"Pinjem korek, Lang."
Langit yang baru selesai menyalakan rokoknya langsung melempar koreknya pada Dika.
"Bulan depan kita bakal manggung di Semarang," ucap Mas Andra yang baru bergabung dengan mereka.
"Acara apa, Mas?" tanya Ricard yang sibuk memperbaiki senar bassnya.
"Event ulang tahun salah satu perusahaan."
"Siaaap, udah lama gue gak ke sana."
Di tengah obrolan mereka, ponsel Dika berbunyi nada panggilan. Ia pun melihat layar dengan nama 'Nina' di sana.
"Kenapa Nin?"
"Lo sembunyiin cewek di rumah? Gila lo!"
"Buset Nin, assalamualaikum dulu kek."
"Jangan ngalihin topik ya lo. Jelasin ke gue!"
"Iya, ntar gue cerita. Lo dimana sekarang?"
"Kafe lo."
"Yaudah gue otw ke sana."
Saat Dika mematikan sambungan semua teman-temannya memperhatikannya.
"Dari Nina?"
"Iya."
"Kalian kenapa gak balikan aja sih, padahal udah cocok gitu. Lagian cuma Nina yang bisa nyambung sama lo."
"Justru itu, saking nyambungnya gue udah anggap dia kayak teman."
"Eleh, antara laki-laki dan wanita gak ada yang namanya hubungan pertemanan."
"Ada, gue sama Nina contohnya."
Richard hanya menggeleng capek, susah menang kalau udah debat sama Dika. Sementara Langit kebagian menertawakan saja.
"Gue cabut dulu ya."
"Nah, mau kemana lagi lo?"
"Ketemu Nina."
"Katanya teman, tapi sering ketemuan," ledek Ricard.
"Gak usah rumpi, kayak cewek aja lo."
Dika pun akhirnya pergi meninggalkan teman-teman bandnya.
***
"Tambah cantik aja Nin," sapa Dika yang baru sampai kafe. Ia langsung mengambil tempat di hadapan cewek itu.
"Makasih, sayangnya gue gak merasa tersanjung."
"Oh, bagus deh. Padahal cewek di luar sana pengen banget ketemu gue."
"Mulai lebay, dah langsung ke topik pembicaraan kita."
"Ngegas amat, lo udah pesan minum sama makanan?"
Nina menggeleng lalu Dika memanggil salah satu karyawannya dan memesan dua minuman serta makanan untuk mereka.
"Jadi siapa cewek itu?"
"Lo tau dari mana gue nyimpan cewek?"
"Tadi pas gue balik dari butik kebetulan lewat rumah lo, dan gak sengaja gue lihat cewek keluar dari sana."
Nina memperhatikan wajah Dika yang tidak terkejut sama sekali malah tampak biasa.
"Itu cewek yg gue omongin kemarin."
"Yang namanya Shena?"
Dika mengangguk sambil mengambil pesanan mereka yang sudah datang.
"Makan dulu."
Pada akhirnya Nina menghela nafas, berbicara dengan Dika harus membawa stok kesabaran yang banyak.
"Bukannya dia udah punya kosan baru?"
"Ceritanya panjang."
"Intinya aja deh."
"Dia di kejar mantan pacarnya yang ingin ngejual dia."
"Gila, beneran?"
"Benar."
"Trus kok bisa sekarang dia di rumah lo?"
"Kemarin cowok itu ngedatangin dia ke kosan."
"Tau dari mana?"
"Satu hari sebelumnya tuh cowok bikin keributan di sini."
"Kok lo gak cerita?"
"Ngapain?"
"Ya gak apa-apa, setidaknya gue gak kaget pas liat tu cewek ada di rumah lo."
Dika mendengus sambil tersenyum.
"Bentar lagi dia bakal keluar kok."
"Apa rencana lo sebenarnya?"
***
![]()
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain. Dika
(Vokalis/gitaris)
![]()
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain. Mas Andra
(Manager/keyboardis)
![]()
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain. Ricard
(Bassis)
![]()
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain. Langit
(Drummer)

KAMU SEDANG MEMBACA
Mahardika Marcello
Teen FictionMahardika Marcello bukan hanya memiliki suara yang bagus tapi juga wajah tampan yang bisa memikat wanita manapun. Namun, di usia yang sudah memasuki kepala tiga ini ia belum berniat untuk mengakhiri masa lajangnya hingga mamanya sudah bosan dan pasr...