LUCKY LUCKY 10.

7 1 0
                                    

NUMBER 10.

***

Ini masih pagi, tapi Okta sudah di kejutkan dengan kehadiran raksasa di depan pintu rumahnya begitu ia akan berangkat kerja.

"M-max!"

Max hanya mengangkat alisnya. Ia hanya menggeram, dia sangat lelah dan langsung masuk begitu saja tanpa mengatakan apapun.

Apa ini? Ada apa dengan dia?

"Max, maaf aku gak masak sarapan. Aku kira kamu gak pulang hari-"

"DIAM!" Geram Max tiba-tiba dengan gigi yang bergelayut.

Okta langsung bungkam ketika wajah Max tepat di depan wajahnya, dalam hati Okta sudah berteriak karena wajah max begitu menyeramkan. Apa? Apa salahnya?

Max mendesah dan mengusap wajah hingga menyisir rambutnya ke belakang.

"Maaf, saya lelah. Jadi tolong jangan ganggu saya," ujar Max lalu kembali menarik kopernya.

"Mau aku buatkan sarapan apa?" Tanya Okta sambil mengikuti langkah Max.

"Tidak usah. Kamu pergi bekerja saja sana. Saya cape. Paham?!" Okta menggerakkan kepalanya terpatah-patah.

"Saya tidak mau membentak kamu lagi. Jadi pergi!"

Max menaiki tangga setengah berlari, meninggalkan Okta yang masih mematung di tempatnya. Bertanya-tanya apa yang telah terjadi pada Max? Mengapa dia sangat marah? Apa Okta salah bertanya?

"Ah benar. Aku harus kerja," Okta sadar kembali ke kenyataan. Tapi langkahnya berhenti.

Ia kembali memikirkan Max. Dilihat jam, masih ada waktu masih sempat. Okta berlari ke dapur dan memasak beberapa potong Nugget, telur dadar dan membuat note. Setelah selesai, Okta berlari menuju kantor, tapi ternyata dia tetap terlambat sepuluh menit dan berakhir ditegur oleh Ketua departemennya.

***

Max turun ke lantai bawah dengan pakaian rapih dan wangi, ia siap pergi ke pertemuan selanjutnya. Siang ini ia  akan kembali ke Jeju, Karena beberapa barang dari Indonesia untuk keperluan hotelnya perlu di tinjau langsung. Max berencana pulang dari jeju besok malam.

Morgan menyapa Max yang baru keluar dan mengunci pintu.

"Jadwal pertemuan tidak ada perubahan, kan?" Tanya Max begitu masuk ke dalam mobil.

"Tidak, pak. Saya sudah menekankan kepada setiap tamu bahwa anda tidak bisa mengatur ulang jadwal kali ini."

"Bagus. Oh iya, kamu tahu dimana toko untuk  memilih baju pernikahan yang bagus?" Tanya Max.

Kening Morgan mengerut berpikir. "Kebetulan sepupu saya seorang desainer gaun pernikahan, pak. Walau lokal tapi sepupu saya sering mendapatkan pesanan gaun dari berbagai kota di berbagai pulau Indonesia."

"Kalau begitu buatkan saya janji. Nanti saya akan mengabari kamu lagi setelah masalah Jeju ini selesai."

"Baik, pak." Morgan melirik Max dari kaca yang mengarah ke belakang.

"Bapak serius akan menikah?" Tanyanya. Mulut Morgan sangat gatal, rasanya jika Max menjawab Iya Morgan akan tetap ragu. Apa benar bosnya ini akan menikah?

Dia, kan tidak punya keinginan serius dalam hubungan seperti itu.

"Iya. Tapi saya berencana untuk melamar dia dulu. Sekaligus meminta maaf," jawab Max.

"Maaf? Apa anda sedang bertengkar?"

"Bukan. Saya hanya tak sengaja melampiaskan kekesalan saya tadi pagi."

LUCKY NUMBER ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang