Awal minggu yang menyenangkan. Sana tengah bersantai menikmati minuman hangat yang sempat diberikan seseorang untuknya.
"Minumannya enak kan?"
"Kau tau ini rasa favoriteku"
"Aku cukup sering melihatmu minum itu"
"Terimah kasih Jeongyeon"
"Sama-sama cantik"
Sana sedikit tersipu. Aduhaii digodain sama cowo populer kayak jeongyeon siapa yang gak suka.
Tiba-tiba sekantong barang mendarat di samping Sana. Sana menoleh menatap orang itu yang ternyata Tzuyu.
"Apa?"
"Perban dan obat"
"Udah sembuh,gak perlu ini lagii". Sana mengembalikan lagi.
"Siapa tau ada luka lain"
"Kau berharap ada luka lain?". Tzuyu gelagapan sendiri.
"Bawa saja,siapa tau nanti butuh".
Sana menatap kotak dipangkuannya,beralih menatap punggung kekar yang kian jauh dari pandangannya
"Bisa saja Mina membunuhmu jika melihat adegan barusan". Jeongyeon terlihat sedikit tak suka dengan kedekatan Sana dan Tzuyu.
"Sayangnya Mina lagi gada tuh".
"San"
Wanita itu menghela nafasnya sebentar,kemudian menatap jeongyeon dengan dalam . "Soal perasaanmu ya?". Tatapan pria itu penuh harap.
"Saat ini tidak bisa Jeong". Ungkap Sana serius.
"Sudah dua tahun loh San"
"Aku udah coba. Tapi tetep enggak"
"Jeongnyeon. Coba berhenti mengejarku,bukannya kakak kelas Naya itu juga suka padamu,pilih yang pasti pasti saja"
Helaan nafas panjang terdengar putus asa ditelinga wanita itu.
"Jeong".
"Kau tau kan?". Tanya Sana.
Jeongnyeon hanya mengangguk mengiyakan sambil tersenyum,mencoba menerima keputusan Sana.
"Aku akan menyerah sekarang jika itu maumu. Tapi kalau butuh aku,hubungi saja ya Sana?". Ucap jeongnyeon sambil memberikan sesuatu pada Sana.
"Ini cuman key chain. Cocok buat di tasmu". Serah jeongyeon. Kemudian berlalu pergi.
Melihat itu Sana merasa bersalah. Pria itu sudah terlalu baik padanya sejak dua tahun terakhir. Entah dimana mereka bertemu. Yang jelas Jeongnyeon memperkenalkan dirinya pertama kali saat acara pentas di kampus.
"Dia baik,tapi bukan tipe pria yang kusuka". Gumam Sana sambil memasang key chain tupai itu di tasnya.
"Kenapa orang-orang selalu mengira kalau aku ini mirip tupai,gigiku tidak se tongos itu." Kesal Sana.
"Perilakumu mirip sama tupai sih"
"Mana yang mirip?". Sudah Sana kenal suara itu meski tak menoleh.
"Semuanya sih". Tzuyu mengisi kursi kosong disamping Sana.
"Pergilah. Aku gak mau kena masalah karna ini".
"Tidak akan ada masalah,aku hanya duduk disini. Apa itu akan jadi sebuah masalah?". Tanya Tzuyu mengamati anak-anak lain bermain bola.
"Masalab jika Mina melihatnya!,sadarkah kau chou orang orang sudah melotot melihat kau duduk dikursi sampingku?". Sana melirik kanan dan kiri.
Tatapan orang-orang seolah berkata " Berani sekali wanita itu berduaan dengan pacar primadona sekolah!"
