Rumah Sakit

1K 79 22
                                    

.

.

.

Jaemin dengan tergesa berjalan ke ruangan yang sudah di tunjuk oleh perawat. Ya, itu adalah ruangan istri nya. Yang lain masih dalam perjalanan, sedangkan Jaemin memang sudah di rumah sakit ini karena rumah sakit ini adalah milik nya, hanya saja tadi ia sedang di ruangan pribadi.

Jaemin melihat ada beberapa orang di depan ruangan dan seperti nya di dalam, para dokter sedang melakukan upaya penyelamatan.

"Apakah anda dengan keluarga korban?" Tanya salah satu orang di lorong itu. Seperti nya itu adalah orang yang membawa Renjun ke rumah sakit ini.

"Ya, saya suami nya. Terima kasih karena sudah membawa istri saya ke rumah sakit ini." Jaemin sedikit membungkuk kan tubuh nya untuk berterima kasih.

"Iya, itu tidak masalah. Kami harus pamit pergi sekarang" ucap orang itu.

"Baiklah, sekali lagi terima kasih." Ucap Jaemin menanggapi.

"Permisi? Tunggu sebentar, boleh saya meminta nomor ponsel anda?" Tanya Jaemin. Mungkin ia butuh nomor ponsel orang itu untuk menanyakan kejadian nya dengan rinci saat keadaan mulai membaik.

Orang itu lalu memberi nomor ponsel nya.

Orang-orang itu pergi, dan Jaemin terduduk lesu di kursi lorong rumah sakit, menatap kosong ke pintu ruangan. Saat ia mendapat kabar bahwa istri nya mengalami kecelakaan, rasa nya dada Jaemin seperti di tusuk ribuan jarum dan sangat sesak.

Jaemin menutup wajah nya dengan kedua tangan. Lalu setelah beberapa menit, Mark dan Chenle datang.

Mark menepuk bahu Jaemin.

"Jaemin, dokter nya belum keluar?" Tanya Mark. Seperti nya Mark dan Chenle juga tergesa saat menuju ke sini.

"Belum, kak.." ucap Jaemin dengan lesu.

Chenle lalu ikut duduk di kursi rumah sakit. Sebenarnya kaki Chenle benar-benar terasa lemas saat Jaemin menelepon nya memberitahu bahwa Renjun kecelakaan.

"Haechan, Jeno sama Jisung belum dateng?" Tanya Mark lagi.

"Belum, tapi tadi Jaemin udah ngirim pesan ke mereka." Jawab Jaemin.

"Huuffftt.." Mark duduk di kursi sebelah Jaemin dan menghela nafas. Mark meremat jari jemari tangan nya.

Mereka bertiga terlihat sangat frustasi sambil menatap penuh harap pada pintu ruang operasi. 

Tak lama, Haechan datang.

"Gimana keadaan Renjun? Dia baik-baik aja kan?" Tanya beruntun Haechan.

"Renjun masih berjuang.." Jawab Mark tanpa menatap Haechan.

Haechan lalu terduduk lesu di sebelah Chenle. Sedangkan Chenle, ia menutup wajah nya dengan kedua tangan. Dan bahu nya sedikit bergetar, menandakan dominant itu sedang menangis walaupun tak bersuara.

Jaemin yang peka, merangkul Chenle dan mengusap punggung nya.

"Renjun bakal baik-baik aja. Renjun kuat kok..." Ucap Jaemin menenangkan Chenle.

"Jaem, lu udah nelepon Bunda Winwin sama Ayah Yuta?" Tanya Haechan.

"Ah, gue lupa.."

"Yaudah biar kakak aja yang nelepon" Mark mengambil ponsel nya lalu berdiri dari duduk nya dan menghubungi Yuta. Mark menghubungi Yuta karena Mark tau, jika ia langsung memberitahu pada Winwin maka Winwin akan shock. Kalau Yuta, mungkin Yuta masih bisa mengendalikan diri, tapi kalau Winwin mungkin akan langsung hilang kesadaran diri.

Setelah menghubungi orang tua Renjun, Mark juga mengirim pesan di grup keluarga, memberi kabar bahwa Renjun kecelakaan. Mark lalu kembali duduk di sebelah Jaemin.

Tak lama Yuta dan Winwin datang, dan mereka terlihat sangat khawatir. Bagaimana tidak? Renjun satu-satu nya anak mereka, Renjun satu-satu nya permata hati mereka.

Dan setelah berjam-jam lama nya, dokter keluar dari ruangan itu. Serentak mereka semua bangun dari duduk dan mendekat ke arah sang dokter. Dokter itu sudah tau bahwa mereka adalah keluarga dari pasien, karena pemilik rumah sakit itu juga turut hadir di sini.

"Bagaimana keadaan anak saya?" Tanya Winwin menatap penuh harap pada dokter itu.

"Kabar baik nya pasien selamat, tapi pasien mengalami pendarahan hebat jadi pasien kehilangan banyak darah. Dan luka nya sangat serius, kepala pasien seperti nya terbentur sangat keras dan ada beberapa pecahan kaca di tubuh pasien. Dan pasien koma, kami juga tidak bisa menentukan kapan pasien akan siuman." Jelas dokter itu.

Hati Winwin sangat sakit mendengar hal yang terjadi pada anak nya. Winwin juga sedari tadi menangis dalam diam.

"Apakah saya bisa masuk?" Tanya Winwin.

"Bisa, tapi ada baik nya hanya beberapa orang saja dan tidak menimbulkan suara yang bising."

"Baik, saya mengerti"

"Suruh perawat untuk memindahkan istri saya ke ruang VVIP nanti"  Perintah Jaemin.

"Baik pak, saya akan menyampaikan hal itu pada perawat. Kalau terjadi apa-apa pada pasien, langsung saja panggil saya. Saya permisi" dokter itu membungkuk lalu pergi.

Tanpa pikir panjang, Winwin masuk ke dalam ruangan itu diikuti Yuta. Saat Chenle dan Haechan akan ikut masuk, Jaemin menahan nya dan menggeleng.

"Kasih mereka waktu luang dulu" ucap Jaemin.

.

.

.

______________________________

Guys, kaya nya yang genre mature itu ga jadi deh, soal nya aku mikir" lagi kalo mature  kaya nya alur nya bakal ngebosenin.. jadi aku bakal lebih fokusin ke konflik nya aja.
Jadi siap" ya 😌

Berpawang 6 [RENJUN HAREM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang