Rendy keluar dari kamar membawa helm cargloss ditangan kanan dan kunci motor serta sebuah tote bag berwarna hitam. Tampilan pemuda itu sudah rapi dengan kaus oblong lengan panjang berwarna putih, celana jeans biru dongker dan sebuah kacamata yang nangkring di atas hidung bangirnya.
Kebetulan hari ini ia mau ke kampus buat nyamperin Jian dan mengumpulkan tugas paper yang diberikan dosennya ke Jian, maklum ketua kelas kan. Bulan ini juga musim-musim ujian akhir jadi dosen lebih banyak kasih tugas, biar nanti waktu ujian ada beberapa mata kuliah yang tinggal tanda tangan aja.
Rendy berjalan menuju ruang tengah dimana ada Malik dan Jidan yang sedang fokus di depan laptop masing-masing. Keduanya sibuk sampai tidak menyadari ada Rendy yang berdiri di sekitar mereka. Baru setelah Rendy pamit itupun hanya Jidan yang melihat keberadaanya.
“Gua cabut dulu,” pamitnya.
Jidan menoleh, “Mau kemana bang?” tanya pemuda itu.
“Kampus, ngumpulin tugas,” jawab Rendy singkat.
“Kalo balik ntar nitip padang pagi sore dong. Pake duit lo dulu ntar gua ganti kalo udah ditransfer nyokap,” kata Jidan. Pemuda itu memberikan senyuman manisnya yang lalu ditanggapi kerlingan mata malas oleh Rendy, “Ah anjir, yodah.”
Rendy segera berjalan menuju garasi sambil melemparkan kunci motornya ke udara. Ia memakai helm carglossnya lalu mulai menstater vespa yang dia naiki. Motornya melaju membelah jalanan di kawasan sekitar kampus Neo Cult yang tidak terlalu ramai karena masih pagi.
Senyum dibibirnya muncul saat beberapa orang yang ia kenal menyapanya. Rendy memarkirkan vespa itu di bawah pohon dekat gedung fakultasnya. Kebetulan ada Sandi yang lagi ngevape di luar kelas sambil senderan ke tembok, tangannya sibuk main hp. Rendy menepuk pundak Sandy membuat pemuda jangkung itu menoleh kearahnya.
“San! Udah kumpulin tugas lo?” tanya Rendy.
Sandi menoleh lalu menganggukkan kepalanya. “Udah, tapi lo jangan masuk dulu. di dalem ada Giselle sama Jian lagi ribut, biarin mereka kelarin dulu urusannya tuh.”
“Berantem kenapa mereka? Nggak biasanya berantem tuh love birds.” Rendy menunjuk pada pintu yang masih tertutup menggunakan dagunya. Makalahnya ia apit diantara ketiak kanan, matanya menoleh pada jam tangan hitam yang melingkari pergelangan kirinya. Pemuda itu berjalan mendekati pintu dan bisa mendengar suara tawa renyah dari dalam sana, “Gua pengen cepet cabut abis ngumpulin nih laporan, gua masuk dulu.”
“Anjir, Jian bilang jangan ada yang masuk dulu, woy Ren!”
Perkataan Sandy tetap diabaikan olehnya, Rendy membuka pintu dan masuk ke dalam kelas dengan langkah santai. Di dalam ruang kelas Jian dan Giselle sudah berbaikan. Jian yang duduk bersandar pada meja dosen tersenyum sembari menjawil hidung gadisnya sedangkan Giselle memainkan ponselnya, berusaha mengabaikan semua perhatian yang pemuda itu berikan padanya. Masih kesel dia tuh sama Jian.
“Woy love birds. Nih gua mau kumpulin laporan akhir semester. Ujiannya masih minggu depan dan lo minta buat dikumpulin hari ini? kenapa nggak h-satu pas ujian kek,” omel Rendy menaruh laporan di atas meja bersamaan dengan laporan makalah teman-teman satu kelasnya yang lain.
Jian menoleh, “Yaelah gua juga maunya gitu tapi Pak Abdul nagih ke gua mulu, sialan. Gara-gara ini gua dimaki ama satu kelas. Belum lagi nih ada yang ngambek.”
“Untung gua udah selesai ngerjain kalau enggak, lo yang gua maki depan muka lo.” Rendy mengambil salah satu makalah dan hampir memukul mukanya Jian pake makalah yang dia pegang, “Bener-bener si Abdul,” gerutu Rendy.
“Hahaha jangan gitu Ren. Pak Abdul tuh dosen yang nggak pelit nilai tau. Beruntung semester ini beliau banyak ngajar di kelas kita,” sambung Giselle. Tangannya menepuk lengan Jian yang masih gangguin dia liat promo make up diponselnya, “Nggak usah ganggu deh, aku masih kesel ya sama kamu!” Giselle menyentak pelan ke arah Jian yang masih senyum bodo amat.
“Udah kan? Gua cabut dari pada jadi nyamuknya lo berdua.”
Rendy keluar dari ruangan B4 tempat kelasnya dan di koridor udah nggak ada siapa-siapa, Sandi yang ditemuinya tadi sudah hilang entah kemana, bahkan suasana kampus di hari sabtu seperti ini masih terlihat ramai. Banyak mahasiswa yang berlalu lalang melewati pemuda itu dengan tas ransel ditangan masing-masing.
Rendy bingung harus kemana setelah ini, karena sekarang masih terlalu pagi buat pulang. Semua tugas dari dosen hampir semuanya sudah dia kerjakan. Pemuda itu akhirnya melangkahkan kakinya menuju kantin fakultas. Dia yang biasanya kemana-mana sama Jarvis jadi berkurang intensitasnya semenjak Jarvis mulai deket sama Maura.
Dari sekian banyaknya stan makanan yang berjejer di sepanjang koridor kantin, nggak ada satupun yang menarik perhatiannya selain stan minuman bubble tea di ujung sana. Rendy berjalan menuju meja yang terdekat dan kebetulan kosong, lalu mendudukinya, tote bagnya ia tinggalkan di atas meja sementara kakinya melangkah ke stan itu untuk memesan.
Sambil menunggu minumannya selesai dibuatkan, Rendy balik ke kursinya dan memilih untuk mengisi ulang baterai ponselnya yang tersisa hanya lima puluhan persen aja, Rendy lupa bawa power bank tadi.
Tangannya meraba ke dalam tote bag lalu mengeluarkan sebuah alat vape berbentuk seperti pulpen berwarna hitam metalik. Seketika aroma cookies and cream mengelilingi pemuda itu saat ia menghembuskan asapnya keluar dari mulut.
“Rendy! Sendirian aja, Jarvis mana? Gua nyari itu anak ke kosan tadi nggak ada, tumben banget,” panggil Shayna. Tangannya seketika menarik kursi kosong yang ada di sebelah Rendy lalu mendudukinya.
Rendy yang dipanggil otomatis menoleh bersamaan dengan minumannya jadi dan dianterin sama yang punya stan, “Iya kelihatannya gimana? Jarvis emang jarang di kosan sekarang, lebih sering keluar sama Maura, kelayapan seharian. Kenapa lo nyariin dia?”
“Gua mau minta tolong sama dia buat nemenin gua ke arisan keluarga besok minggu. Biar absen muka aja bentar abis itu cabut, gua males lama-lama juga malah jadi bahan julid sepupu gua lainnya.” Shayna menggerutu sembari mengerucutkan bibirnya maju ke depan, bikin Rendy jadi gagal fokus dan atensinya jadi melihat ke arah mukanya Shayna.
“Gimana kalau sama gua aja?” celetuk Rendy.
“Hah?”
Rendy kembali menghembuskan asap vapenya sebelum ia berbicara, menatap Shayna yang melihat kearahnya dengan kening berkerut, “Gua yang gantiin Jarvis, nemenin lo.”
Shayna mengerjapkan matanya beberapa kali karena masih nggak nyangka sama apa yang Rendy bilang baru aja. Gadis itu masih mempertimbangkan ajakan spontan yang Rendy berikan. Giginya tidak berhenti menggigiti ujung sedotan di gelas alpukat kocok miliknya.
“Gimana? Mau nggak?”
“Emang lo nggak keberatan? Atau siapa tau lo ada acara di hari itu.”
“Kayaknya sih nggak ada dan suntuk juga gua di kosan doang. Mau keluar nggak ada temen yang bisa diajakin.”
“Bukannya di kosan rame ya? Ada Kak Malik, Jarvis, Joffy, Hema, Cakra sama Jidan tuh.”
Rendy menyenderkan punggungnya ke senderan kursi yang didudukinya, helaan nafas berat keluar dari mulutnya bersamaan dengan asap beraroma cookies and cream itu, lantas Rendy menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.
“Mereka nggak bisa diharapkan, Shay. Pada sibuk sama gebetannya sendiri. Tiap gua ajak alesannya kalau nggak nugas ya ada kelas, padahal mau apel cewek masing-masing.”
“Spill! Gua penasaran sama gebetannya Kak Malik sama Joffy kayak gimana, rumor sih bilang Joffy deket sama Ajeng, gua penasaran banget gila.”
Shayna yang tadinya mendatangi Rendy buat nanyain di mana Jarvis malah berakhir berbicara panjang dan meminta tolong pada pemuda itu. Rendy yang melihat Shayna menggeser tempat duduknya agar lebih mendekat kearahnya ini tersenyum tipis. Keduanya jika diperhatikan dari jauh seperti Shayna yang menyenderkan kepalanya di pundak Rendy, padahal enggak. Mereka asik julidin anak kosan.
Akhirnya aku update juga
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo Dreamies Kost - Nct Dream
Fiksi PenggemarPercintaan 7 bujang dengan para gadis idaman mereka, enjoy guys. cerita nya light dan konfliknya ga seberat buku lain Was ; #69 Jeno 18/08/21 #24 Siyeon 19/08/21 #15 Siyeon 31/08/21 #16 Seoyeon 15/09/21 #159 Shuhua 22/11/21 #9 Parksiyeon 13/12/21 #...