01

94 8 10
                                    


♡♡♡


Suara gemuruh orang orang di tempat itu memang khas, terdengar menakutkan juga terlihat mengerikan melihat wajah wajah licik diantara mereka

Ring tinju kumuh tempat mereka berada itu menjadi saksi hidup dan mati pertempuran memperebutkan beberapa rupiah, mereka yang tak punya pilihan lain akan hadir sebagai penantang dan siap untuk bertahan di atas ring

Seperti pemuda tegap berwajah tegas yang berjalan perlahan ke tengah, meski bukan hal pertama baginya namun tetap rasanya sama, ia selalu gugup berada di atas sana, apapun bisa terjadi pada dirinya

Seperti sebagian orang disana, ia tak punya pilihan

"San sikaatt masa mau kalah lagii!" Seru seseorang

San, pemuda itu mendengarnya dengan jelas, namun ia tak begitu menghiraukan, toh ia hanya ingin fokus sekarang

Disela memfokuskan diri, pikirannya terlalu penuh memikirkan alasan ia harus menang kali ini, ia harus mendapatkan uang kali ini, jika tidak semuanya akan lebih rumit

Ayahnya akan marah jika dia pulang tidak membawa uang, ayahnya sedang membutuhkan uang untuk membayar hutang akibat kalah judi, dan marah ayahnya bukan hal yang sanggup San hadapi lagi

Ia tidak ingin dipukul ayahnya, lagi

Wasit memberi arahan pada kedua petarung, lawan San kali ini tentu pria yang lebih tua darinya, namun ukuran badan mereka sama

Pertarungan dimulai, sorak dari pendukung atau apalah namanya disana semakin menjadi, terlihat sangat kacau

San beberapa kali terkena pukulan, namun ia mampu membalikan keadaan, ia lelah, terdengar nafasnya mulai memburu, namun San bisa lebih santai karena lawannya juga mulai kewalahan

Setelah jeda pertandingan, San kembali ke dengan perasaan yang semakin baik, kekuatannya pulih hanya dengan minum air

Pukulan demi pukulan San mampu hindari, dengan cerdik ia mampu memanipulasi lawan dan memukul tepat di bagian tulang rusuk, lawannya tumbang

San menyeringai meski nafasnya memburu, wasit menghitung mundur dan sang lawan tak kunjung bangkit.

Artinya, San menang

Lega rasanya, ia tersenyum tipis tanda bahagia, ia tak perlu takut untuk kembali ke rumahnya malam ini

°°°

"Ini bayaran lo, plus bonus yang gue janjiin karna lo bisa ngalahin dia"

San menerima amplop setengah tebal itu sambil tersenyum kecil menanggapi ungkapan sang promotor pertandingan

"Makasi yaa bang"

Pria itu mengangguk sambil tersenyum kaku, menepuk bahu San sambil berlalu meninggalkan San

San kembali sibuk membereskan barang barangnya, setelah mandi dan berganti pakaian

San melihat dirinya di cermin sejenak sebelum bergegas pergi dari toilet, lebam besar menghiasi ujung mata kirinya, matanya pun ikut terluka karena terlihat merah seperti darah yang membeku

NOT TOO LATE | CHOI SAN | PARK SEONGHWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang