Anye hanya mengekori pria di depannya dengan bibir bungkam. Pria itu bernama Rian, pria yang mengaku sekretaris Abhy. Orang yang datang ke rumahnya pagi-pagi sekali karna di perintahkan oleh Abhy sendiri.
Seperti janji mereka kemarin, jika mereka akan bertemu pagi ini di suatu tempat. Tapi, sejak tadi perasaan Anye menjadi gelisah saat pria di depannya bukan membawanya ke sebuah restoran mewah. Atau kantor pria itu, dia malah membawa Anye ke sebuah rumah yang sekelilingnya adalah .... hutan?
Sejak dia menginjakkan kakinya di rumah itu, tidak ada pemandangan lain selain pepohonan yang besar dan rindang. Yang mendadak membuat hati Anye resah.
Dia ini ... tidak akan dibunuh lalu di kuburkan di sini, kan? Atau lebih parahnya lagi-
"Apa otak kecilmu itu hanya terisi sesuatu yang buruk?" Pertanyaan bernada sindiran itu menyadarkan Anye, dia mendongak begitu mendengar suara seseorang itu.
Abhy. Dia berdiri di sana. Di undukan anak tangga dengan pakaian lengkapnya. Menatapnya lurus. Saat itulah Anye sadar jika dia kini terdiam di tengah ruangan. Sendirian.
Mengedarkan pandangannya, Anye tidak lagi menemukan keberadaan Rian. Pria itu sudah tidak ada di sekelilingnya. Padahal dia tadi berada di depannya.
Kembali mengalihkan pandangannya ke arah Abhy, Anye menahan nafas saat pria itu bergerak ke arahnya. Menuruni anak tangga dengan gaya angkuhnya. Jangan lupakan bagaimana kedua mata yang tampak sinis itu. Juga ekspresi wajah yang terlihat angkuh dan kaku. Perpaduan pria kaya yang sombong pada umumnya.
Anye menarik nafas dalam, menghembuskannya perlahan saat dirasa ia mulai gugup. Kembali mengikuti Abhy saat pria itu memberi isyarat mata untuk mengekorinya.
Dia mengekori pria itu tanpa banyak bertanya, membiarkan pria itu memimpin jalan sampai mereka tiba di sebuah pintu coklat tinggi. Langkah Anye terhenti, dia menatap sekeliling yang terdapat tanaman hias. Suasana di sana benar-benar sepi, hening dan jauh dari kebisingan. Yang Anye jamin jika sesuatu terjadi padanya, mungkin saja tidak akan ada orang yang menemukannya.
Anye menelan ludah susah payah, memikirkan semua itu tubuhnya terasa menggigil. Dia merasa ketakutan juga cemas.
"Saya tidak akan membunuhmu!"
Ouh, pria itu bahkan bisa menebak isi kepalanya. Batin Anye semakin gelisah.
"Setidaknya untuk saat ini."
Kedua mata Anye melotot, kakinya refleks mundur dan menjaga jarak. Saat itulah tubuh yang membelakanginya berbalik. Menatapnya dengan satu alis terangkat tinggi.
"Kamu takut saya membunuhmu?" Tebaknya. Yang sayangnya tepat sasaran. Anye seketika memalingkan wajahnya saat wajah itu menatapnya meremehkan. Lagi, wajah angkuh dan sombong pria itu terlihat jelas. Pria itu bahkan sama sekali tidak ingin menutupinya dari Anye. Membuat Anye berdecak dalam hati.
Dasar pria sombong!
"Kamu takut mati tapi dengan bodohnya malah melemparkan diri pada saya?!" Abhy melipat kedua tangannya di dada. Berdiri angkuh di depan wanita yang sejak tadi sama sekali tidak mengeluarkan suaranya. Namun wajahnya terlihat begitu tertekan, yang entah mengapa terlihat enak dipandang. Abhy merasa wajah itu terlihat lucu saat tertekan dan Abhy sangat menikmatinya.
"Apa sekarang kamu mendadak berubah bisu?"
Anye kembali menatap ke arah Abhy. Berusaha menekan kegugupan juga rasa takutnya. Dengan berani dia pun mendekat.
Hari ini dia sudah berndanda cantik. Semua itu dia lakukan untuk menarik perhatian pria di depannya ini, jadi Anye akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat pria itu mau menikahinya hari ini. Bagaimana pun caranya. Apa pun resikonya. Dia tidak akan menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wife
RomanceAbhy dan Anye adalah dua orang asing yang terpaksa menikah demi kepentingan masing-masing. Abhy membutuhkan Anye, begitu pun sebaliknya. Sampai perjanjian pernikahan itu pun disepakati. *** Demi menyelamatkan Ibunya dari semua tuduhan, Anye harus m...