Mahardika Marcello

Mantan rasa Teman

"Muka lo jelek banget gue liat, pas manggung juga gak semangat. Lo ada masalah?" tanya Ricard si pemain keyboard di bandnya.

"Lagi mumet banget gue," jawab Dika yang sudah merebahkan punggungnya di sofa.

"Nyokap lo nawarin cewek lagi?"

"Bukan."

"Gembot mati?"

Alhasil Ricard di timpuk dengan stik drum yang Dika rampas dari tangan Langit yang baru saja lewat.

"Mulut lo gue sumpal sama stik ya Ri," ancam Dika serius. Kalau masalah dengan kucingnya ia tidak main-main.

"Santai bro, kan gue cuma nanya."

"Pertanyaan lo bikin gue tambah pusing!"

"Ada apa nih?" Mas Andra menyela di antara keduanya.

"Dika lagi pusing Mas, tapi gak tau masalahnya apa," adu Langit yang kembali mengambil stik drumnya.

"Kenapa sih Dik?"

"Panjang ceritanya Mas, ntar gue cerita tapi gak sekarang."

"Yaudah, tapi jangan jadi pikiran. Ingat apapun masalahnya jangan bawa pas lagi manggung."

"Ya Mas."

Dika pun pamit pada rekan bandnya karena jadwal manggung hari itu hanya di satu tempat saja dan biasanya saat banyak waktu luang ia akan menyempatkan ke kafe miliknya. Tapi sekarang ia jadi malas ke sana karena pasti akan bertemu cewek gila itu.

Dika mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Gue jemput lo sekarang," ucapnya sebelum mematikan sambungan.

***

"Lo gak takut ngajakin gue ketemuan di tempat umum kayak gini?"

"Takut sama apa?"

"Lo kan banyak fansnya Dik, trus kalo mereka ngira kita ada hubungan gimana?"

"Yaudah sih, biarin aja," ucapnya tak peduli sembari menyalakan api rokoknya dengan santai.

"Heh, jangan terlalu santai gitu. Ntar gue juga ikutan kena skandal."

"Ya ampun Nin, siapa coba yang mau bikin gosip tentang gue. Gue bukan artis kali ah."

"Lo emang dari dulu santai banget sih, heran gue."

"Hidup gak usah dibawa tegang kali, ntar cepat tua. Liat tuh udah besar aja tuh kantung mata."

"Dika!"

"Sorry, gue becanda."

Nina meminum airnya dengan sedikit rasa kesal.

"Maaf, jangan marah ya."

"Gue mana bisa marah sama lo Dik."

"Buset Nin, lo belum move on dari gue?"

"Dih, kepedean sekali anda. Maksud gue lo kan selalu gak serius."

Dika tertawa. Setidaknya di antara mantannya yang lain, Nina inilah yang sampai sekarang masih sering bertemu. Padahal kandasnya hubungan mereka hanya karena merasa lebih baik temanan daripada menjadi pasangan kekasih.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Nina ke inti pertemuan mereka hari ini.

Dika menghembuskan asap rokoknya ke udara.

"Gue ketemu cewek gila yang sekarang kerja di kafe gue."

"Lo kalo ngomong serius Dik."

"Beneran ini. Namanya Shena, gue bantuin dia pas di ganggu preman kemarin malam, trus ngizinin dia nginap di rumah."

"Hah? Lo ajak dia tidur di rumah lo? Wah mesum lo Dik!"

"Heh, gue belum selesai ngomong."

"Trus?"

"Paginya entah kenapa dia ngajak gue nikah, gila banget gak tuh? Sampe mama ke rumah trus mergokin kami."

"Sumpah lo?"

"Trus karena mama kasian dia di kasih kerja di kafe, tapi kok gue malah kuatir ya."

"Gila emang sih atau dia salah satu fans fanatik lo?"

"Gak sih, siapa gue sampe ada fans fanatik?"

"Lo emang gak ingat saat lo hampir celaka gara-gara turun dari panggung trus tuh cewek-cewek narik lo sampe ke tengah. Lo ampe masuk rumah sakit, kan?"

"Iya sih, tapi gue rasa dia bukan bagian dari cewek itu deh."

"Menurut lo kenapa dia bisa ngajak lo nikah?"

"Gak tau."

"Yaudah sih, selagi dia gak gangguin lo, gak usah dipikirin."

"Gitu ya?"

"Iya."

Dika tersenyum sambil mengusak rambut Nina sampai berantakan.

"Dikaaa!"

Yang disebut namanya hanya tergelak senang.

***

Cast

Mahardika Marcello

Shenania Almira

Nina Cantika