Anye mendesah, wajahnya tampak di tekuk lesu. Beberapa hari ini, dia bahkan tidak bersemangat bekerja. Terutama saat mengingat bagaimana bodohnya dia saat itu. Sesekali dia akan mendesah panjang, mengerang begitu lagi-lagi ingatannya berputar ke arah sana.
"Saya perhatikan akhir-akhir ini kamu seperti orang tertekan. Kenapa? Sudah mulai bosan lembur?" Celetukan tiba-tiba dari belakangnya seketika membuat Anye menoleh. Dia meringis begitu melihat ada siapa di belakangnya.
"Pulang sana kalau memang sudah lelah."
"Nggak, Pak." Geleng Anye. Semakin semangat mengelap meja. Mana mungkin dia bisa ijin pulang saat dia sudah setuju untuk lembur. Bisa-bisa gajinya dipotong kalau sampai dia melakukan itu. Niat hati datang untuk lembur, biar ada pemasukan tambahan, bisa buntung dia kalau sampai di potong.
"Saya cuman keinget drakor saya yang belum sempat ditonton, Pak." Tambah Anye, berbohong begitu atasan tempatnya bekerja menatapnya tidak puas. "Iya, begitu."
"Owh, saya kira kamu sudah bosan lembur, mangkannya dari tadi narik nafas begitu. Kayak orang tertekan saja."
Anye hanya tersenyum kikkuk membalas, menambah tenaganya agar atasannya itu percaya dengan apa yang dikatakannya.
"Tapi kalau memang kamu kepikiran, lusa kamu sudah bisa nonton, Nye. Nggak usah lembur."
"Iya, Pak." Balas Anye pendek. Sekarang diiyakan dulu, masalah lusa pikir belakangan.
Anye hanya melirik begitu atasannya itu berlalu, kembali lesu saat otaknya tak mampu membuat dia berhenti untuk memikirkan masalahnya tempo hari. Andai saja Anye tidak senekat itu, dia pasti memiliki sedikit harapan untuk mendekati pria itu.
Susah payah dia berusaha, harapannya kandas hanya karna kebodohannya. Ckk.
"Nye, pulang sama siapa?"
Anye yang baru keluar dari area hotel tempatnya bekerja seketika menoleh begitu sebuah mobil sedan berhenti di sampingnya. Membuatnya pun menghentikan langkahnya. Pak Ardi, atasannya lah sang pemilik mobil itu.
"Mau bareng?"
"Nggak usah, Pak. Saya naik ojek saja."
"Nggak papa, ayo bareng. Lumayan, uang ojek bisa kamu pakai buat jajan."
Ajakan itu membuat Anye seketika mengembangkan senyumnya, dia tak lagi menolak. Memutari mobil untuk melangkah ke arah sisi mobil yang lain. Membuka pintunya dan duduk di samping pria yang usianya sekitar tiga tahun di atasannya itu. Yang bukan sekali dua kali memberikan tumpangan padanya setiap kali ia pulang larut malam. Seperti sekarang ini. Anye bergumam terima kasih pada pria di sampingnya. Yang dibalas dengan kekehan samar.
"Nggak bosen tiap hari pulang malam terus?" Tanyanya begitu mobil melaju.
"Nggak, udah mulai biasa, Pak. Bapak, sendiri? Nggak bosen ngasih tumpangan gratis sama saya?"
"Kayak kamu yang sudah biasa lembur. Saya juga mulai terbiasa ngasih kamu tumpangan."
Tawa renyah Anye mengudara. Sejenak ia melupakan segala beban juga gundahnya. Ini juga lah alasannya memilih sibuk lembur. Selain Anye bisa melupakan semua masalahnya, tempatnya bekerja juga bisa membuat ia kelelahan hingga begitu ia tiba di rumah akan membuat ia kelelahan dan langsung tertidur.
Perjalanan itu hanya diisi oleh obrolan-obrolan random. Yang membuat gelak tawa Anye kadang-kadang keluar. Sama sekali tidak merasa canggung dengan pria di sampingnya. Waktu yang hampir satu jam perjalanan pun sama sekali tidak terasa karna obrolan mereka yang tiada habisnya.
"Makasih banyak, ya, Pak. Atas tumpangannya." Anye segera turun begitu mendengar gumaman atasannya itu. Berdiri di samping mobil, mengangguk saat mobil atasannya itu menekan klakson mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Wife
RomanceAbhy dan Anye adalah dua orang asing yang terpaksa menikah demi kepentingan masing-masing. Abhy membutuhkan Anye, begitu pun sebaliknya. Sampai perjanjian pernikahan itu pun disepakati. *** Demi menyelamatkan Ibunya dari semua tuduhan, Anye harus m...