" Ca, jangan ngelamun"
Jevan menengadahkan kepalanya, menatap Sadewa yang tengah sibuk keringkan rambutnya.
"Siapa yang ngelamun. Mas dewa keringin rambut Eca nya terlalu lembut, Kan mata Eca jadi berat"
Setelah tragedi dirumah jevan, akhirnya om Faris mengijinkan Sadewa untuk kembali membawa jevan pergi. Meski begitu Sadewa rela berkorban untuk terima janji ayah jevan tentang membujuk anaknya agar mau ikut ke Australia, mungkin lain waktu Sadewa akan fikirkan. Untuk sekarang biarkan dia habiskan waktu untuk ciptakan sebanyak mungkin kenangan, sebelum nanti mereka benar benar dipisahkan takdir.
"Nanti sebelum tidur Susu sama Snack nya abisin dulu, soalnya tadi Eca makannya dikit banget "
Sambil dikeringkan, jevan sandarkan kepalanya pada perut sadewa " mas dewa .."
"Hmm.. "
"Makasih ya.. mas dewa udah kasih banyak hal untuk Eca akhir akhir ini. Klo nanti Eca kasih hadiah, kira kira mas dewa mau apa dari Eca?"
Sadewa diam sesaat, menatap tembok dengan diam.
Jangan pergi
"Mas dewa pengen Eca bahagia"
"Eca bahagia kok_" sebentar ia menjauh, bersamaan dengan terhenti nya usapan pada rambut basahnya "_klo sama mas dewa Eca bahagia"
"Klo nggak sama mas dewa?"
"Ya.. Eca nggak bahagia lahh"
Sadewa menjauh, menyimpan handuk jevan juga sembunyikan senyum kecutnya.
"Kok gitu ngomongnya "
Jevan mendengus melirik dewa yang udah siap mau mandi " pokoknya Eca gak mau ikut ayah ke Australia, Eca mau disini aja sama mas dewa"
"Nanti ayahnya sendirian disana, Emang Eca gak kasian? "
"Biarin, ayah kan udah gede. Gak usah Eca temenin_" kaki kecilnya melangkah untuk kembali peluk manja perut sadewa " _eca mau disini aja, mau sekolah disini juga.. nanti berangkat nya dianterin mas dewa, trus klo lulus kan bisa barengan sama wisudanya mas dewa. Udah gitu anter Eca deh ke Australia, buat izin pernikahan kitaaaa"
"Cil, bahasa mu kejauhan "
Tapi daripada hatinya potek, Sadewa juga lebih pilih egois buat dukung ide jevan daripada turuti kemauan om Faris.
"Oh.. atau kita nikah sekarang aja_"
"Stop stop stop!! Susu Milo kamu udah dingin tuh, sana cepet diminum"
Jevan mendadak murung liat Sadewa anggap ucapan nya hanya sebuah candaan, padahal aslinya yang jevan bilang adalah hal serius. Klo nekat, pasti mereka bisa lebih lama lagi buat sama sama.
"Mas dewa, Eca serius.. !!"
Dengan lembut bahunya ditarik, lalu membawanya kearah cermin dimana memantulkan bayangan keduanya " Jevana Saputra _menikah itu bukan perkara mudah. Banyak yang harus kita pertimbangkan, mulai dari materi, fisik, tenaga. Coba kamu bayangin Klo kita nikah sekarang, tanpa adanya persiapan, tanpa adanya bekal_ pasti mas juga bingung kasih kebahagiaan apa untuk Eca nanti. Trus waktu yang harusnya Eca pakai buat Senang-senang main, rasain bahagianya jadi orang sukses harus terenggut karena ketidak bebasan efek setelah menikah. Dampak nya bukan ke kita aja, bisa jadi ke anak kita nanti _"
Nafas jevan memberat, matanya berkaca-kaca.
Ucapan sadewa telak membungkam nya, seakan kembali meremukkan hatinya yang baru saja terobati."Sttt... Udah jangan nangis, itu kan cuma antispasi. Klo Eca mau, mas dewa bisa fikirin itu dari sekarang "
