Yang patah tumbuh, yang hilang kembali

486 71 0
                                    

Jarvis memacu ninjanya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Beberapa kali juga Jarvis menerobos lampu merah. Beruntungnya jalanan malam ini sudah sepi karena waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam.

Pemuda itu menumpukkan semua emosinya saat ini. isi kepalanya hanya di isi oleh kemarahan, kekecewaan, rasa patah hati. Ia berhenti di sebuah jembatan yang tidak banyak di lalui kendaraan lain.

Jarvis turun dari motornya. Tangannya mencengkram erat helm full face miliknya. Jujur, emosi masih penuh banget di kepalanya. Tangan nya terangkat lalu ia membanting helm tersebut sampai kaca di helm nya itu pecah nggak karuan.

“ERINA BANGSAT!”

Brak

Jarvis menjambak rambutnya. Mau nangis juga nggak akan ada guna nya. tangisannya nggak akan mengembalikan Erinanya yang dulu, nggak akan membuat hubungannya membaik juga.

Baru dia mau banting lagi helmnya tiba-tiba indra pendengarannya mendengar sebuah tangisan perempuan. Agak parno juga kan dia ini sendirian di jembatan niatnya mau lampiasin emosi.

Dia menoleh ke sekitarnya buat nyari suara tangisan itu dari mana. Pandangannya berhenti ke satu cewe yang penampilannya berantakan berdiri tepat di pinggiran jembatan. Kaki nya masih napak kok. Disini sepi, nggak ada yang lewat mana angin malem juga.

“Mba jangan bunuh diri disini angker,” seru Jarvis yang lempar asal helmnya dan lari kearah perempuan tadi. Dia narik tangannya dan bawa ke dekapannya. “Dengan lo bunuh diri semua masalah ngga akan selesai, malah nanti nimbulin masalah baru.”

Masih dengan air mata yang mengalir deras, ia merengek minta di lepaskan. “Lepas! Gua nggak bunuh diri hiks lepasin.”

“Lo bisa cerita ke gua kalo lo ada masalah, siapa tau gua bisa bantu.” Jarvis yang niatnya hanya menenangkan jadi terlanjur nyaman memeluk gadis yang nggak dia kenal ini.

“Kartu atm, uang, kamera gua di bawa kabur sama mantan gua dan gua nggak tau lagi harus gimana. Itu uang buat bayar sewa kos-kosan sampe taun depan. Terus gua ditinggal disini sendiri setelah ngambil barang-barang gua,” isaknya.

Jarvis melepaskan pelukannya dan memegang pundak gadis itu. “Kenapa nggak laporin aja ke polisi? Brengsek banget ninggalin cewe sendirian disini, malem-malem lagi. ayo gua anterin balik.”

“Loh lo yang Putra Ilkom itu kan? Yang cowo nya Kak Erina?” Jari telunjuknya itu menunjuk Jarvis tepat di pipinya yang chubby.

Jarvis menggeleng. “Gua bukan cowonya Erina. Lo tau nama gua tapi gua nggak tau nama lo.”

“Anak-anak manggil sih Maura. Oh udah putus ya? pasti ada sangkut pautnya sama Kak Langit? Ah ngapain juga bahas mereka, lo udah makan belom? Gua laper banget dari tadi sore belom ngisi perut karna bantuin proyek bajunya Kak Shayna,” gerutu Maura yang melepaskan badannya dari Jarvis.

“Eh sorry jadi keterusan meluk lo.” Jarvis memegang tengkuknya canggung. “Udah sih tapi gua laper lagi. oh lo adek tingkatnya Shayna? Sahabat deket gua tuh. Lo tinggal di rumah sendiri apa kost?” tanya pemuda itu yang berjalan menuju ninjanya sambil menggandeng tangan Maura.

Maura yang digandeng ini kaget, pandangannya beralih ke helm full facenya Jarvis yang keadaannya udah rusak lumayan parah di bagian kaca helmnya. “Wah parah banget rusaknya, gua tau tempat yang bagus buat service helm kebetulan temen gua yang punya, Kak.”

Jarvis yang udah duduk diatas motor dan mau pake helmnya ini noleh ke Maura. “Panggil gua Jarvis aja.”

“Nggak sopan lah Kak, gua kalo manggil langsung nama.” Maura naik ke boncengan ninjanya Jarvis dan pegangan ke pundak pemuda itu. “Gua tinggal di Neo Angels Kost tuh yang deket Neo Dreamies.”

Neo Dreamies Kost - Nct Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang