Khawatir

483 46 2
                                    

Hema sampai di parkiran Neo Angels Kost, tempat kostnya Joyce. Masih satu tipe kayak Neo Dreamies Kost karna yang punya masih satu owner. Ditangannya ia membawa bubur buat Joyce.

Hema tanpa ketok pintu langsung masuk dan liat Joyce ngeringkuk dibalik selimut tebelnya. Hema menaruh barang-barangnya di meja belajar deket pintu lalu berjalan menuju kasur, ia duduk di pinggiran kasur dan membuka selimut yang menutupi badan gadis yang sedang terbaring lemah di atas kasur.

Wajah cantiknya yang biasa ceria sekarang pucat, banyak keringat yang membasahi pelipis juga keningnya. Hema meraih kantong kresek dengan logo indomaret, menempelkan bye-bye fever di jidat sahabatnya.

“Udah diisi belom tadi perutnya?” tanya Hema.

Joyce menggeleng lemah, “Belum. Perut gua nggak enak tadi pas makan biskuit.”

“Kok biskuit doang? Lo nggak makan nasi atau bubur? Untung ada gua kan, tuh gua beliin bubur biasa.” Hema membantu Joyce untuk bangun dari tidurnya. “Perasaan kemarin waktu gua jemput tuh lo masih sehat aja.”

Gadis itu bersandar pada bantal yang sengaja ditumpuk tinggi oleh Hema. Bibirnya pucat dan banyak bulir keringat yang membasahi wajahnya. Juga satu lembar bye-bye fever yang menempel di jidat Joyce. Hema membuka wadah berisi bubur ayam yang ia beli di dekat fakultas pertanian.

Tangannya mengaduk bubur tersebut hingga tercampur menjadi rata. Ia menyendokkan isinya lalu menyuapkan sendok berisi bubur tersebut pada Joyce, sebelumnya dia tiupin dulu takutnya masih panas.

“Semalem asam lambung gua kambuh. Pas lo anterin balik juga udah lumayan nggak enak badan sih guanya.” Joyce menggelengkan kepalanya saat Hema kembali menyuapinya dengan bubur. Ia menyenderkan kepalanya di atas pundak tegap milik pemuda yang sudah ia sukai hampir sepuluh tahun masa mudanya itu. “Pusing banget, Hem.”

“Ck, baru juga beberapa suap, Joy. Ayo mangap lagi mulutnya nih aaa. Biar perutnya keisi terus minum obat,” decak Hema yang kembali menyuapkan bubur ke mulut Joyce.

“Enek, pengen muntah terus gua kalo kebanyakan makan.”

Hema menghembuskan nafasnya, percuma juga kalau memaksa Joyce itu malah membuat sahabatnya malah ngambek nanti. Hema mengambil sendok yang masih bersih lalu melahap bubur itu, tidak lupa juga kerupuk yang satu paket sama buburnya. Joyce membuka matanya dan menoleh pada Hema yang masih memakan sisa buburnya.

“Kenapa lo abisin? Nanti kalo lo ketularan gua gimana?” tanyanya dengan suara serak.

“Mubazir kalo nggak diabisin. Cukup lo aja yang tumbang gua jangan.” Joyce baru akan melayangkan cubitannya pada pinggang Hema tapi nggak jadi karena perkataan pemuda itu yang diam-diam membuat wajahnya semakin memerah. “Nanti yang jagain lo siapa kalo gua ikutan sakit juga? Gua nggak mau ngeliat orang berharga disekitar gua sakit kaya gini. apalagi lo, kalo sakit rewelnya minta ampun.”

“E-emang gua semenyusahkan itu apa kalo sakit? Sembarangan lo kalo ngomong. Lo aja yang lebay. Gimana tuh pendekatan lo sama Ennik? Kok jarang cerita ama gua lagi,” tanya Joyce.

Ditangannya terdapat beberapa butir obat penurun panas, pereda radang tenggorokan juga vitamin yang harus diminum Joyce. Sesaat ia berikan untuk gadis itu minum. Hema menaruh bekas mangkuk kotor di nakas lalu menidurkan tubuhnya di sebelah Joyce. Ia menaruh kedua tangannya di belakang kepala sebagai bantalan kepalanya. Pandangannya menengadah ke langit-langit kamar.

“Gua salah sih pendekatan sama cewe orang. Tadi habis makul jam pertama ada cowok datengin ke kelas dan nyari gua. Dia bilang buat jangan deketin Ennik lagi. Gua nggak tahu dia dapet info dari mana kalau gua lagi deketin Ennik.” Hema menyisir rambut kecoklatannya menggunakan jari ke belakang. “Mungkin sekarang ini perasaan gua ke Ennik cuman tertarik sesaat, we never know.”

Neo Dreamies Kost - Nct Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang