Hari ter 'hah'?

161 13 0
                                    

Mahardika terbangun oleh suara dengkuran halus dari kucingnya. Mahkluk gembul itu setia menemaninya tidur setiap malam bahkan ia akan kembali ke kamar babunya saat malam.

"Pagi Gembot," sapa Dika sambil mengelus bulunya yang lebat. Kucing itu hanya menyaut kecil dengan mata yang masih terpejam membuat Dika gemas dan beralih malah menggelitik badan kucingnya. Bukannya geli, kucing Persia itu tambah menggeliat manja.

Puas dengan aktivitas paginya bersama kucing. Dika bangkit dari kasur dan berniat membasuh muka hingga ia teringat kalau semalam ia membawa seorang gadis ke rumahnya.

"Dia udah bangun belum ya?"

Dika malah beralih keluar kamar dan berjalan menuju ruang tamu.

Ia terkejut melihat pemandangan yang tak biasa. Dengan memalingkan matanya agar tidak menatap ke arah Shena yang masih tertidur pulas, ia mengambil selimut yang sudah jatuh dan menutupnya cepat ke tubuh gadis itu.

"Untung gue bukan cowok mesum. Bisa-bisanya dia tidur setengah telanjang gitu," gumam Dika tak habis pikir.

Ia pun segera menuju dapur takut berubah pikiran jika lama-lama berada di situ.

***

"Kalo gue kerja di rumah lo aja gimana?"

Dika hampir tersedak saat akan minum. Ia terlalu terkejut dengan ucapan yang dilontarkan Shena barusan.

"Gue gak butuh pembantu, lagian gue bisa ngelakuinnya sendiri."

Shena terlihat kecewa mendengar penolakan telak dari Mahardika.

"Kalo gitu gue yang urusin kucing lo aja."

Alis Dika menekuk tajam. Gadis ini terlalu mencurigakan.

"Lo langsung poinnya aja deh, sebenernya lo mau apa?"

Shena tampak diam membuat Dika tak sabar ingin mengetahui niat di balik permintaannya itu.

"Kalo lo butuh uang, gue bisa pinjamin lo buat cari kosan baru."

Shena menggeleng heboh.

"Lo... Mau nikah gak sama gue?"

Kali ini Dika benar-benar tersedak hingga batuk. Terlalu kaget dengan ucapan aneh Shena.

"Lo gila ya?"

"Gue waras makanya mau nawarin nikah sama gue."

"Lo aneh banget."

"Jadi lo nolak gue?"

"Ya iyah, baru kenal tadi malam masa langsung ngajak nikah."

"Yaudah, lo mau kenalan berapa lama atau kita pacaran aja dulu."

Lama-lama Dika jadi takut. Ia menatap Shena dari ujung kaki sampai kepala.

"Lo... Fans gue ya?" tebaknya.

"Lo artis?"

"Bukan sih, cuma band gue lumayan terkenal dan sempat masuk tv."

"Masa?"

Mahardika menyipitkan matanya.

"Gue gak yakin kalo lo gak kenal band Semesta."

"Emang baru denger sekarang ada band itu."

Mahardika mendengus tak yakin. Shena sepertinya berbohong.

"Sekarang lo pergi deh, gue cuma numpangi lo tidur untuk semalam aja."

"Lo ngusir gue?"

"Hm."

"Gak nyesel?"

Dika menggeleng yakin. Lagian ia yang harusnya menyesal sudah memperbolehkan Shena nginap di rumahnya.

"Yaudah, mana hp lo?"

"Buat apa?"

"Minta nomor lo siapa tau kalo lo berubah pikiran."

"Hah?"

Shena langsung mengambil ponsel Dika yang ada di atas meja makan tanpa keduluan cowok itu.

"Woy balikin hp gue!"

"Entar, gue simpan nomor lo dulu."

"Eh buset nih cewek!"

Dika mengejar Shena sampai ke ruang tengah yang saat itu ia tidak tau kalau mamanya baru saja sampai dan melihat keduanya sedang berlarian.

"Dika, siapa dia?"

Mahardika langsung membeku di tempat begitu pun Shena yang kaget akan kedatangan seseorang.

***

"Kamu pacarnya Dika?"

"Iya tante."

"Bukan!"

Wanita tua itu menatap keduanya bergantian, bingung dengan jawaban yang tidak kompak.

"Mana yang benar?"

"Dia itu cuma gadis yang Dika tolong tadi malam karna dia di usir dari kosannya."

"Masa?"

"Mama gak percaya sama Dika?"

Mamanya menatap anak sulungnya dengan curiga.

"Tapi biasanya kamu mana mau bawa cewek ke rumah."

"Ya karna Dika gak ada pilihan lain lagian udah malam."

Dika menoleh ke arah Shena yang hanya diam saja.

"Eh jangan diam aja lo, jelasin ke mama gue!"

"Iya tante, Dika yang nolongin Shena tadi malam."

"Kamu gak ada rumah?"

Shena menggeleng lalu merubah raut wajahnya menjadi sedih yang Dika tahu Shena hanya mencari perhatian mamanya.

"Aku baru diusir dari kosan tante, trus sekarang gak punya tempat tinggal."

"Orang tua kamu?"

"Aku yatim piatu, dari kecil tinggal di panti. Sekarang aku gak mau tinggal di sana lagi karna udah terlalu ramai."

Terlihat raut kasihan dari mamanya membuat Dika takut kalau mamanya akan membuat keputusan yang aneh.

"Kamu udah kerja?"

Shena kembali menggeleng.

"Seminggu yang lalu aku di pecat."

"Gimana kalo kamu kerja di kafenya Dika aja."

"Ma?" Dika kaget tentu saja. Sementara mata Shena tampak berbinar.

"Beneran tante?"

"Iya, kamu mau?"

"Mau banget tante!"

"Ma, terima karyawan itu gak sembarangan loh, kalo dia gak bisa kerja gimana?"

"Ya kamu ajarinlah Dik."

Mahardika pun menghela nafas sembari memegang kepalanya yang mendadak pusing.

***

Mahardika MarcelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang