05. It's Unfair

56 7 0
                                    

Cora merapikan rambut nya setelah menghabiskan waktu sekitar setengah jam hanya untuk mengeritingkan rambut nya. Dia mengecheck sekali lagi HP nya untuk memastikan tidak ada pergeseran jam di Cafe. Setelah nya dia menaruh ulang semua alat make up dan berangkat ke Cafe. Hari ini jadwal dia untuk shift pagi. Agak melelahkan sebab kemarin malam waktu nya di habiskan mendengarkan Grace cerita masalah di kantor nya yang membuat teman nya itu harus mengulang semua pekerjaan nya. Total tidur yang baru dia dapatkan hanya sekitar tiga jam. Seperti biasa mobil yang Cora bawa dia taruh di Andomart beda dua toko dari Cafe nya, lalu dia berjalan untuk memulai shift nya.

Perempuan yang hari ini hanya mengenakan kaos hitam dan celana jeans highwaist kesukaan nya itu terlihat telaten mempersiapkan semua nya. Selesai briefing dengan anak - anak di shift pagi, Cora berjalan ke meja depan bersiap di posisi nya hari ini.

Keadaan pagi di Cafe seperti biasa, hanya di isi dengan beberapa anak muda yang datang untuk memesan kopi sebagai bekal sarapan pagi ke kantor. Dulu Cora sering melakukan ini. Dia selalu memulai harinya dengan minum kopi yang dipesan di lorong MRT sebelum masuk kantor. Cora rindu dengan kehidupan nya di dunia perkantoran, tapi rasanya masih belum siap kalau harus kembali terjun ke dunia yang membawa nya menjadi orang setengah gila selama hampir setahun lama nya. Bahkan setelah gabung ke Marigold, bulan awal kerja Cora masih selalu menangis begitu sampai di apartemen nya. Beruntung dia bertemu dengan Vion yang selalu menghibur Cora begitu tau bahwa alesan Cora resign dari kerjaan yang sebelum nya.

"Temen lu hari ini dateng gak, Ra?" Tanya Vion, menanyakan kehadiran Grace seperti biasa.

"Gak tau, dia lagi pusing sama kerjaan nya sih," Jelas Cora, "Kayaknya sih enggak."

"Kenapa dia?"

"Biasa lah permasalahan miskom sama atasan, terus makin recok karena sambil urus anak PKL," Oceh Cora.

Flo datang sambil menaruh nampan di atas meja, "Emang anak PKL tuh resek - resek."

Cora dan Vion kompak melihat ke arah Flo bingung, "Gue juga sempet kerja di tempat yang terima anak PKL," Jelas Flo, tangan nya bergerak mengikat rambutnya sambil melanjutkan omongan nya, "Tapi kerja nya gak ada yang bener. Itu bocah pada bisa banget ngegampangin pekerjaan nya."

Vion menggeser segelas kopi ke hadapan nya Flo, yang tidak sangka diminum oleh si perempuan. Memang seperti nya emosi Flo sedang mendidih, "Gapapa Flo?" Tanya Cora.

"Sorry, gue kesel banget sama anak kosan gue," Jelas Flo.

"Maba yang kemaren lu cerita?"

Flo mengangguk, "Gak ada sadar nya, masa jam dua pagi masih main kartu? mana berisik banget."

"Lu lapor aja lah ke ibu kos?" Kata Vion.

Untung nya Cafe sedang kosong di jam ini, mereka bisa pakai waktunya untuk berbincang. Saat jam memasuki waktu istirahat Cora yakin dia tidak akan bisa untuk sekedar berbicara santai. Bahkan sering kali Dia, Vion dan Flo hanya bicara lewat mata. Seolah mengerti apa yang dimaksud. Salah satu alasan Cora betah bekerja ada di Marigold adalah dia bertemu dengan partner kerja sebaik Vion dan Fio. Walaupun baru beberapa belakangan ini Flora berbicara santai dengannya tapi entah kenapa Cora merasa sangat bisa menjadi teman dekat dengan Flo. Saat bicara dengan Flo beberapa kali sebelumnya memang banyak obrolan yang nyambung, namun Flo dulu katanya masih ragu dan malu untuk menyapa Cora. Tapi belakangan ini berkat Vion yang suka sekali mengajak mereka makan setelah jam kerja selesai, Cora merasa Flo mulai membuka diri untuk dekat dengan Cora.

"Udah, tapi belum direspon juga." Flo menenggak kopi terakhirnya, "Gue rasa juga ibu kost nya naksir sama brondong."

"Hush! mulut lu tuh ya Flo, bener - bener deh," Tegur Vion.

Invisible StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang