6. Kesepakatan

191 30 1
                                        

Setibanya ia di hotel tempatnya bekerja pagi ini, Anye sudah disibukkan dengan persiapan menyambut tamu-tamu penting yang beberapa hari ini membuat hotel tempatnya bekerja menjadi heboh. Mengikuti arahan dari concierge untuk memenuhi kebutuhan tamu yang sejak dua hari yang lalu telah membuat Anye lembur dan pulang cukup larut.

Tidak bisa berbohong jika Anye suka setiap kali ada acara seperti ini di hotel, membuat dia memiliki jam lembur tambahan. Belum lagi jika acara nanti berjalan lancar. Dia akan mendapatkan tips yang lumayan dari atasannya itu. Membuatnya kian semangat mempersiapkan semuanya.

Karna Anye hanya sekelas pelayan biasa, dia telah sibuk mondar-mandir sejak tadi. Mulai dari menyusun bunga-bunga di atas meja. Membantu merapikan piring-piring juga peralatan makan lainnya.

"Nye?"

"Ya?" Anye menoleh ke arah salah satu rekannya. Yang berdiri di sampingnya.

"Kerjaan kamu udah selesai, kan?"

Anye yang sejak tadi menyusun peralatan makan di meja-meja para tamu pun mengangguk. "Udah, udah beres kok."

"Ayo, kalau gitu kamu bantu aku merapikan kamar di lantai dua."

"Eh, tapi-" Anye menoleh ke arah seorang wanita yang kini berdiri di tengah ruangan. Memberi arahan pada para karyawan yang sejak tadi mondar-mandir.

"Bu Sinta tadi minta aku cek makanan untuk para tamu."

"Alah, udah, nanti aja. Kamar tamu lebih penting."

Anye ingin menolak, setidaknya dia harus berpamitan pada atasannya itu jika tidak ingin nanti kena semprot.

"Tapi, Nda-"

"Udah ayo, ah. Buruan, Nye! Pak Ardi udah minta aku buat rapikan kamar di lantai dua kalau-kalau ada tamu yang menginap mendadak malam ini. Bisa gawat kalau belum kita rapikan dan cek semuanya."

Anye tidak punya pilihan lain, karna itu dia menurut dan pasrah saja tangannya di tarik. Mereka melangkah ke arah lift, di sana ada dua orang pria dengan troli dorong yang di dalamnya terdapat alat pembersih kamar. Mereka melambai begitu melihat Anye mendekat dengan Linda di sampingnya.

"Kalian pasti yang diminta Pak Ardi buat bantuin cek dan rapikan kamar di lantai dua, kan?" Tanya Beni, yang kini mendorong troli bersama Ari. Yang langsung dijawab Linda dengan penuh semangat. Anye yang melihat itu pun hanya menggelengkan kepalanya.

"Hai, Nye?" Sapa Ari, yang saat Anye hendak memjawab pertanyaan Beni. Dan Anye hanya tersenyum dan mengangguk. Setelahnya mereka pun masuk ke lift, yang tak lama berdenting dan membawa mereka ke lantai atas.

"Eh, udah denger gosip terbaru belum?" Ucapan itu berhasil menarik perhatian Anye yang berdiri di paling depan. Di samping Linda yang kini juga menoleh.

"Denger-denger, ya, katanya tu sebenernya persiapan ini bukan untuk menyambut tamu penting biasa."

"Terus?"

"Denger-denger, sih, anak dari pemilik hotel akan melakukan pertunangan."

"Pertunangan? Kok acaranya nggak mewah?" tanya Linda penasaran. Belum sempat ada yang menjawab, pintu lift berdenting. Mengharuskan mereka keluar dari kotak besi itu.

"Denger-denger juga, ya, mereka akan bertunangan dengan salah satu putra keluarga Ardata."

Langkah Anye terhenti, dia seketika menoleh ke arah pria di sampingnya. Yang berbicara dengan suara lirih karna takut akan ada yang mendengarnya.

"Yey! Dasar tukang gosip!" Hina Linda. Memukul pundak Beni yang kini meringis dan mengangkat tangannya. Melindungi tubuhnya dari pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan oleh Linda.

The WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang