Mahardika Marcello adalah anak sulung dari tiga saudara. Kedua adiknya sudah memiliki keluarga sendiri dan tinggal di rumah mereka masing-masing. Selepas kepergian sang papa dua tahun lalu, mamanya tinggal bersama mbak Uti, pembantu mereka. Dika yang memang tinggal sendiri sering sekali di suruh mamanya untuk pulang ke rumah, tapi berhubung Dika sibuk, rumah hanya untuk beristirahat sebentar saja. Di antara saudaranya yang lain, rumah Dika terbilang cukup dekat, jadi ia bisa mengunjungi mamanya.
Sejak papanya meninggal, mamanya merasa kesepian dan ingin sekali punya teman ngobrol, makanya Dika selalu di desak untuk segera mencari pasangan selain usianya yang terbilang sudah layak mencari pendamping hidup.
"Kamu harus buat Lintang nyaman, jangan langsung pergi kayak kemarin." Adalah pesan mamanya sebelum Dika menemui Lintang dan ia mengiyakan asal mamanya senang dan tidak cerewet lagi.
"Sorry banget kemarin gue ada urusan, jadi ninggalin lo sama mama."
"Gak apa-apa kok Mas, aku ngerti."
"Sorry juga mungkin pertemuan ini buat lo gak nyaman karena mama terus desak."
Lintang menggeleng yakin.
"Sebenernya aku suka kok bertemu sama Mas Dika," ungkapnya jujur.
"So, langsung ke poinnya aja. Mama kayaknya mau nyomblangin kita."
"Aku tau kok."
"Lo gak keberatan?"
Lintang kembali menggeleng.
"Berapa umur lo?"
"21 tahun, Mas."
"Tuhkan, gue udah nebak. Emang lo mau nikah sama om-om kayak gue?"
"Kata siapa Mas Dika om-om? Gak keliatan sama sekali."
"Gue yakin lo pasti punya teman cowok yang lebih keren dari gue."
"Mas Dika nolak aku?"
"Gak gitu, mending lo pikir dulu deh sebelum ntar nyesal."
"Apa yang di sesali ketemu sama Mas. Mas itu orangnya baik dan dewasa."
"Tau dari mana?"
Lintang terlihat ragu.
"Sebenernya aku salah satu dari fansnya Mas."
"Masa?"
"Iya, Mas. Makanya aku udah tau karakter Mas Dika kayak gimana, bahkan kesukaan Mas pun aku tau."
"Tapi bagi gue, fans itu teman dan orang yang ngehargai musik gue. Gak termasuk dalam list bisa dijadiin pasangan. Mereka nilai gue karna subjektif aja."
"Gak kok Mas, kami selaku fans tetap melihat kekurangan dari Mas Dika, dan kami maklumi karena gak ada manusia yang sempurna."
"Lo yakin?"
Lintang mengangguk yakin.
"Yaudah."
"Apanya Mas?"
"Buat gue yakin kalo lo bukan fans yang subjektif."
Bibir Lintang merekah. Itu artinya Dika sudah membuka pintu hatinya.
"Oke, Mas."
***
"Gue mundur ajalah."
"Lah, kok gitu?"
Wajah Shena murung seketika saat diceritakan bahwa Dika akan di jodohkan dengan Lintang.
"Tante pasti gak akan restuin kalo gue sama lo."
"Kata siapa sih?"
"Kata gue. Dan udah keliatan kalo tante ingin liat lo nikah sama cewek itu."
Dika mengusak rambut Shena membuatnya berantakan.
"Lo cemburu?"
"Gak tau sih, cuma tau kalo gue ternyata ada saingan buat dapat cinta lo tuh gimana ya, insecure gue."
"Ngapain insecure, kan yang nilai gue."
"Ck, lo gak bakat ngertiin perasaan cewek."
Dika tergelak melihat ekspresi kesalnya Shena.
"Pasti dia cantik."
"Cantik itu list gue nomor dua. Yang utama adalah rasa nyaman."
"Heleh, kalo ternyata lo sama gue atau dia nyaman, ujung-ujungnya lo liat wajah juga, kan?"
"Kenapa sih ngomel mulu, emang segitu pengennya lo nikah sama gue?"
Yang ditanya malah kabur.
"Woy, malah pergi lo."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahardika Marcello
Teen FictionMahardika Marcello bukan hanya memiliki suara yang bagus tapi juga wajah tampan yang bisa memikat wanita manapun. Namun, di usia yang sudah memasuki kepala tiga ini ia belum berniat untuk mengakhiri masa lajangnya hingga mamanya sudah bosan dan pasr...