—HAPPY READING—
Beberapa hari kemudian..
Pada pagi ini seluruh kelas telah bersiap untuk mengikuti pelajaran. "Hello, morning student." Ucap guru bahasa inggris yang baru saja memasuki kelas dengan buku ditangannya dan tas yang bertengger manis di bahunya.
"Hai, morning too mam." Balas seluruh murid secara serentak. "Oh good, ini hari pertama mam masuk kelas ini ya? Salam kenal saya Kharisma biasa dipanggil bu Risma saya mengajar bidang study English pada kelas ini." Ucapnya memperkenalkan diri.
Beliau maju dan berdiri ditengah-tengah muridnya. "How's ur day student?" Tanya dengan ramah.
Semua murid dengan kompak menjawab, "i'm fine mam, thank you and you?"
Namun, seorang gadis dengan lesu menundukkan kepalanya. "I'm not good mam." Ujarnya membatin.
"Okay, materi nya kita masuk Minggu depan saja bagaimana? Sekarang kita kenalan dulu satu sama lain biar makin hafal dan mam juga hafal." Ucap guru tersebut sambil menduduki kursi gurunya kembali dan membuka buku absen.
Semua mengangguk setuju. "Ayo silahkan perkenalan diri satu per satu."
"Hello everyone my name is Kirana Larasati just call me kiran okay? Thank you all."
"Hello everybody, i'm Karen Lavanya Adiyaksa, just call Vanya. Thnks."
"Hello all, i'm Wisnu alfariq just call Wisnu."
"Hello everyone i'm aliesha leona Mahendra, and all can call me Leona or esha."
Semua memperkenalkan dirinya masing-masing dengan teratur hingga urutan terakhir. Pada saat selesai semua melakukan ice breaking and sedikit candaan di sela sela jamnya pada hari ini.
🪐🪐🪐
Gadis cantik itu telah selesai dengan ritualnya membersihkan diri ia berniat beranjak keluar dan menonton tv namun nihil ia malah merebahkan ramping nya diatas kasur.
Saat hampir memejamkan matanya, suara jeritan menganggu indra pendengaran. "Kakakkk!! Bunda manggil tu buruan keluar kamar." Jeritan yang tak lain dan tak bukan berasal dari Athar dari meja makan.
"Hush, de jangan kebiasaan teriak-teriak gitu, kebiasaan!" Tegur Azha karna suara melengking anak bungsunya itu.
Tak menghiraukan ia malah fokus melanjutkan kegiatan makannya. Vanya menghembuskan nafas kasar, adiknya itu memang tak pernah membiarkan ia tenang apalagi saat memanggilnya. Siapa coba yang tidak kesal jika mempunyai adek seperti Athar?
Vanya memilih beranjak dari kasur dan menghampiri sumber suara. "ada apa bunda?" Tana Vanya langsung duduk.
"Ini kak, ayah sama bunda mau keluar sebentar ngga lama kok. Mungkin pulangnya larut malam kalian duluan aja nanti makan malam." Ucap Azha yang tergesa-gesa karna ia sedang terburu-buru untuk segera pergi meninggalkan rumah.
"Iya bunda, hati-hati ya kalian." Ucap Vanya sambil menyalami kedua orang tuanya. "Bun, uang jajannya?" Tanya Vanya hati-hati ia takut kena semprot maut dari sang bunda.
"Ada di meja ambil aja semua." Ucap Azha segera memasuki mobil dan pergi meninggalkan halaman rumah.
Sepertinya orang tua Vanya, ia segera menutup pagar, pinter serta jendela rumah. Ia segera memasuki kamarnya. "Huft, sepi lagi deh wkwk." Gumamnya perlahan sambil menghela nafas ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Jendela (REVISI)
Ficção Adolescente"RUMAH TANPA JENDELA" adalah istilah yang menggambarkan seorang anak yang tidak memiliki tempat untuk menceritakan kisahnya. Saya menggunakan kata ini karena menjadi kunci utama dalam cerita yang saya angkat. Persahabatan tidak selalu menjamin segal...