the car isn't yours

205 18 4
                                    

Ngabuburit bersama Anak dreamies












Jidan keluar dari mobilnya yang sudah terparkir apik di SMA lamanya dulu itu. Beberapa bulan terakhir pemuda itu disibukkan dengan banyaknya tugas kampus dan organisasi. Membuat intesitas kedetannya dengan Windy pun semakin jauh. Baru ada waktu sekarang makanya ia ingin menemui gebetannya itu.

Jam pulang sekolah memang waktu yang pas. Banyak siswa memadati area depan sekolah. Mungkin ada yang menunggu jemputan, sekedar ingin jajan, atau bertemu seseorang seperti yang Jidan lakukan. Pemuda jangkung dan tampan itu bersandar pada kap mobil.

Jujur saja semenjak kedatangan Jidan, banyak gadis yang menaruh perhatian lebih pada pemuda itu. Proporsi tubuh semampai, garis wajah tegas namun menggemaskan menjadi poin lebih untuknya. Belum lagi segudang prestasi semasa ia bersekolah dulu.

Jidan sudah melihat kemunculan Windy dari jauh. Ia pun melambaikan tangannya dengan senyuman lebar terukir di bibir. Ketika gadis itu mendekat senyumannya sirna sudah. Jidan menatap getir pada seseorang yang sudah berani menggandeng jemari sang puan mesra.

“Kak Jidan mau ketemu sama teman-teman ya? Aku lihat mereka tadi pada ngumpul di lapangan basket tuh,” ucap Windy ramah.

Jidan hanya diam dengan wajah datar. “Dia siapa buat lo, Win?” tanya Jidan to the point.

“Calvin? Dia pacar aku. Baru beberapa minggu sih pacarannya,” jawab Windy. Paras ayunya memerah begitu membicarakan tentang sosok pemuda jangkung tampan lainnya.

Pemuda yang dipanggil Calvin ini kemudian mengulurkan tangannya ke arah Jidan. Bermaksud mengajaknya untuk berjabat tangan tetapi tidak ditanggapi oleh Jidan. “Gue Calvin, pacarnya Windy,” ucap Calvin memperkenalkan diri.

“Terus selama ini kita tuh apa Win?” tanya Jidan dengan senyuman getir.

“Mungkin selama ini perasaan aku ke kamu hanya sekedar kagum dan jadi motivasi aja. Lagian aku nggak bisa menyesuaikan kehidupan masa sekolahku sama kesibukanmu, Kak. Sekarang aku punya Calvin dan kita udah selesai sebelum memulai. Aku duluan ya,” pamit Windy.

Gadis berwajah cantik dan menggemaskan itu pun pergi bersama kekasihnya. Meninggalkan Jidan dengan perasaannya yang masih tertinggal. Kemarin, memang ia jarang sekali berkomunikasi dengan Windy karena tidak ada waktu untuk bermain handphone. Tetapi ketika Jidan ingin meraih gadis itu kembali, sudah ada seseorang yang lebih berhak menjaganya.

Jidan menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari. Lalu masuk ke dalam mobilnya. Sengaja hari ini membawa mobil untuk mengajak Windy jalan-jalan sejenak, tetapi malah kepedihan yang didapatnya. HRV merah itu pun segera meninggalkan depan sekolahnya dan pergi jauh.


***


Sesampainya Jidan di kosan, rumah megah itu tampak sepi tak berpenghuni. Jidan menuju dapur dan mengambil air dingin dari dalam kulkas. Meneguknya langsung dari botol mumpung tidak ada orang. Biasanya ia akan dimarahi oleh Rendy jika ketahuan.

Air dingin dari botol juga belum mampu meredakan rasa panas membara di hatinya. Dua botol tandas sudah. Ia melemparnya asal ke tempat sampah. Kesal sekali rasanya seperti ditikung dari belakang. Jidan sadar jika ia tidak lekas memberi kepastian hanya karena tugasnya yang begitu menggunung.

Tentu saja ia prioritaskan tugasnya dulu dari pada hal lain. Pemuda itu tak ingin nilai di akhir semesternya menurun. Melihat gitar akustik milik Joffy menganggur membuat tangannya bergerak cepat mengambilnya. Jidan tidak sejago Joffy atau Malik jika bermain tetapi ia bisa.

Kegalauan hati ini semakin membuatnya malas untuk melakukan apapun. Ia hanya bermain gitar sembari melantunkan lagu-lagu yang menjadi kesukaannya. Suara berat tetapi merdu itu menyanyikan lagu That should be me milik Justin Bieber. Jidan benar-benar terlihat seperti seseorang yang sedang galau berat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Neo Dreamies Kost - Nct Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang