Mahardika pada akhirnya pergi ke kafe. Kalaupun ketemu Shena, ia mencoba untuk biasa saja. Toh, gadis itu hanyalah karyawannya.
"Mas, mau Yeni buatkan minum?" tawar satu karyawannya. Melihat kedatangan si bos, gadis yang diam-diam mengagumi Dika itu langsung menghampiri.
"Boleh, ntar bawa ke ruangan gue ya."
"Siap Mas." Lalu Yeni pergi dengan raut senang.
Sebenarnya bukan hanya Yeni bahkan semua karyawan wanita saling berlomba untuk mencari perhatian dari si bos meski mereka tahu Dika tidak akan memilih di antara semuanya.
Dika memeriksa laporan kafenya seminggu ini, ada beberapa penurunan dari minggu sebelumnya.
"Kayaknya harus tambah menu baru," gumamnya.
Tiba-tiba pintu di ketuk dari luar membuat Dika meletakkan kertas laporan itu di atas meja.
"Masuk."
Sosok gadis yang sebenarnya malas sekali Dika untuk bertemu dengannya akhirnya datang ke hadapannya sekarang.
"Silahkan di minum Bos," ucapnya dengan santun yang seperti dibuat-buat.
"Kok lo yang anter?"
"Kenapa memangnya?"
"Yeni mana?"
"Mbak Yeni lagi ngurusin tamu yang baru datang."
"Oh." Lalu Dika meminum teh lemon itu. Namun, ia merasa risih saat Shena belum keluar juga dari ruangannya.
"Gak keluar?"
Shena menggeleng lalu tiba-tiba duduk di kursi yang berhadapan dengan Dika.
"Tolongin gue dong!" bisiknya dengan raut memelas. Sementara Dika memutar bola matanya sambil menyenderkan punggungnya di kursi.
"Apa lagi sekarang?"
"Sebelum gue antar minuman lo ke sini, gue lihat mantan pacar gue masuk kafe."
"Trus hubungannya apa?"
"Biarin gue sembunyi di sini dulu ya, please!" pintanya serius.
"Kan itu mantan lo bukan penagih hutang!"
"Masalahnya dia lebih menakutkan dari tukang tagih hutang."
"Bodo, keluar sekarang!"
Shena menggeleng kuat membuat Dika lagi-lagi menghela nafas berat.
"Yaudah, gue aja yang keluar."
Saat Dika beranjak dan membuka pintu, lengannya di tahan oleh Shena.
"Ikut."
"Loh, bukannya lo mau sembunyi di sini."
"Tapi lo gak ada. Ntar gue di kira mau yang gak-gak di sini sendiri."
"Terserah!"
Dika pun keluar diikuti oleh Shena dari belakang. Gadis itu terus mengikuti kemana langkah Dika membuat keduanya jadi tatapan heran karyawan yang lain.
"Gue mau pergi, jadi jangan ikutin gue lagi."
Shena hanya diam menatap kepergian Dika. Sementara ia melihat sosok mantannya yang sedang menatap ke arahnya.
Cowok itu bangkit dan mulai berjalan ke arahnya, Shena pun segera berpaling dan menjauh sebelum tangannya di cekal.
"Shenania Almira."
Suara itu langsung membuat degupan jantungnya semakin kencang. Rasa takut mulai menguasai dirinya. Ia tidak mau bertemu dengan cowok yang membuatnya menderita selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahardika Marcello
JugendliteraturMahardika Marcello bukan hanya memiliki suara yang bagus tapi juga wajah tampan yang bisa memikat wanita manapun. Namun, di usia yang sudah memasuki kepala tiga ini ia belum berniat untuk mengakhiri masa lajangnya hingga mamanya sudah bosan dan pasr...