"Mau pulang?"
Alina menggeleng, dia tetap bertahan pada Senja yang sudah meninggalkan langit beberapa menit yang lalu. Kini langit perlahan menjadi gelap tetapi Alina masih diam tak beranjak sedikitpun.
"Hari sudah larut, kamu tidak ingin pulang?"
"Bisakah, aku tidak pulang?"
Alina menundukkan kepalanya dan air matanya menetes jatuh ke pipinya saat itu juga.
"Katakanlah, keluhkan semuanya padaku"
"Aku cape"
Lirih Alina.
"Tidak ada yang mengerti aku, tidak satupun. Bahkan saat mentalku sudah sehancur sekarang mereka tidak berusaha memahaminya. Mungkin akan ada saatnya aku membenci mereka."
Alina menangis dalam diam, air matanya terus menetes. Hatinya sakit, terluka, bahkan tubuhnya tak sekuat dulu, dia bahkan sudah menyerah dengan keadaan.
"Bisakah Tuhan menjemput aku sekarang?"
Ucapan tiba-tiba Alina membuat pria disampinya yang bersama Seno memukul lengannya keras.
"Apa yang kamu katakan? Kamu mau meninggalkan aku? Disini sendirian?"
"Boleh saja, aku akan pergi lebih dulu dari kamu"
"Aku tidak mengijinkannya"
"Tuhan tidak memerlukan pendapatmu Seno"
Alina menatap layar ponselnya yang tenang seperti tak ada kehidupan disana.
"Bahkan mereka tidak berusaha mencariku. Seno, pulanglah, hari sudah malam"
"Aku akan pulang kalo kamu juga pulang"
"Bisakah aku menginap di rumahmu malam ini?"
"Boleh, dengan senang hati. Bunda pasti senang"
Setelah sampai dirumah Seno, Seno membuka pintu rumah langsung disambut oleh bunda yang menuruni tangga dengan senyuman.
"Abang udah pulang, bersih-bersih sana terus kita makan malam"
Bunda menoleh kearah Alina yang tersenyum tipis kearah bunda Seno.
"Malam bunda"
"Malam Alina. Udah lama bunda ga liat Alina, apa Alina baik-baik saja? Gimana keadaan kamu sekarang nak?"
"Alina baik bunda, boleh ga malam ini Alina nginap di sini?"
Bunda menatap Alina lekat, Matanya yang dulu memancarkan cahaya kini meredup, sesulit itukah kehidupannya sampai malaikat kecil ini harus menanggung beban yang begitu rumit.
"Boleh sayang, Alina bisa pakai kamar tamu seperti biasanya"
"Makasih bunda, Alina izin bersih-bersih dulu ya bunda"
"Iya sayang"
Alina langsung berjalan menuju kamar tamu dengan perlahan. Bunda yang melihat punggung rapuh itu membuatnya membayangkan banyak hal yang terjadi padanya selama ini, tubuhnya terlihat kurus, bunda melihat bahwa Alina sedang mengalami penurunan berat badan yang signifikan.
"Bang, bunda khawatir sama Alina. Setelah bunda lihat langsung bunda takut akan sesuatu"
"Makannya aku selalu menceritakan tentang kehidupan Alina pada bunda. Tapi Seno percaya Alina tidak senekat itu bunda, Alina anak yang kuat"
"Matanya begitu redup, senyuman hangat dan manisnya sudah tidak ada, bahkan matanya mengambarkan sehancur apa kehidupannya, serapuh dan selelah apa dirinya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot
ParanormalOneshoot. Member Enhypen Banyak cerita dalam satu books.. Selamat Membaca