Di dunia yang terhubung secara digital namun sering kali terasa begitu dekat, dua jiwa yang tak saling mengenal bertemu dalam keheningan anonimitas. Sebuah aplikasi anonim menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang mencari jawaban, pelipur lara, a...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejak dua hari lalu Anna sudah kembali ke kos untuk melanjutkan aktivitas dan kewajibannya sebagai seorang mahasiswi. Siang ini Anna sudah membuat janji dengan Fira dan dua temannya yang lain untuk mengerjakan skripsi bersama di perpustakaan kampus. Meski ujung-ujungnya mereka akan lebih banyak menggosip dibanding mengerjakan skripsi. Namun setidaknya, sisi baiknya adalah mereka pun dapat berdiskusi terkait metode yang digunakan atau sharing tentang website yang berguna untuk menunjang skripsi mereka.
Entah mengapa untuk Anna berdiam diri di perpustakaan seperti saat ini akan dua kali lipat membuatnya mengantuk, terhitung sudah tiga kali dirinya menguap. Untuk mengusir rasa bosan dan kantuknya, Anna membuat aplikasi Instagram untuk sekedar melihat story selebgram yang ia ikuti atau melibat video-video lucu di beranda. Saat asik melihat story Instagram teman-temannya, disana pun juga ada Dion yang membuat story Instagram berisi foto teman perempuannya dengan caption mengucapkan selamat wisuda. Dapat Anna lihat perempuan itu sangat cantik dengan balutan baju toga dan make up nya. Tubuhnya pun dapat dikatakan proporsional untuk seorang wanita. Wajar kan jika Anna merasa Insecure?
Berbagai pikiran negatif menghantui benaknya. Mengapa Dion tidak tertarik pada teman-teman wanitanya disana? Salah satunya perempuan yang ada di story Instagram nya saat ini. Mengapa justru Dion tertarik dengan Anna yang hanya dikenal melalui media sosial? Anna pun menjadi ragu pada berbagai kalimat manis yang pernah laki-laki itu lontarkan. Bagaimana jika itu hanya bohong semata?
Anna kemudian membandingkan dirinya dengan perempuan itu. Dia merasa sangat berbeda. Anna tidak terlalu tinggi, kulitnya pun tidak seputih perempuan itu. Kecemasan Anna semakin memuncak, meragukan kecantikannya sendiri, merasa tidak sepadan dengan standar kecantikan yang mungkin Dion miliki.
"Fir, liat ini deh" kata Anna seraya menunjukkan story Instagram Dion pada sahabatnya Fira. "Cantik ya Fir" lanjutnya. "Iya cantik, kenapa? Itu siapa emang?" Tanya Fira. "Temennya si itu hehe" jawab Anna dengan cengiran. "Oh, kenapa? Lo cemburu?" tanya Fira menyelidik. "Ih enggak. Kek apa ya.. Insecure aja Fir. Temennya disana pasti cantik-cantik kan, kok dia mau sama gue yang kek gini?" "Lah lo juga cantik Na. Semua cewe juga cantik, masa ganteng haha" "Iyasih, tapi kalo dibandingin sama dia gue mah beda jauh banget Fir. Temennya nih liat, cantik, putih, tinggi" "Udah jangan Insecure gitu. Lo itu lucu Na, imut juga menurut gue. Jangan samain standar kecantikan semua cowok. Siapa tau si itu emang suka yang mungil-mungil kek lo gini haha" "Hmm gitu ya Fir, iya si gue emang imut." Kata Anna mencoba percaya diri. "Lagian kan cantik gak melulu harus dari fisik Na, lo juga baik, suka memberi, lemah lembut, pendengar yang baik juga. Apa gunanya kan cantik kalo gak nyambung diajak ngobrol." Tutur Fira.
Benar kata Fira, Anna menyadari bahwa kecantikan tidak hanya terletak pada penampilan fisik. Ada keindahan dalam kepribadian, kecerdasan, dan karakter seseorang yang tidak bisa diukur dengan standar fisik semata. Anna mungkin tidak seanggun perempuan itu dalam baju toga dan make up, tapi dia memiliki kualitas yang membuatnya berharga.
Dalam perjalanan pencarian jati dirinya, Anna memahami bahwa kepercayaan diri dan cinta diri adalah kunci untuk mengatasi perasaan insecure. Dia memutuskan untuk fokus pada pengembangan diri dan menghargai keunikan yang dimilikinya, tanpa terpengaruh oleh perbandingan dengan orang lain.