Siang ini Anna akan pergi jalan-jalan dengan Fira ke sebuah mall yang jaraknya lumayan dekat dengan kos Anna. Agenda mereka hari ini adalah menonton film di bioskop karena mereka sudah sangat menantikan film tersebut rilis. Film ini bergenre romance yang mengisahkan tentang seorang remaja perempuan dan laki-laki yang saling jatuh cinta di bangku SMA. Setelah memesan tiket, keduanya pergi ke gramedia untuk melihat-lihat buku karena jadwal tayang film tersebut masih satu setengah jam lagi. Bukan untuk beli, karena Anna dan Fira sedang berusaha hemat mengingat awal bulan masih lama. Tujuan utama mereka kesini adalah untuk berfoto, untuk kebutuhan story instagram katanya.
Setelah puas selama tiga puluh menit berfoto dan melihat-lihat buku di gramedia tersebut, Anna dan Fira memutuskan untuk membeli snack dan minuman untuk mengganjal perut terlebih dahulu. Lalu, keduanya duduk di kursi yang telah disediakan.
"Eh Fir, gimana cowo anon kemarin, kapan jadinya dia kesini?" tanya Anna memulai obrolan. "Masih lama Na, masih tiga bulan lagi" jawab Fira. "Oh gitu, btw gue juga baru kenal sama cowo anon tau, udah mutualan whatsapp hehe" lanjut Anna. "Oh ya! Sejak kapan?" tanya Fira mulai penasaran. "Udah tiga mingguan deh kayaknya" jawab Anna menerawang, dia juga tidak pasti sudah berapa lama. "Kok lo baru cerita sekarang sih, wah parah lo" cecar Fira. "Gue tuh udah mau cerita pas kita makan mie ayam itu, tapi gue gaenak kan ada Fikri kemarin, jadi ditunda dulu" jelas Anna. "Terus-terus gimana?" tanya Fira lagi. "Ya gak gimana-gimana Fir" kata Anna. "Gak maksud gue, dia baik gak orangnya? Jelas baik sih ya, secara lo mau ngasih whatsapp. Kan lo anti banget ngasih nomor lo ke sembarang orang" lanjut Fira. "Ya sejauh ini sih dia baik, kita udah sharing banyak hal juga, terus punya hobi yang sama. Jadi kaya asik dan nyambung aja ngobrol sama dia" tutur Anna. "Hmm gitu, bagus deh kalo dia baik" kata Fira. "Tapi ya Fir, makin kesini dia makin sering ngegombal tau, lo tau sendiri gue gampang baper, kalo gue suka gimana?" jelas Anna. "Ya gimana, jalanin aja dulu haha.. kita lihat sejauh mana action nya. Kalo modal omongan manis dan gombalan doang mah buat apa Na, yang kita lihat itu harus aksinya" terang Fira. "Iya sih bener Fir, tapi gue ngerasa dia mulai suka gue deh, apa gue cuma kepedean ya" tutur Anna. "Terus lo juga suka dia?" tanya Fira menyelidik. "Gak tau Fir, maybe.. tapi baru dikitt hehe" jawab Anna cengengesan. "Baru tiga minggu Na, siapa tau kalian lagi love bombing doang" jawab Fira. "Eh iya sih ya, salah gue juga si punya hati baperan banget anjir" sambung Anna. "Haha, tapi gue juga gitu tau kemarin sama yang sebelumnya itu, eh ujung-ujungnya di ghosting, pengen gue santet rasanya" kata Fira sedikit emosi.
Memang kisah percintaan keduanya tidak pernah benar. Fira dengan segala dramanya, yang seringkali menyukai lelaki terlebih dahulu dan memiliki nyali besar untuk menyatakan perasaannya, namun langsung ditolak secara blak-blakan. Dari kejadian tersebut, Fira menjadi trauma dengan lelaki yang ia temui atau ia sukai di real life. Sehingga, Fira mencoba peruntungannya dengan mencari pasangan melalui dating apps. Berbalik dengan Anna, dimana dia disukai secara terang-terangan oleh lelaki yang sekelas dengannya namun dia yang tidak suka dan malah menjadi ilfeel. Memang, perempuan sulit sekali ditebak.
Setelah selesai menonton, Anna dan Fira memutuskan untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang kembali ke Kos. Kalian salah jika mereka akan makan di mall, karena keduanya sepakat akan makan seblak langganan yang ada di pinggir jalan. Sudah lama rasanya mereka tidak makan seblak berdua.
"Eh Na, tadi lo belum bilang cowo yang tadi orang mana? kepo gue" tanya Fira penasaran. "Oh iya ya, sekarang dia lagi kuliah di Malang. Tapi katanya dia punya rumah tau Fir disini, ayahnya tinggal disini soalnya sama kakak cewenya" jelas Anna. "Terus ibunya?" tanya Fira lagi. "Ibu sama ayahnya pisah, broken home dia. Nah ibunya sekarang juga di Jawa Timur, salah satu alasan dia pengen kuliah disana yak arena pengen deket sama ibunya katanya" jawab Anna. "Oh gitu, terus disini rumahnya yang lo maksud daerah mana emang?" sambung Fira. "Itu daerah Citrawati, deket kan sama rumah lo" jawab Anna excited. "Loh iya. Emang dia sekarang udah semester berapa?" lanjut Fira. "Semester sebelas Fir hehe" kata Anna. "Wah kating dong berarti ya" tanyanya lagi. "Iya" jawab Anna. "Berarti kalo dia udah lulus, ada kemungkinan kan bakal pulang kesini" kata Fira. "Iya mungkin, kemarin sih bilang mau pulang dan tinggal disini dulu mungkin dua tahunan gitu, terus mau balik ke Malang lagi. Entahlah" jawab Anna. "Loh kok gitu?" tanya Fira lagi. "Gatau Fir gak ngerti jug ague. Gue juga gak mau terlalu berharap bisa ketemu sama dia. Kayak yang lo bilang tadi, bisa aja ujung-ujungnya di ghosting" tutur Anna.
Anna tidak ingin membiarkan harapannya tumbuh terlalu besar. Jujur saja, setiap kata manis yang dilontarkan oleh Dion seringkali terulang dalam pikirannya. Namun dibalik itu, terdapat lapisan ketakutan yang tersembunyi. Anna takut akan kembali dikecewakan, takut akan ditinggalkan begitu saja, seperti mimpi yang sirna saat mata terbuka. Meskipun Anna ingin mempercayai bahwa ini adalah sebuah awal baru yang indah, dia menahan diri. Anna tidak ingin terjebak dalam permainan cinta yang tak pasti. Sehingga dia memilih untuk tidak berharap terlalu banyak, mengurungkan diri dari bayang-bayang cinta semu. Setiap ungkapan kalimat manis dari lelaki tersebut dijaga dengan hati-hati, karena di balik kebahagiaan sementara, dia merasa beban kekhawatiran yang terus menghantui.
Setelah selesai makan seblak tadi, Fira langsung mengantar Anna kembali ke kos, karena dia juga harus segera pulang ke rumah mengingat hari sudah semakin sore. Waktu akan terasa berlalu begitu cepat jika mereka sedang pergi bersama. Anna bersyukur memiliki teman seperti Fira yang dapat dia jadikan tempat berbagi cerita dan keluh kesah drama perkuliahan, terlebih mereka adalah mahasiswa semester akhir, banyak sekali cobaannya. Meski begitu, Anna tidak menceritakan segala masalahnya tentunya, masih banyak yang dia simpan dan pendam sendiri.
Setelah selesai mandi dan menunaikan kewajiban, Anna membuka laptopnya. Meski belum tahu akan mengetik apa, namun setidaknya dia sudah berusaha kan? Tiba-tiba Anna teringat ucapan Fira tadi siang. Matanya menatap kosong kea rah layar laptop yang sedang menampilkan dokumen word berisi skripsi yang belum selesai. Hatinya dipenuhi kebingungan dan ketakutan sekaligus. Dia merasa seperti terjebak dalam labirin emosi yang rumit. Dia takut bahwa semua kata manis dan perhatian Dion hanyalah sebuah strategi permainan bernama love bombing.
Setiap kali Dion memberikan perhatian dan kata-kata manis, hatinya terasa berbunga-bunga. Namun di balik itu semua, ada suara kecil dalam dirinya yang bertanya-tanya, apakah ini benar-benar tulus atau hanya sebuah sandiwara belaka? Anna tidak ingin terjebak dalam pusaran asrama palsu yang hanya akan menyakiti hatinya. Namun di sisi lain, Anna juga merasa begitu nyaman dengan kehadiran Dion. Mereka memiliki banyak kesamaan dan setiap kali mengobrol bersama, dunianya terasa lebih berwarna. Tetapi lagi-lagi kekhawatiran dan keraguan itu terus menghantuinya, membuatnya sulit untuk sepenuhnya merasakan kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accidental Meeting
RomanceDi dunia yang terhubung secara digital namun sering kali terasa begitu dekat, dua jiwa yang tak saling mengenal bertemu dalam keheningan anonimitas. Sebuah aplikasi anonim menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang mencari jawaban, pelipur lara, a...