LUCKY LUCKY 11.

3 0 0
                                    

NUMBER 11.

***

Puluhan ribu uang sudah melayang. Okta membatalkan semua pesanan karena dia tidak bisa melanjutkan masaknya, sebab Max tidak tertidur dan terus berada di depan kamarnya hingga matahari terbit. Okta yang sudah bersiap, langsung keluar ketika Max mandi di kamarnya.

Membuat sarapan seadanya. Ia harap Max tidak buru-buru turun. Namun rupanya, Max selesai sangat cepat. Dia langsung mencari Okta begitu melihat pintu kamarnya sedikit terbuka.

"Okta, dengar saya akan menjelaskannya," kata Max sambil menghampiri Okta.

Namun sang calon istri terus mengelak menyiapkan makanan ke sana kemari.

"Okta, saya tidak tidur dengan siapapun. Saya tidak memiliki kekasih. Saya hanya akan tidur dengan mu."

"Ini masih pagi, kenapa kamu membicarakan hal mesum!?" Umpat Sang calon.

"Okta, saya bersumpah. Saya juga tidak tahu kenapa tanda itu ada di sana."

Okta berdecak. Ia hendak buka suara tapi suar bel menghentikannya. Buru-buru Okta membukakan pintu.

Aha, ternyata kejutan tidak hanya sampai dini hari tadi.

"Hai,"

Kini seorang perempuan cantik dengan rambut Sepinggang, lurus, hitam legam berdiri di ambang pintu rumah Okta.

"Cari siapa?" Tanya Okta ketus.

"Maximilian, ada???" Perempuan itu balik bertanya sambil berkedip cantik pada Okta.

Emosi Okta mendidih lagi. Bau perempuan ini sama seperti bau Max dini hari tadi. Bahkan sepertinya perempuan ini tidak pulang setelah minum alkohol dengan Max.

"Aku datang kesini mau meminta pertanggung jawaban dari, Maximilian. Habisnya dia tidak mengabari aku setelah kami main bersama."

Uwaahhh, wajah Okta sudah merah matang menyaksikan raut polos malu-malu dari wanita asing ini. MAIN katanya? Tangannya terkepal sampai urat kehijauan dipunggung tangannya yang biasanya hanya tumbul samar, kini terlihat jelas.

"MAXIIMILIAAANNN!!!" Teriak Okta begitu nyaring sampai menggetarkan perabotan dan kaca rumah.

Max tergopoh-gopoh menghampiri Okta saat mendengar tanda bahaya itu.

"Jessy?!!!!"

Bodohnya, kata yang pertama kali meluncur dari bibir Max adalah nama wanita itu.

'JESSYYY?' Okta langsung histeris saat mendengar hal ini.

"Lian, aku kangen." Jessy memeluk pinggang Max dan menaruh kepalanya di dada Max.

Bisa dia dengar detak jantung max yang cepat, sayangnya dia berpikir jika itu karenanya. Padahal itu karena seekor harimau putih sedang menatap nyalang pada Max.

"Kenapa sih kamu malah pergi tadi malam, padahal kita belum masuk ke--ADUH!! APAAN SIH!!!" Jessy terpekik karena Okta mendorong tubuhnya terpisah dari max.

"Bagus ya. Kamu ngelarang aku bawa laki-laki lain tapi kamu bawa simpenan kamu ke rumah ku??"

"Ti-Tidak, Okta. Saya tidak pernah membawanya pulang."

"BOHONG!! Kalau kamu memang ingin berpisah dengan ku, jangan cari gara-gara seperti ini!!"

"Tidak, Okta!! Saya tidak ingin berpisah dengan kamu. Mengapa kamu mengatakan itu? Saya sama sekali tidak ada hubungan apapun dengan perempuan itu. Demi nama dan nyawaku, Okta. Saya ke Jeju untuk dinas. Benar-benar dinas," ujar Max berupaya membuat Okta percaya padanya.

LUCKY NUMBER ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang