Dika yang pagi itu baru membuka mata langsung mendengar ketukan pintu kamarnya dari luar.
"Dika, lo udah bangun?" Terdengar suara Shena dari balik pintu.
Dika mau menyahut tapi ia seperti kehilangan suara akibat tadi malam ia beserta teman bandnya karaoke lagu metal.
Detik selanjutnya terlihat handle pintu bergerak bersamaan dengan pintunya yang terbuka. Shena terlihat sedikit kaget melihat Dika yang nyatanya sudah bangun terlebih cowok itu sedang bertelanjang dada.
"Sorry gue kira lo belum bangun."
"Kenapa?" Dika menyibak selimutnya lalu duduk di tepi kasur sambil menatap Shena dengan mata yang masih terlihat mengantuk.
"Gue udah siapin sarapan buat lo."
Lantas Dika tersenyum geli.
"Gue ngerasa kayak punya istri kalo kayak gini."
Alhasil Shena ikutan tersenyum.
"Simulasi buat nanti."
"Lo beneran mau nikah sama gue?"
"Gue gak pernah tarik ucapan gue."
Lalu Dika bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Shena yang masih berdiri di dekat pintu.
"Kalo gitu lo gak keberatan buat morning kiss?" goda Dika sambil mendekatkan wajahnya pada Shena. Sementara gadis itu seperti tidak canggung saat wajah Dika semakin dekat hingga bibir mereka sedikit lagi menempel. Namun detik berikutnya langsung Dika tarik lalu menggeleng tak habis pikir.
"Beneran gak takut lo." Setelah mengucapkan itu Dika langsung menyambar handuk lalu menghilang di balik pintu kamar mandi.
Shena hanya terdiam, tapi dari tadi jantungnya hampir saja copot. Yah, dia deg degan. Untung Dika tidak melancarkan aksinya. Kalau jadi pasti kakinya tidak kuat buat berdiri lagi.
"Sinting lo," gumamnya.
***
Setelah Dika selesai mandi dan memakai kaos rumahannya ia langsung menuju meja makan.
Ia mendapati Shena sedang memberi makan Gembot.
"Sepertinya kalian udah dekat?" Dika duduk di kursi sembari memperhatikan Shena.
Shena menoleh dengan menampilkan senyuman manisnya.
"Bukan dekat lagi, tadi malam dia tidur sama gue."
Dika terkekeh. "Bangga banget!"
"Iya dong, berarti dia udah restuin gue jadi pendamping papinya."
Kali ini Dika benar-benar tertawa lepas. Ia kira hanya dia saja yang gila ternyata masih ada Shena.
"Kenapa sih?"
"Gue cuma gak habis pikir aja, lo benar anggap serius ucapan gue waktu itu."
"Lah emang gak?"
Dika menggeleng lalu menuntun Shena untuk ikut duduk di kursi.
"Kita sarapan sekarang yuk, abis ini gue mau ajak lo ke suatu tempat."
Shena yang sedang mengambil nasi terhenti digantikan oleh lirikan curiga.
"Kemana?"
"Ntar lo tau sendiri kok."
***
Shena dibuat tercengang oleh Dika. Cowok itu mengajaknya ke rumah baru yang katanya sebagai tempat tinggal ia untuk sementara. Sebenernya yang membuatnya terkejut adalah rumah yang akan ia tempati itu terlalu luas untuk ditinggali sendiri bahkan rumah Dika tidaklah sebesar ini.
"Lo yakin?" tanya Shena yang entah ke berapa kali saking tidak percayanya dan Dika hanya menghela lelah untuk menjawabnya.
"Emang lo mau sewaktu-waktu kita di gerebek warga? Gue mah ogah!"
Alasan Dika ada benarnya secara sudah tiga hari Shena menginap di sana, padahal mereka manusia dewasa.
"Ini rumah lo?"
"Bukan, gue sewa."
"Pasti mahal?"
Dika hanya menghentikan bahu.
"Kenapa gak rumah yang biasa aja sih?"
Lantas telunjuk Dika menekan dahi Shena hingga cewek itu mengaduh.
"Emang sekitar sini ada rumah yang biasa?"
"Ya maksudnya gak di daerah dekat rumah lo juga?"
"Trus lo mau si Reno itu nemuin lo lagi?"
Shena menggeleng kuat. Barulah sadar bahwa Dika sedang berusaha melindunginya.
"Thanks ya, nanti gue ganti deh uangnya kalo dah dapat kerja baru."
"Gak usah lo pikirin dulu. Sekarang lo bisa ngelakuin apapun di sini. Bebas!"
Serta merta Shena langsung memeluk Dika dengan girang membuat cowok itu terkejut dan hampir jatuh.
"Lo emang cowok yang baik Dika," bisiknya.
Dika hanya tersenyum sambil mengelus kepala Shena.
***
Dikit dulu guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahardika Marcello
Teen FictionMahardika Marcello bukan hanya memiliki suara yang bagus tapi juga wajah tampan yang bisa memikat wanita manapun. Namun, di usia yang sudah memasuki kepala tiga ini ia belum berniat untuk mengakhiri masa lajangnya hingga mamanya sudah bosan dan pasr...