Si Idola

72 13 0
                                    

"MANIS BANGET MAS DIKAAA!"

Teriakan para penonton cewek meramaikan aksi panggung band Semesta hari itu. Mahardika yang sedang cek sound langsung tergelak mendengar pujian mereka.

"Makasih loh."

"MAS, NIKAH YOK!"

"Ayok."

Alhasil semuanya berteriak makin kencang saat Dika menanggapi semua ucapan mereka. Itulah yang membuat para cewek mengidolakan Dika karna Dika itu sangat ramah pada siapapun.

"Lagu terakhir buat penutup. Maukah kau mencintaiku."

"MAUUU!" Semuanya kompak berseru lalu musik mulai mengalun mengikuti irama. Dika dengan santainya menggenjreng gitar listrik miliknya.


Saatku mengenalmu, rasa itu belum tumbuh
Sikapmu yang lucu membuatku jatuh cinta
Oh kamuuu
Selalu hadir dalam benakku
Hari ini ku katakan
Aku mencintaimu
Aku ingin mengungkapkan rasa ini
Tapi ku meragu sebab kau terlihat biasa
Maukah kau mencintaiku


"BUSET GANTENG BANGET GILA!"

Sebuah teriakan yang menjadi penutup yang indah hari itu.

"Duh, makasih loh sayang."

"AAAAAA."

Dika menggeleng tak habis pikir dengan fansnya yang kadang membuatnya geli.

***

"Loh emang the best kalo urusan fans, Dik," puji Mas Andra.

"Biasa aja sih, mereka udah gue anggap layaknya teman."

"Kalo mereka baper gimana?"

"Ya harusnya gak ya, gue di sinikan hanya menjual suara bukan tampang."

"Tapi diantara personil yang lain, lo yang lebih banyak fansnya."

"Tau dari mana sih?"

"Lo gak pernah buka medsos ya. Kan banyak tuh mereka buat akun fansnya Mahardika Marcello."

Dika tergelak. Memangnya ia hidup di zaman apa sampai tidak pernah buka medsos, tapi memang Dika tidak terlalu tertarik untuk melihat akun-akun itu.

"Alhamdulillah kalo mereka suka gue, tapi yang haters kadang gak kalah banyak Mas."

"Ya iya, lo cukup perhatikan mereka yang suka sama lo aja."

"Pasti dong."

"Eh, kemarin ada yang liat lo masuk mobil sama salah satu karyawan kafe lo. Trus sebelumnya lo katanya terlibat perkelahian, gimana ceritanya sih?"

Untuk hal itu Dika sudah bisa menebak kalau akan ada yang melihat kejadian itu. Dan Dika sudah mempersiapkan jawabannya jika benar jadi viral.

"Gak sampe berkelahi, tuh berita hoax dari mana?"

"Ada. Pokoknya lo jelasin kenapa bisa kejadian kayak gitu?"

Pada akhirnya Dika menceritakan awal mulanya ia bertemu Shena sampai kejadian keributan di depan kafenya. Mas Andra terlihat kaget.

"Lo jangan sembarangan bawa cewek ke rumah, Dik. Kalo media tau bisa habis kita."

"Kan gue udah bilang, saat itu gue gak ada pilihan."

Mas Andra menghela nafas sambil menatap Dika tak habis pikir.

***

"Nanti malam pokoknya kamu harus datang." Begitulah keputusan telak mamanya saat di telpon.

Dika yang sudah tau maksud dari mamanya hanya bisa mengiyakan asal wanita itu senang. Lagian ia sudah pasrah.

"Papi pergi sebentar ya Bot," ucap Dika pada kucingnya yang saat itu sedang makan.

Dengan hanya memakai pakaian kasual seperti biasa, Dika meninggalkan rumahnya menuju ke kediaman sang mama.

Hanya setengah jam mobil Dika sampai di halaman rumah mamanya.

"Assalamualaikum," salamnya.

"Walaikumsalam." Terdengar jawaban dari ruang makan.

Di sana sudah ada mamanya dengan seorang wanita cantik yang tersenyum canggung saat mata mereka tak sengaja bertatap.

"Dika, kenalin anaknya om Aryo."

Dika mengulurkan tangan dan segera di jabat oleh wanita itu.

"Mahardika Marcello."

"Aku Lintang Asmara."

"Ini anaknya om Aryo teman SMA nya papa, kan?" tanya Dika meyakinkan.

"Iya."

"Papa kamu apa kabar?" Seperti biasa, Dika selalu ramah pada siapapun.

"Sehat, Mas."

"Kenapa om Aryo gak di ajak sekalian?"

"Papa kebetulan lagi ada rapat."

Dika hanya mengangguk. Interaksi keduanya tak luput dari pantauan sang mama hingga membuat wanita itu tersenyum.

"Mama udah masakin makanan kesukaan kamu loh."

"Mama emang paling the best."

Lalu ketiganya mulai makan tanpa ada gangguan sebelum ponsel Dika berdering.

"Bentar ya, Ma." Dika beranjak untuk mengangkat telepon dari nomor asing itu.

"Halo?"

"Dika tolongin gue!" Terdengar suara Shena dengan nada panik.

"Kenapa?"

"Reno sekarang ada di depan rumah gue! "

"Serius?"

"Iya, please bantuin gue. Gue takut banget."

"Lo tenang dulu dan jangan buka pintu sampe gue datang, oke?"

"Iya."

Lalu sambungan itu terputus. Dika segera kembali ke meja makan.

"Ma, Dika pulang dulu."

"Loh, kenapa buru-buru sih, nasi kamu aja belum abis nih."

"Maaf banget Ma, teman Dika lagi dalam kesulitan sekarang dan minta pertolongan Dika. Dika pergi ya."

Setelah mencium pipi mamanya, Dika segera pergi tanpa tau Lintang menatap kecewa kepergiannya.

"Maaf ya, lain kali tante pastikan Dika bisa ngobrol sama kamu."

"Iya tante."

***




Mahardika MarcelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang