Our Little Girl : Princess Of Heaven (End)

1.2K 10 0
                                    

Our Little Girl : Princess Of Heaven
Dylan-Rina After Story

---

Chapter 4 (End)

---

"Pagi, Gaes!" sapa Rian ceria pagi itu ketika memasuki kantor management RIR. Hari itu Rian memang sepakat mengadakan rapat dengan personil band Red Ice Reborn dan asisten manajer timnya di kantor manajemen. Ruangan Dylan.

Jarum jam memang masih menunjuk ke pukul 7 pagi, tapi Rian bisa melihat Om kesayangannya sudah sibuk berduel dengan tumpukan kertas yang sama sekali tak Rian mengerti apa saja esensi dari tulisan yang terpatri di atasnya. Rian memiringkan kepalanya, kebingungan.

"Lho, Om Dylan. Katanya mau libur dulu jagain Rina? Kok tau-tau muncul di sini?" Tanpa memberi salam basa-basi, Rian langsung menanyai Dylan. Yang mana hal itu justru membuat Dylan makin frustasi.

"Rian, kalo kamu mau bantu. Duduk aja di sana yang anteng, nggak perlu nanya 'abcde'. Om udah hampir gila ngerjain ini semua dari jam 5 pagi tadi," tukas Dylan sambil mengerutkan dahinya dan sesekali membenarkan letak posisi kacamata yang dipakainya.

Rian bergidik ngeri. Baru kali itu ia merasakan aura suram mencekam menyebar begitu saja melalui setiap ucapan Dylan. Ya, Omnya itu memang sering sekali memarahinya. Tapi belum pernah Rian merasa merinding dan ketakutan hingga seperti ini. Sepertinya mood Dylan kali ini sungguh-sungguh buruk.

Sedikit banyak Rian bisa mengerti. Beberapa waktu lalu, Dylan sempat bilang ia akan ambil cuti karena usia kandungan Rina sudah lewat 5 hari dari HPLnya. Sebagai laki-laki yang juga pernah mengalami kejadian serupa. Dalam artian waswas jika tiba-tiba sang istri melahirkan tanpa ditemani olehnya yang notabene adalah seorang suami. Tentu Rian paham seperti apa perasaan Dylan yang campur aduk, ketika dipaksa tetap bekerja profesional dengan fokus pikiran terpecah belah.

"Mas Dylan. Ini berkas tambahannya," ucap seorang pria yang berusia dua tahun lebih tua daripada Rian. Rian mengenal orang ini dengan nama Edy. Asisten Manajer Dylan.

Dylan seketika kembali menghela nafas ketika melihat Edy sekali lagi memasuki ruangannya sambil membawa setumpuk dokumen. Ia nyaris putus asa sekarang.

"Taruh sini, Ed. Kurang dikit, habis ini aku cek."

Jelas, 3 tumpuk dokumen yang berdiri angkuh setinggi hampir 30 cm di hadapan Dylan itu bukanlah jumlah yang sedikit. Dylan mengatakan hal itu, semata-mata demi menghibur sekaligus menyemangati dirinya sendiri.

"Ada lagi nggak yang nyisa di lemari resepsionis depan?" tanya Dylan lagi tanpa mengalihkan fokusnya dari lembaran dokumen yang dibacanya.

Edy menggeleng pelan. "Nggak ada, Mas. Itu yang terakhir."

Setidaknya, jawaban sang asisten membuat Dylan merasa sedikit lega.

Edy mengerutkan alisnya.

"Mas, kalo urgent banget. Tinggal aja. Nanti biar saya yang kerjain, sama anak-anak staff. Kalo dikerjain bareng-bareng bersepuluh, bisa kok selesai hari ini. Nanti hasilnya langsung saya anter ke rumahnya Mas Dylan," tambah Edy dengan ekspresi prihatin.

Baru kali itu, Edy melihat seniornya terlihat kacau dan kusut. Padahal selama hampir 4 tahun Edy bekerja di kantor manajemen RIR, ia selalu bisa melihat kepribadian hangat, kalem, elegan dan rapi tercermin di tiap penampilan Dylan.

"Pokoknya sekarang kamu cari aja mantan karyawan kita yang nggak bertanggung jawab itu. Aku mau bikin perhitungan. Bisa-bisanya berkas masuk dan keluar numpuk sebanyak ini nggak diurusin sama sekali. Padahal semua ini isinya kontrak RIR sama beberapa agency berbeda. Jujur, aku kaget waktu pas subuh tadi dapet kabar dari salah satu klien yang ngerasa udah bayar DP tapi belum nerima kontrak resmi dari kita. Soalnya seumur-umur manajemen ini berdiri, kamu tau sendiri kita selalu terstruktur dan hal ini nggak pernah terjadi. Dan bener aja, pas aku coba kontak beberapa klien lain, ternyata mereka juga ngalamin hal yang sama. Mereka diem karena sungkan sama kita. Tapi, ini masalahnya berkaitan sama kredibilitas kita. Kalo sampe hal ini bocor keluar, gimana nasib RIR. Yang bener aja," omel Dylan panjang lebar meluapkan kekesalannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

No More Tears For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang