07. He Never Think This Could Happen

29 7 0
                                    

Kian sedang berada di rumah Kenji. Laki - laki ini bersikap seolah baru pertama kali datang ke pernikahan orang lain. Fakta nya sudah banyak pernikahan yang dia singgahi namun kali ini berbeda, Kian akan datang dengan seseorang. Dia sadar saat sampai di rumah nya bahwa dia melakukan hal bodoh dengan menawarkan diri menjadi pasangan nya Cora di acara pernikahan ini. Kian berkali - kali menyakinkan diri nya bahwa yang dia lakukan hanya sekedar membantu Cora, dia berkali - kali bilang kalau tidak mungkin dirinya akan jatuh cinta pada wanita yang melempar nya batu. Usai bercerita tentang kejadian dia bertemu dengan Cora di Andomart sore itu, Kian menjadi bahan tawa oleh teman - teman nya. Zio bilang berkali - kali bahwa Kian menaruh perasaan pada Cora, Niko menyarankan Kian untuk membuka hati ke Cora. Namun semua omongan teman - teman nya itu diabaikan karena dia yakin diri nya dan Cora hanya kebetulan.

“Jadi nanti nih lu bakal pura - pura jadi pacar nya dia?” Tanya Kenji, teman nya itu sedang sibuk mengunyah pizza yang Kian bawa tadi. Sedangkan Kian sibuk mencoba beberapa kemeja nya.

“Kurang lebih begitu,” Sahut Kian.

Kenji membenarkan duduk nya, memperhatikan Kian yang tidak selesai memilih kemeja dari lemari miliknya, “Lu beneran gak suka dia An?”

“Nggak!” Jawab Kian, kemudian keluar dari walk in clothes milik Kenji, “Gak mungkin lah gue suka dia. Dia lempar gue batu, kan gue udah bilang.”

“Ya bisa aja dia lempar batu ke lu karena memang hari itu lu nyebelin.”

Kian tersenyum paksa ke arah Kenji, “Thanks?” Katanya, “Bagus putih, biru dongker atau hitam?” Tanya Kian, bergantian menaruh kemeja di hadapan nya agar Kenji memiliki bayangan bagaimana Kian nanti saat memakainya.

“Putih,” Jawab Kenji, cepat, “Tapi ya, buat apa lu repot sampe pinjam kemeja ke gue?”

Kian kembali menaruh kemeja milik Kenji ke dalam lemari, lalu kembali berjalan ke hadapan Kenji, “Gue udah bilang, kemeja gue di tempat laundry semua.”

“Bukannya lu udah ada yang ngurus rumah termasuk baju lu? Baru lu hire bulan lalu kan?”

“Lagi sakit dia, kasian kalo disuruh kerja.”

Kian merasakan Kenji semakin menatapnya dengan tatapan penuh tanya dan heran. Dia tau sahabatnya tidak akan percaya dengan omongannya Kian. Ditambah Kian bukan lah orang yang pandai mengarang cerita dan berbohong.

“Lu gugup ya?” Tanya Kenji. Berhasil membuat Kian merasakan ledakan di hatinya. Apa iya Kian gugup?

“Semenjak lu gak berhasil sama temen kencan lu yang di cafe, jadi rese gini ya?”

“Sialan,” Sahut Kenji. Melempar satu bungkus saus sachet pizza yang ada di dekat nya ke arah Kian yang duduk di atas kasur nya, “Well, semoga berhasil sampe official sama yang ini.”

“Official apasih? gue sama Cora cuma kebetulan. Abis ini palingan juga gak ketemu lagi.”

Kenji berdiri mengambil handuk nya dari dalam lemari, “Gak ada orang kebetulan tiba - tiba nawarin jadi pasangannya buat kondangan.” Kenji kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Kian hanya memutar bola matanya malas mendengar ucapan Kenji barusan.

Kian mengecek jam di HP nya. Sekarang masih jam sepuluh pagi sedangkan dia janjian bertemu dengan Cora di jam empat Sore. Kian masih punya banyak waktu yang bingung dia pakai buat apa. Dia membuka aplikasi di HP nya bergantian untuk mencari kegiatan yang tak kunjung ada. Jantung nya tiba - tiba berdegup kencang saat membaca pesan dari kakak nya yang meminta Kian untuk pulang karena orang tua mereka baru saja sampai di kota ini. Tentu saja Kian dengan cepat menolak permintaan sang kakak, sampai dia mematung membaca pesan terakhir dari kakak nya yang berisi “Mama sakit, pulang dulu.”

Invisible StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang