11

332 36 1
                                        

Jeongyeon terlihat bosan. Begitupun Jihyo yang sedang menidurkan dirinya disofa empuk milik Sana. Pemilik apartemen tak kalah kesalnya. Ia bahkan sudah duduk dipojok ruangan menunggu seorang yang masih tidur bahkan setelah rapatnya selesai.

"Tzuyu bangun!". Teriak Jeongyeon.

Sana merebahkan dirinya dilantai. Sudah 1 setengah jam setelah rapatnya selesai mereka menunggu Tzuyu bangun dan keluar dari kamar Sana.

"Gak ada kunci cadangan San?"

"Didalam semua"

"Lagian sembarangan banget masuk kamar orang. Mana gak ikut rapat lagi karna molor".

"Gimana kalau dia ngecek satu-satu lemari lo?. Terus hancurin apapun itu. Gimana kalau privasi lo ada yang dia dapat. Kan bahaya". Jihyo.

Mengingat itu mata Sana membulat lebar. Sana yang semula tiduran kini berlari menuju pintu sambil menggedor gedornya kuat.

"Tzuyu!". Ketuknya berkali-kali.

Pintu itu bahkan sudah ia tendang. Tak peduli kakinya akan sakit atau gimana.

"Tzu!. Jangan macem-macem ya!". Teriak Sana.

"Gapapa San ngintip kolor dikit gak ngaruh". Jihyo kembali berucap.

Mendengar itu Jeongyeon ikut terpancing emosi Juga. Dia tau adeknya itu agak lain dan nekat.

"Lo keluar atau gue telepon polisi!" Sahut Jeongyeon.

Sedangkan Sana bergelut dengan pikirannya sendiri. Gimana kalau pria itu tau,gimana kalau Tzuyu nemuin hal yang selama ini ia tutupi darinya. Dan gimana kalau Tzuyu tau semuanya. Tau tentang apa yang selama ini ia rasakan".

Ceklek.

Tzuyu muncul didepan pintu. Tepat dihadapan Sana dan Jeongyeon. Tatapannya entah kenapa terlihat lebih redup. Mana Tzuyu yang selalu terbuka lebar matanya.

"Pulang!". Bentak Jeongyeon.

Namun Tzuyu enggan meninggalkan tempatnya. Tatapannya sedari tadi ia berikan pada Sana.

Sana tau.

Tzuyu pasti membaca semuanya.

Ia menunduk setelah ia rasa pria itu menjauh darinya. Dengan tergesa-gesa ia membuka semua lemarinya. Membuka satu laci yang berada paling bawah dan menyadari semuanya.

"Bukunya hilang".

"Argh!!!". Teriaknya meluruh dengan wajah menelungkup dikedua lulutnya yang ditekuk.

"Hilang,dia tau dia pasti sudah tau sekarang." Gumamnya dengan air mata yang mengucur perlahan namun semakin deras.

"Sana?"

Jihyo ngintip. Menyadari Sana yang menangis. Jihyo sudah tau. Kalau Tzuyu pasti mencuri pakaian dalamnya.

"Gapapa San. Hilang satu aja bisa beli". Ucap Jihyo.

Sana merasakan pelukan hangat Jihyo. Dirinya kembali menangis sesegukan. Sedangkan jihyo mengusap usap pundaknya. Apa segitu berharganya dalaman yang Tzuyu curi?. Ingatkan Jihyo untuk mencaci maki Tzuyu besok.

Pria dengan keheningan malam menyelimuti kamarnya. Setetes air matanya kembali menetes. Cahaya temaram lampu tidur tak bisa menyamarkan kesedihan pria dengan buku kecil dihadapannya.

Tzuyu membaca dan membaca. Buku yang semula kering kini basah pun tak ia perdulikan. Lembaran demi lembara mampu menyulut air mata keluar.

Tzuyu tidak tahan. Dengan rasa sedih ia menutup buku bersampul  hitam dengan gambar dadu dua titik.

You Can If You Want - (Satzu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang