Kenji membuka buku menu, canggung. Dia tidak tau harus berbuat apa saat ini.

"Udah lama nunggunya?" Tanya Kenji.

"Nggak, Gue juga baru sampe," Kata Cora bohong. Dia sudah berada di Cafe Green Nature ini selama satu jam, menunggu kedatangan Kenji.

Kenji hanya mengangguk untuk menanggapi jawaban dari Cora. Setelah menyebutkan menu makanan yang mereka pesan, canggung kembali menyelimuti mereka berdua. Sesekali Cora melihat ke arah Kenji yang sibuk memainkan jam tangannya, Cora tau laki - laki di hadapannya merasa tidak nyaman karena Cora juga merasakan hal yang sama.

"Kegiatan nya apa aja sehari - hari?" Tanya Kenji, lagi, berusaha membangun chemistry yang sejak awal tidak ada disana.

Cora mengedipkan matanya beberapa kali untuk mengingat apa yang dilakukan Grace, "Kerja sih kalo weekday," Kata Cora.

Kenji menengguk minuman nya sedikit, kemudian kembali menatap ke arah Cora, "Berarti kalo weekend libur?" Cora mengangguk.

"Lu gimana?" Tanya Cora, sedikit ragu saat bertanya, "Sorry, maksudnya lu ngapain aja?"

Tanpa ragu Kenji menjawab, "Waktu gue banyak kesita di rumah sakit sih," Jelasnya.

"Lu sakit?"

Kenji tertawa sedikit, "Bukan, gue dokter."

Cora membulat kan matanya seraya mengucap banyak kata sumpah serampah untuk dirinya sendiri dan mulutnya yang terkadang tidak mengenal kata rem, "Ahh keren..."

Beberapa menit kemudian makanan mereka datang. Cora memesan Spaghetti Bolognese with extra cheese, sedangkan Kenji memesan Nasi goreng seafood lengkap dengan beberapa sayur disana. Lima menit pertama mereka hanya fokus menikmati makanan yang mereka pesan. Apabila yang di hadapannya adalah Grace, Cora akan teriak memuji seberapa enak nya Spaghetti yang dia makan sekarang.

Cora adalah pecinta makanan. Baginya, hal yang paling menyenangkan di dunia untuk dilakukan adalah makan dan tidur. Jadi tidak heran kalau Cora lebih suka berada di rumah dari pada harus berada diluar ruangan terus - terusan seperti yang dilakukan oleh Grace.

"How's Los Angles by the way?" Tanya Cora. Dia tiba - tiba teringat salah satu point dari catatan Grace yang mengatakan kalau laki - laki di hadapannya ini tinggal cukup lama disana. Cora merasa lucu karena sejak dia di umur sembilan tahun, dia selalu suka dengan Los Angles.

"Hot... and fun. Persis kaya yang ada di GTA," Jawab Kenji, asal di bagian akhir.

Cora tertawa, "Gue belum pernah kesana, tapi gue suka banget sama LA."

"Oh iya? Why?"

Cora berhenti mengunyah makanan nya kemudian menatap ke Kenji serius, "Hollywood pasti, karena gue penyuka film jadi kaya big things aja you know..."

Kenji mengangguk paham, "Surga nya penyuka film sih memang disana," Kata Kenji, "Lu harus coba kapan - kapan kesana," Tambahnya.

"It's on my list already kok," Kata Cora, tersenyum. Kemudian kembali melanjutkan makan nya. Memasukan kembali makanan paling enak yang pernah dia makan beberapa bulan ini. Sebab biasanya dia hanya beli mie instan atau onigiri dari supermarket sebelum sampai di apartemen, atau paling mentok memesan sushi yang rasanya semakin biasa saja di lidahnya.

"I can be your tour guide," Kata Kenji, berhasil kembali mengembangkan senyum Cora.

"Noted, Sir."

Seiring berjalan nya dentuman detik, tidak terasa mereka mengobrol selama tiga jam lamanya. Cora tidak menyangka kalau Kenji dan dirinya memiliki banyak persamaan dalam banyak hal. Seperti Cora tidak menyukai makanan yang terlalu pedas begitu juga laki - laki di hadapannya. Cora menyukai musim dingin, begitu juga dengan Kenji. Ketegangan yang semula menyelimuti mereka perlahan hilang bersama dengan lantunan live musik yang entah sejak kapan mulai bermain. Cora terlalu asik berbincang tentang banyak hal dengan laki - laki yang menyebut namanya Kenji ini sampai tidak menyadari apa yang bergerak di sekitarnya.

Kenji tertawa puas, "Itu bakal jadi moment tak terlupakan sih pada akhirnya."

"Tapi emang kora - kora tuh serem gak sih? ya i mean cuma di ayun aja tapi rasanya kaya mau jungkir balik," Jelas Cora.

"Setuju," Kata Kenji, "Gue bakal jadi manusia yang menolak sih kalo di ajak ke tempat bermain kaya gitu lagi, seru sih, cuma bukan tempat gue aja."

Cora mengangkat gelas nya yang berisi white wine, mengajak Kenji bersulang ke sekian kalinya, "Same," Kata Cora.

"Toast untuk kita yang gak akan pernah ngedate ke tempat bermain yang extreme," Sahut Kenji, mengadu gelas nya dengan gelas Cora.

Cora tersenyum, "Cheers!"

Jam sudah menunjukan pukul dua belas malam. Pengunjung Cafe yang semula memenuhi semua meja kini satu persatu pergi meninggalkan Cafe. Terima kasih kepada Grace yang selalu memilih tempat mengobrol yang memiliki jam hingga pagi. Cora rasanya tidak mau pulang karena percakapan nya dengan Kenji berjalan dengan sangat lancar. Semua nya terlihat sangat mudah dan bahagia saat berbicara dengan laki - laki yang rambutnya sudah sedikit berantakan dari pertama kali Cora melihatnya, "Udah setengah satu, lu besok kerja kan?" Tanya Kenji.

Cora mengangguk, kepala nya sudah sedikit pusing akibat minuman yang mereka pesan, "Gue anter pulang, lu bawa mobil?"

"Eh gak usah, gue gak bawa mobil sih tapi gak usah soalnya jauh. Lu besok kerja kan?"

"Kerja gue nyantai," Sahut Kenji.

Cora mengerutkan keningnya bingung, kemudian tertawa, "Dokter mana yang nyantai?"

Kenji tersenyum, kemudian merangkul Cora keluar dari Cafe dan menuntun nya masuk ke dalam mobilnya untuk mengantar di perempuan pulang ke apartemen nya.

"Good night," Kata Kenji, sedikit berbisik sebab tidak mau membangunkan Cora yang tertidur di ranjangnya. Kemudian dia pergi keluar dari apartemen Cora dan melajukan mobil nya menuju rumah Kenji yang sesungguhnya dengan senyum di bibirnya, mengingat ulang percakapan antara dirinya dan Cora malam ini.

•••••

Invisible StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang