♛ Episode 8

2 0 0
                                    

Di dunia yang ramai
Kamu terlihat sangat nyata di depanku
Mengukir senyum di wajahku
Menyebarkan bunga di hatiku
Bagai mentari hangat di pagi hari
Kamu membawa cahaya untukku

"Kamu udah kenyang? Dikit banget," ucap pria yang menatap mata Lynara begitu lekat. Membuat pipi gadis itu merona.

"Jangan lihat aku kayak gitu, aku malu.." ujarnya sambil memalingkan wajah ke arah lain. Lynara begitu bahagia.

"Apa sih, gemes banget deh ahahaha!"

Pipi gadis itu kian memerah, saking panasnya ia jadi tak tahan lagi melempar benda ke wajah yang jadi sumber penyebab panas yang menjalar di wajah Lynara. Begitulah sumpit itu melayang dan mengenai hidung pria tengil itu.

"Awwh sakit tau, Lyn.." dengusnya dengan memanyunkan bibir.

"Ardhan bodoh! Jangan bikin aku salting. Jantung aku kecapean kalau kamu gituin terus," ucap Lynara sambil menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan.

"Jangan disembunyiin, aku jadi gabisa liat..."

Psssshh, bak balon yang mengempis Lynara seperti jelly. OMG!

Siapa yang menyangka? Bahwa mereka berdua yang sudah seperti tikus dan kucing tetangga, ternyata menjalin hubungan? Di depan teman sekolah, mereka tak terlihat seperti seorang pasangan sama sekali. Interaksi keduanya dipenuhi hujatan atau candaan yang cukup kasar. Tapi dibelakang mereka, keduanya begitu romantis?

"Aku denger kalian mau tampilin drama ya. Bu Ina kasih tahu kelas aku lho," ucapnya memulai obrolan sambil menyeruput secangkir kopi panas yang asapnya masih mengepul di udara. Melihat itu, Lynara membatin, tidakkah kopi itu masih panas?

"Ah, multimedia juga tampilkah? Akuntansi gila aja si tuntutannya. Sumpah aku capek. Kasian Rivany sama Anaya, mereka baru balik jadi langsung kena semprot tugas dan macam-macam," jelas Lynara yang mengkhawatirkan kedua sahabatnya.

"Kalian bareng terus ya..." tanya Ardhan dengan senyumannya.

"Iya dong, kalau bisa selamanya hehe. Rasanya aku paling takut kalau harus pisah dan kehilangan mereka berdua," nampak kesedihan di raut wajah Lynara saat mengatakannya.

Ardhan meraih tangan kiri Lynara lalu mengelus halus punggung tangan Lynara.

"Gapapa, kalian pasti bareng terus kok,"

Ardhan tiba-tiba memanggil pelayan. Ia lalu memesan dua gelas ice cream neapolitan dengan taburan buah nangka sebagai toppingnya.

"Kamu pesan dua buat siapa?" tanya Lynara keheranan. Ingin percaya diri kalau pria itu memesan untuk dirinya tapi terlalu takut berharap.

"Emang buat siapa lagi?" Lynara tersenyum. Pipinya lagi-lagi bersemu merah.

"Buat akulah dua-duanya.."

PRANG!
Sendok yang Lynara pegang terjatuh saking terkejutnya ia mendengar Ardhan bicara.

"Ardhan!" Lynara memukul pelan lengan Ardhan.

"AHAHAHAHA IYA BUAT KOK, BEB" ucap Ardhan sambil melindungi tangan dan kepalanya dari pukulan-pukulan Lynara.

"BAB BEB BAB BEB, AWAS AJA KALO PANGGIL AKU BABI!!" tukas Lynara sambil menyilangkan kedua tangannya dan memunggungi Ardhan.

"Beb ih, bukan babi.." protes Ardhan dengan mengucapkannya di bahu Lynara. Sontak membuat Lynara terkejut saat menoleh. Namun ide jahil terlintas di kepalanya.

"Tuh kan kamu bilang babi," tukas Lynara sambil menusuk-nusuk pipi Ardhan dengan jari telunjuk kanan nya.

"Ga gitu ah konsepnya atuh," ucap Ardhan balik, kini ia mencubit pipi Lynara dengan gemas.

Rivany Athala, Ketika Dimensi BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang