Pagi hari keadaan rumah lumayan sepi karena Hema, Jeno, Cakra dan Rendy ada kelas pagi dan mereka udah berangkat dari jam 9 pagi tadi. Tersisa Malik, Jidan dan Jarvis. Harusnya Jarvis ikut masuk karena satu kelas kan bareng Rendy, tapi pemuda itu milih bolos karena kemarin makan seblak level 10 dan perutnya mules sekarang.
Malik ada kelas dan itupun sore hari sekitar pukul tiga sore baru dimulai. Sementara Jidan, bangun kesiangan malah bikin dia masuk kelas selanjutnya dan absensinya dibiarkan alfa.
Malik berdiri di depan tv sambil mulutnya mengunyah roti dengan selai kacang diatasnya. Tangan kirinya memegang remot tv berusaha mengganti saluran menjadi channel lain. Biar tontonannya nggak sinetron pagi-pagi.
Jarvis berjalan lesu menuju sofa lalu menjatuhkan badannya diatas sofa. Tangannya mengusap perut dari balik kaus oblong putih yang ia pakai. Raut wajah kesakitan terlihat jelas dimukanya. Jarvis udah bolak-balik kamar mandi dari subuh karena rasa sakitnya mulai berasa sampai sekarang belum reda juga.
“Minum estrostop sono ambil di kotak obat Vis, dari pada mules ampe sore perut lo,” ucap Malik.
Jarvis meremat kaus dan erangan muncul dari bibirnya. “Argh anjing sakit banget dah. Tolong ambilin dong, gua ga bisa bangun. Nyeri banget perut gua.”
Jidan yang barusan keluar dari kamar langsung mengambilkan obat pereda diare yang dimaksud Malik lalu memberikannya pada Jarvis. Jarvis menelannya tanpa menggunakan air atau pisang saking nggak bisa bangun dari kasur. Jidan kembali ke dapur, menuang sereal dan susu ke dalam mangkok lalu membawanya ke depan ruang tv dan duduk di sebelah Jarvis.
“Kemarin emang lo abis makan apaan dah sama Kak Erina?” tanya Jidan.
“Seblaknya Ceu Emi tuh deket kampus terus dipesenin Bang Langit level sepuluh,” jawab Jarvis.
“Kenapa lo nggak pesen sendiri sih? Orang kalo beli sama kita juga lo paling banter pesen yang level 3,” sambung Malik.
“Ya gua pikir nggak bakal pesen level yang setinggi itu Bang. Gua kan nggak enak juga udah dipesenin tapi kaga di makan. gua juga datengnya telat soalnya nemuin Dosen dulu masalah tugas kelompok.” Jarvis negakin badannya dan mengusap surai rambutnya kasar.
“Bibir lo pucet banget asli, Bang. Ke dokter aja mending nanti gua temenin dah,” tunjuk Jidan ke bibirnya Jarvis.
Jarvis mengibaskan tangannya. “Nggak usah, buat tidur nanti juga sembuh.”
“Tadi lo bilang makan seblak di Ceu Emi sama Erina, kok ada Langit? Bukannya cuma lo berdua aja kan?” tanya Malik.
“Tapi akhir-akhir ini Kak Erina nempel mulu kemana-mana sama Bang Langit gua liat. ke ruang dosen, ke kantin, ke taman fakultas, kek asik banget gitu,” cerocos Jidan.
Jarvis yang masih mules perutnya sekarang ditambah mikir karena omongan asalnya Jidan. Tanpa mikir Jarvis piting tuh lehernya Jidan sampe yang paling muda ini menjerit minta dilepaskan. “Lo jangan bikin gua overthinking, bocah!”
“Aaa ampun Bang Jarvis! Nggak gitu, soalnya gua sering liat mereka kemana-mana berdua, anjeng.” Jidan menepuk kasar tangan Jarvis di lehernya.
“Iya harusnya berdua tapi pas masih bimbingan, Erina bilang disusulin sama Bang Langit yaudah jadi makan bertiga deh,” jawab Jarvis.
“Lo tetep kudu hati-hati Bang, persahabatan cewe sama cowo tuh nggak ada yang murni.” Jidan udah selesai makan dan siap-siap kabur waktu Jarvis mau lempar dia pake bantal sofa disebelahnya.
“Lo katanya mau cap tiga jari ke sekolah kapan, Dan?” tanya Malik dari dapur, tangannya sedang mengolesi lembar roti tawar dengan selai kacang diatasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo Dreamies Kost - Nct Dream
FanfictionPercintaan 7 bujang dengan para gadis idaman mereka, enjoy guys. cerita nya light dan konfliknya ga seberat buku lain Was ; #69 Jeno 18/08/21 #24 Siyeon 19/08/21 #15 Siyeon 31/08/21 #16 Seoyeon 15/09/21 #159 Shuhua 22/11/21 #9 Parksiyeon 13/12/21 #...