7. Kekasih

187 28 6
                                    

"Baiklah, tapi sebelum itu .." Wajah itu tersenyum. Yang mendadak membuat perasaan Anye tidak enak karna senyum itu seakan mengandung banyak arti.

"K-kenapa?" Tanyanya gugup.

"Saya ingin melihat usaha kamu."

"Usaha?"

Abhy menganggung. "Kita akan pergi hari ini." Abhy menegakkan tubuhnya. Membuat Anye mundur seketika. "Dan, kalau kamu berhasil menyakinkan semua orang jika kamu adalah calon istri saya. Saya jamin, kita akan menikah seperti yang kamu inginkan. Bagaimana?"

"Okay." Jawab Anye. Yang seharusnya tidak ia katakan secepat itu hingga membuat pria yang kini menatapnya pun tersenyum misterius.

"Okay, saya suka semangat kamu, Anye. Dan saya harap kamu tidak akan mengecewakan saya kali ini."

Owh, tentu saja. Akan Anye pastikan jika dia tidak akan membuang kesempatannya kali ini.

Anye tersenyum manis. Senyum yang akan ia pastikan jika itu adalah awal dari sesuatu yang akan merubah hidupnya kali ini.

Jadi, begitu Abhy membawanya ke sebuah ruangan-yang ternyata telah pria itu siapkan untuknya. Saat itu Anye tahu jika mereka bukan akan pergi ke acara sederhana. Melainkan acara mewah atau bahkan penting.

Anye bahkan di ndandani sedemekian rupa. Pakaiannya di ganti, wajahnya di ndandani, juga wajahnya berubah seperti seseorang yang tidak ia kenali.

Saat menatap pantulan dirinya di depan cermin pun. Anye merasa dia benar-benar tidak mengenali dirinya. Rambutnya yang biasanya diikat asal atau di gerai ala dirinya. Kini di sanggul tinggi, menyisahkan sedikit di sisi wajahnya. Kaki jenjangnya pun di balut hak tinggi yang membuat Anye menelan ludah susah payah. Mendadak dia merasa gugup saat ini.

"Wah, anda terlihat sangat cantik, Nona."

Anye tersenyum mendengar pujian itu. Bersamaan dengan pintu ruangan terbuka dari luar. Sosok pria jangkung dengan stelan rapi juga mahalnya muncul dari sana. Membuat Anye mau tidak mau pun bangkit. Dia memutar tubuhnya hingga kini berhasil mengehentikan langkah pria itu sejenak.

Hanya sejenak sebelum ia berdehem dan kembali membawa langkah kakinya mendekat.

"Kita pergi sekarang?"

Anye mengangguk. Membawa langkahnya mendekat, tapi baru saja ia melangkah satu langkah. Tubuhnya sudah oleng, hampir saja ia jatuh kalau saja tidak ada lengan yang memanjang dan memeluk pinggangnya erat-erat.

Anye menahan nafas. Wajahnya yang begitu dekat membuat dia sama sekali tidak bisa bernafas dengan benar.

"Kamu baik-baik saja?"

Anye mengangguk, buru-buru bangkit dengan bantuan Abhy yang masih memegang pinggangnya.

"Maaf, ini pertama kalinya aku mengenakan heels." Ucap Anye jujur. Membuat Abhy menatap ke arah kaki Anye.

"Jika kamu keberatan menggunakan heels, kamu bisa menggantinya." Tawar Abhy, yang langsung ditolak oleh Anye. Dia menggeleng cepat.

"Tidak perlu. Aku hanya perlu membiasakan diri. Nanti pasti akan terbiasa."

Abhy menatap sanksi Anye. "Kamu yakin?"

Anye mengangguk. Membuat Abhy pun ikut mengangguk. Dia mengulurkan tangannya, yang sayangnya tidak langsung Anye terima. Dengan santai dia malah melingkarkan tangannya di lengan pria itu. Membuat Abhy seketika melarikan pandangannya ke arah lengannya yang di peluk wanita itu.

"Dari pada digandeng, aku lebih suka begini."

Abhy diam saja, yang semakin membuat Anye mengeratkan pelukannya. Mereka melangkah beriringan keluar ruangan. Terus melangkah dengan sesekali Anye akan mengeratkan pelukannya di lengan Abhy. Takut-takut jika ia akan tergelincir seperti tadi.

The WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang