♡♡♡Dua bulan berlalu, San sudah bisa sedikitnya menerima kapergian Ibunya, rutinitas nya pun tak ada yang berubah
San masuk rumahnya yang gelap, menyalakan lampu dan ternyata ayahnya belum pulang, wajar ini masih belum tengah malam untuk ayahnnya pulang
Hari ini ia gagal mendapat uang, karena kalah dalam pertandingan dan ia terlalu stress memikirkan bagaimana menghadapi ayahnya
Terlebih minggu ini adalah hari terakhir pembayaran uang semester, ia cukup frustasi memikirkannya
Sebenarnya, San sama sekali tidak ingin kuliah, ia hanya ingin bekerja setelah lulus SMA, bukan karena ia tidak suka belajar, hanya saja ia tahu ia tidak punya biaya untuk membayar uang kuliah
Saat itu Ibunya yang memaksa dia untuk kuliah, Ibunya menanggung uang kuliahnya setiap semester, dan ia tidak perlu khawatir tentang itu
Namun kali ini, ia tidak dapat bergantung pada siapapun, ia harus mencari uang sediri untuk biaya kuliahnya
"Bahu gue sakit banget" keluh San memutar lengannya sambil menekan area bahu yang terkilir karena bertanding
San menyenderkan tubuh lemasnya, memejamkan mata disana dan mencoba menarik nafas panjang dengan rileks
Tak lama pintu terbuka dengan keras membuatnya sedikit terkejut, menatap apa yang terjadi dan ternyata itu ayahnya
Datang terhuyung huyung dengan botol minuman keras ditangannya
"Ehh bagi duit cepet"
San menelan ludah, ia tidak punya uang untuk bisa menyelamatkannya kali ini
"Gaada pah, San gak dapet uang hari ini"
"Lu makanya yang bener cari duit, gak becus!"
San terdiam, ingin rasanya ia memukul wajah pria itu
"Gue butuh sekarang duit.."
"Buat apaan sih pah, maen judi lagi?"
"Nah itu lo tau"
"Udah pah plis, San susah payah nyari duit cuma dihambur hamburin gak jelas sama papah!"
"Eh berani lo sama gue!!"
"San capek pah, tiap hari kerjaan papah kayak gini terus"
Mata San terlihat berkaca kaca
"Bener bener berani lo sama gue!"
Ayahnya menarik lengan San, ia berteriak karena lengan yang ditarik kasar itu adalah bahu yang cedera, itu menyakitinya
San diseret paksa memasuki kamar, senjata ayahnya berada disana, alat yang biasa digunakan untuk memukul San ketika ayahnya marah
Tubuh san dilempar hingga menabrak tembok, ia menangis dalam sakitnya, bahu nya benar benar terasa sakit
Ayahnya mengambil sesuatu dari balik pintu, sabuk yang menggantung dan biasa digunakan untuk menghantam tubuh anaknya, melempar pukulan demi pukulam membuat San langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan
Ctass
Ctass
Ctass
Tiga cambukan keras dilayangkan, mengenai punggung San karena ia segera berbalik ketakutan
"P-pah ssakit udah"
"Belum puas gue!"
Ctass
Ctass
KAMU SEDANG MEMBACA
NOT TOO LATE | CHOI SAN | PARK SEONGHWA
Fiksi PenggemarSan merasa semuanya sudah terlambat, terlambat baginya menyadari bahwa dirinya tidak sendirian, terlambat baginya menyadari kehadiran Seonghwa, yang selalu ada untuknya namun dia mengabaikannya. Hingga Seonghwa meyakinkan adiknya itu, bahwa semuanya...