♛ Episode 7

1 0 0
                                    

Hahaha hihihi huhuhu
Bukankah beginilah poros dunia berputar?
Ada tawa, luka, dan nestapa

Akuntansi.
Mata pelajaran yang begitu disukai tapi juga disegani oleh siswa-siswi dalam jurusannya. Terlebih guru mata pelajaran tersebut biasanya memiliki perangai yang galak dan jarang memiliki toleransi pada murid-murid.

"Ibu maafkan karena kalian termasuk murid berprestasi. Lain kali tolong tanyakan pada teman-teman kalian sebelum hadir, apakah ada pekerjaan rumah yang ibu atau guru lain tugaskan. Jadi kalian tetap dapat mengikuti pembelajaran," ketus Bu Mia Frederick- guru mata pelajaran akuntansi dagang yang memberikan sebuah soal siklus akuntansi. 'Sebuah' tapi sekebon, ups!

"Baik Bu, terimakasih. Kami mohon undur diri," pamit Rivany mewakili Anaya juga pada Bu Mia.

"Assalamualaikum," ucap keduanya lalu melenggang pergi.

Saat langkah mereka mulai jauh dari ruang guru, Anaya berdecak.

"Hahhh, capek banget jadi anak akuntansi ya.  Ga masuk ga tahu ada tugas tetep kena marah huhu," Rivany menoleh ke arah Anaya.

"Iya, sudah begitu yang mengerjakan tapi balance nya beda juga tetep dapat telor bulet. Lumayan ya kalo bisa dimakan bwahaha.." ujar Rivany dengan tawanya yang renyah.

"Mending banget dimakan, ditelen aja pait—" ucap Anaya sambil memperagakan orang yang muntah.

"Sumpah apalagi kalo ga balance, gausah ngarep nilai anjir!" pekik Anaya sembari menggelengkan kepalanya.

"Bwahahaha, kita salah masuk jurusan ya?"

"Kayaknya iya deh!"

Tanpa terasa, mereka pun sampai ke ruang kelas mereka. Suasana kelas terasa sepi, tapi ada seorang siswa yang tengah tersipu menatap sepucuk surat yang digenggamnya.

"Ekheeem, dari siapa tuh" gumam Anaya mencoba mengagetkan Lynara.

"Kamu punya pacar Lyn?" sontak Rivany bertanya.

"Waduh, bentar lagi temen kita sold out dong..." sambung Anaya.

"Yah, bentar lagi kita ditinggal terus sama Lynara yang pacaran. Betewe, PJ bolehlah xixixi," celetuk Rivany.

"Sssssttt apasih kalian," bantah Lynara dengan wajah yang sangat memerah.

"Cieee SALTING!!"

Lynara yang berbunga-bunga itu menatap ke arah jam dinding seolah menantikan sebuah waktu yang akan datang. Entah kencan atau pendekatan, Rivany senang karena sahabatnya bahagia. Ia berharap pria yang membuat pipi sahabatnya bersemu merah itu adalah pria baik yang pantas untuk Lynara yang manis, cantik, baik, dan menggemaskan.

"Woy tiga serangkai.. gua punya bahan naskah nih. Kalian mau baca ngga?" tanya Brandon yang datang entah darimana menyodorkan satu klip naskah yang dia buat pada Rivany.

"Gua buatnya sesuai sama yang di internet sih, cuma ada sedikit modifikasi. Kayaknya bakalan seru deh, tapi agak ekstrim. Gua takut tapi gua tertantang. Menurut pendapat kalian gimana?" ucap Brandon dengan sabar menjelaskan.

Setelah beberapa menit Rivany membacanya bergantian dengan Anaya dan Lynara, mereka pun saling menatap.

"BAGUS, SUMPAH!!" teriak Anaya.

"Iya bener, ini ide bagus sih. Gua setuju banget. Ceritanya jadi fresh gitu," Lynara. Lynara hendak menanyakan pendapat Rivany, namun ia dikejutkan dengan raut wajah sahabatnya yang tidak biasa.

"Rivy, you okay? Kamu pucat lagi," tanya Lynara.

"Ah iya, gapapa kok. Oh iya, gua suka ceritanya. Kita buat kayak gitu aja. Tapi jangan lupa tanya pendapat Denada ya."

Rivany Athala, Ketika Dimensi BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang