hai hai temannn,,,
maaf yaa huhu lama cuti nyaa
•
•
•
happy reading teman💗****
pagi yang cerah, sinar matahari menelusuk masuk membuat ketiga cowok yang sedang terlelap disebuah rumah pohon itu perlahan mulai mengerjakan matanya. salah satu dari mereka sudah bangun dan duduk ditepian rumah pohon.
"aneh, biasa nya tiap hari gadis itu datang dimimpi gue, kenapa sekarang engga ya? apa dia marah karna gue maksa buat ketemu? tapi dia itu siapa si." monolog vano dengan dirinya dipagi hari.
leguhan kecil datang dari gio ia terbangun karna suara burung-burung yang ada dipohon tersebut. "vano? lo baik-baik aja?" tanya gio perlahan sambil duduk didekat vano.
kedua nya duduk dan saling bertatapan. gio memang sudah menyadari bahwa vano sedang mengalami masalah namun, ia urungkan niat nya untuk bertanya.
gio hanya takut jika ia menganggu privasi dari vano. karna vano memang orang yang tak ingin jika privasi nya diganggu, jika ada masalah ia akan sesegera mungkin untuk ceritakan semuanya.
gio duduk disamping vano sambil menepuk bahunya. "Van, lo kalau ada masalah cerita jangan diam aja ya." ucap nya dengan hati-hati.
lagi-lagi vano hanya bisa diam, ia tak tahu harus bercerita dari mana. "g-gue engga papa ko, semua okay fine-fine aja." balas nya.
gio menghembuskan nafas kasar. vano memang benar-benar batu, ia susah dibilangin. "apa ada masalah sama cewek-cewek yang deket sama lo?" tanya gio.
vano menaikan alisnya seolah bertanya.
"ck, maksud gue, cew--." ucap nya terpotong.
vano menghembuskan nafas kasar. "bukan cewe gue!" potong nya dengan cepat dan menekan setiap katanya.
gio mengerutkan alis nya. "bukan cewe lo gimana? lo itu terlalu banyak cewe, sehari ngedate sama 6 cewe gila lo, ga waras tau ngga?" keluh gio sekaligus sarkas untuk vano.
"bukan cewe gue! asal lo tau aja ya gue engga pernah nembak semua nya, mereka aja ngaku-ngaku kurang belaian! gue itu masih nunggu seseorang dn itu bukan mereka!" sahut vano dengan sedikit emosi.
"eughh.." leguhan datang dari seseorang yang terbangun akibat suara keributan pagi ini.
laki-laki itu membuka matanya. "ck, pagi-pagi ribut aneh yang satu batu, yang satu campuran dari api, batu, kulkas, aneh lagi." sarkas lelaki itu untuk dua lelaki didepannya yang sedang ribut.
"DIEM LO!" bentak keduanya.
wafi tersentak, ia memilih untuk membungkam mulutnya daripada ia terkena semprot oleh keduanya.
vano, ia berjalan menuruni tangga dengan menghembuskan nafas kasarnya. tak habis pikir ia selalu ribut dengan gio perkara cewek. vano? bukan dia yang ngejar semua cewek-cewek itu, tapi memang mereka yang mengejar vano hari demi hari.
walaupun telah mendapatkan banyak caci-maki dan segala bentakan dari vano, mereka tak pernah berhenti untuk mundur.
vano? pake pelet kah?
***
hari sudah semakin siang, kini mereka berkumpul dibasecamp yang menjadi rumah bagi, vano, gio, dn wafi.
"Al, lo mau balik?." tanya vano kepada gadis didepannya.
gadis itu kembali menundukan kepalanya, ia takut apa yg akan terjadi jika ia pulang bukan sebagai jati dirinya yang asli. "aku ragu, nanti aku kena marah, karna ini aku, bukan Vanya." ucapnya terus terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Jendela (REVISI)
Roman pour Adolescents"RUMAH TANPA JENDELA" adalah istilah yang menggambarkan seorang anak yang tidak memiliki tempat untuk menceritakan kisahnya. Saya menggunakan kata ini karena menjadi kunci utama dalam cerita yang saya angkat. Persahabatan tidak selalu menjamin segal...