Never Stop Loving You (4)

848 9 0
                                    

Never Stop Loving You
Rian-Mari After Story

Chapter 4

---

"Rian, boleh aku minta sesuatu?"

Mari menggelayut manja di lengan suaminya. Sore itu, Rian memang baru pulang setelah 2 hari pergi ke luar kota untuk keperluan pembuatan video klip album terbarunya. Mereka baru saja memasuki pintu rumah ketika Mari menanyai pria yang sudah menikahinya itu.

Tentu saja sikap Mari yang tidak biasa itu membuat Rian kebingungan. Wanita yang biasanya bersikap dewasa dan mandiri, tiba-tiba berubah. Rian menyentuh kening istrinya. Dipikirnya, mungkin Mari sedang demam jadi bicaranya agak meracau. Sentuhan Rian membuat Mari melirik ke atas.

"Lina, kamu baik-baik aja?" tanya Rian.

Namun seolah tak peduli, Mari kembali memeluk lengannya suaminya. Karena tak mendapat jawaban, Rian menyerah. Pada akhirnya ia hanya bertanya,

"Boleh. Apa sih yang nggak buat kamu?" Ia menyentul cepat dagu istrinya.

Mari menatap Rian, senyuman penuh kebahagiaan membuat wajahnya berbinar. Dilepaskannya pegangan tangannya dari lengan Rian. Wanita manis itu maju ke depan, berbalik menghadap suaminya. Secara tiba-tiba, ia melesat begitu saja ke dada pria yang dulu memang menjadi teman belajar seangkatannya di Harlif Music Academy.

Mari melingkarkan kedua tangan dan lengannya di badan Rian. Membuat tubuh laki-laki itu terasa hangat. Rian tertegun, wajahnya memerah.

"Peluk aku, Rian. Jangan dilepas sampai aku bilang boleh," ucap Mari penuh sayang.

Rian tertawa. "Ah, kamu ini. Aku kira minta apa. Ternyata cuma minta dipeluk. Sini, sini." Pria bertubuh tinggi itu agak membungkuk agar bisa menyelimuti istrinya dengan tubuhnya.

Dari balik punggung Rian, Mari melonggarkan ujung lengan baju panjangnya. Mengeluarkan sesuatu dari sana. Setelah siap ia menepuk pelan punggung suaminya itu. "Terima kasih, rasanya berbeda tidak?"

Rian kembali bingung, namun ia memutuskan untuk mengusili istrinya. "Apa ya? Oh ini, ukurannya nambah ya Lina?"

Rian sengaja memeluk Mari lebih erat, membuat dada Mari melesak lebih dalam ke tubuhnya. Kini situasi berbalik, wajah Mari yang terasa panas berubah menjadi merah padam. Ia mengerti maksud suaminya.

Reflek, Mari menginjak kaki Rian. Tidak keras, hanya bertujuan untuk mengagetkan suaminya sehingga pria itu melonggarkan pelukannya. "Bukan!" bantahnya kesal.

Rian melepaskan pelukannya, Mari yang merasa jengkel langsung berbalik badan. Membelakangi suaminya. Melihat hal itu, segera Rian membujuknya agak tak lagi marah. Dipeluknya tubuh istrinya dari arah belakang. "Cup cup, jangan marah dong. Aku baru pulang dari jauh lho. Masa langsung dingambeki begini?"

Wajah Mari berubah masam, namun ia luluh ketika menoleh ke samping. Di sana, Rian sudah menempelkan kepalanya di pundak sang istri. Wanita berambut panjang itu berbalik. "Benar tidak merasa berbeda?"

Rian menggeleng. "Selain yang aku bilang tadi, tidak ada yang berbeda."

"Aah, Rian!"

Mari kembali kesal. Intonasi bicara Mari yang lembut dan meliuk-liuk itu membuat Rian gemas. Tadinya ia tak ingin berhenti menggoda istrinya. Tapi jika terus dilakukan, sebentar lagi perempuan yang kini sudah menjadi teman hidupnya itu pasti akan benar-benar marah.

Mari kembali berdiri membelakangi Rian. "Padahal tadi kamu sedang memeluk dua orang. Benar tidak terasa bedanya?"

Rian masih memproses kata-kata istrinya. "Dua orang? Rumah ini ada hantunya, atau bagaimana sih, Sayang?"

No More Tears For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang