Pada Suatu Malam

260 17 0
                                    

"Gue pulang duluan ya." Sembari membereskan barang-barangnya lelaki itu mematikan rokoknya yang baru di hisap beberapa menit yang lalu.

"Buru-buru amat, kayak ada yang nungguin aja di rumah," goda salah satu rekan bandnya. Sementara yang lain ikut menertawakan.

"Emang."

"Nyokap lo ada di rumah?"

"Enggak."

"Trus?"

"Gembot belum makan dari tadi sore."

Setelah tahu alasan lelaki itu pulang adalah karena seekor kucing Persia nya, para rekan yang lain tampak sudah tidak peduli lagi. Mereka sudah tahu kalau Mahardika Marcello itu sangat menyayangi mahkluk berbulu itu dari pada dirinya sendiri.

"Gue cabut ya!" ucapnya sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu.

***

Musik mengalun menemani Mahardika yang tengah menyetir mobilnya sendiri. Ia sengaja mengencangkan volume musiknya agar suasana tidak begitu sepi.

Di tengah jalan ia melihat seorang gadis sedang di hadang oleh dua orang laki-laki yang berpakaian layak preman.

Ia pun mengarahkan sinar mobilnya ke arah mereka membuat dua lelaki itu tampak terganggu dan berjalan menghampiri mobilnya.

Salah satu lelaki itu mengetuk kaca jendela mobilnya mengisyaratkan untuk keluar dari mobil. Ia pun membuka kacanya.

"Matikan lampu mobil lo sekarang brengsek!"

Dengan tenang Mahardika hanya tersenyum penuh arti.

"Sorry bro, gue cuma mau jemput cewek gue." Lalu dengan cepat ia melajukan mobilnya dengan sedikit membelokkan ke kiri sehingga kedua lelaki itu spontan menghindar dan membuatnya jatuh.

Saat mobilnya mendekat ke arah sang gadis, Mahardika menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil. Untung si gadis paham dan segera membuka pintu belakang lalu masuk.

"Woy brengsek!"

Mahardika mendengar teriakan dari dua lelaki itu sambil mengumpat penuh marah. Namun saat mobilnya menjauh ia teringat akan wanita yang duduk di bagian belakang.

"Lo gak apa-apa?"

"Gak apa-apa, makasih."

"Rumah lo dimana biar gue antar."

Gadis itu hanya diam membuat Mahardika menatapnya lewat pantulan kaca.

"Gue boleh ikut lo gak?"

Seketika mobil itu berhenti mendadak bersamaan dengan keterkejutannya.

"Lo bukan wanita... "

"Bukan, gila aja!" protes gadis itu tidak terima di sangka bukan wanita baik-baik.

"Trus kenapa lo mau ikut gue?"

"Gue baru aja di usir dari kosan gue karna gak bisa bayar."

"Berapa memangnya?"

"Lo mau bayar pun gue gak mau balik ke sana."

"Loh, napa?"

"Pemilik kosannnya mesum!"

"Lo takut sama pemilik kosan lo karna mesum, tapi sekarang lo dengan mudahnya mau ikut dengan lelaki yang baru aja kenal. Lo sehat?"

"Lo ngatain gue sakit?"

"Ya gak gitu. Maksudnya lo emang percaya sama gue, kalo gue lebih mesum gimana?"

"Muka lo gak kayak lelaki mesum."

"Emang bisa di nilai dari wajah?"

Wanita itu menghela nafas lelah.

"Intinya lo nolongin gue, berarti lo baik."

"Dih kata siapa? Siapa tau gue nolong lo karna ada niat jahat."

"Emang iya?"

"Ya gak sih."

"Yaudah."

***

Baru saja Mahardika membuka pintu rumahnya ia sudah di sambut oleh makhluk berbulu yang bermain di sekitar kakinya.

"Gembot papi pulang," ucapnya sembari mengangkat kucing berwarna abu-abu itu ke dalam pelukannya lalu menciumnya.

"Lo sesuka itu sama kucing?"

Aktivitasnya terhenti saat suara gadis menyela. Ia jadi lupa kalau malam ini ia tidak berdua saja dengan kucingnya.

"Lo bisa tidur di sana," tunjuk Mahardika pada sofa berukuran besar di depan televisi. Ia bahkan tidak mengindahkan ucapan gadis itu.

"Rumah lo keren juga. Minimalis tapi estetik gitu. Btw lo tinggal sendiri?"

Mahardika meneguk air yang ia ambil dari dalam kulkas.

"Hm, di umur segini gue gak layak tinggal sama orang tua lagi," jawabnya sambil memberi segelas air pada gadis itu.

"Emang umur lo berapa?"

"Kenapa lo mau tau tentang gue?"

"Setidaknya gue mengenal manusia yang udah bantuin gue untuk tinggal semalam di rumahnya, gak salah, kan?"

"Gak sih, cuma dari tadi lo banyak tanya padahal kita belum kenalan."

"Benar, gue sampe lupa." Gadis itu berdiri di hadapan Mahardika lalu mengulurkan tangan.

"Nama gue Shenania Almira."

Tanpa ragu Mahardika menerima uluran tangan Shenania.

"Mahardika Marcello."

"Lo bisa panggil gue Shena."

"Kalo gue cukup panggil Dika aja. Well, selama istirahat."

***

Mahardika MarcelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang