SALAH SASARAN

168 9 6
                                    

⬜SALAH SASARAN

▫️
▫️
▫️
▫️
▫️

Selasa 12 Maret adalah hari pertama puasa.  Nggak terasa aja udah puasa lagi setelah tahun lalu ku lalui. Hari pertama puasa aku dirumah sendiri.  Bangun jam 2 malam untuk masak dan menyiapkan sahur pertama.

Namun, jujur saja puasa tahun ini nggak seperti puasa tahun belakangan.  Kayak terasa hambar seperti nggak lagi puasa.  Suasana dan vibes nya hanya terasa disaat mendengar orang tadarusan doang di malam hari setelah tarawih.  Selebihnya suasana ini begitu biasa saja.  Padahal ini bulan suci dan penuh berkah.  Tapi entah mengapa nggak sebegitu indahnya seperti dahulu.

Hal itu berjalan hingga saat ini dimana aku menulis sudah puasa ke 12 hari.  Kayak bahkan persiapan untuk lebaran saja masih lempeng lempeng aja.

Hal itu nggak cuman dirasakan aku saja.  Tapi hampir semua orang yang aku temui pun berbicara demikian.  Mungkin beberapa diantara kamu yang sedang puasa juga merasakannya?

Mungkin juga, hari lebaran besok aku bakalan lebih banyak berada dirumah saja dan mengunjungi beberapa keluarga dan rekan doang.

Mungkin kalau kita berada di surabaya, masih bisa merasakan dan menikmati suasana Ramadhan.  Soalnya disana mayoritas muslimnya sangat padat dan banyak kegiatan keagamaan yang diselenggarakan.

▫️

Tapi, hari Sabtu, 16 Maret aku dan saudaraku mendapatkan musibah dimana pamanku meninggal dunia karena penyakit komplikasi yang didominasi oleh kolestrol dan darah tinggi.

Kami dikabari bener bener mendadak karena sudah mengalami kritis sebelum akhirnya meninggal pada saat itu juga.

Jadi, buat yang belum tahu atau sudah lupa,  dari emakku, aku memiliki dua bibi karena emakku memiliki dua adik  mereka adalah anak anak kakekku yang sering aku kunjungi itu.

Salah satu dari bibiku ada yang tinggal di Ngawi dan bibiku inilah yang suaminya meninggal di usia 45.  Dia adalah adik emakku atau anak kakekku yang nomer dua.

Sayangnya, dia nggak seberuntung bapak dan Hany bekerja sebagai serabutan buruh maupun kuli bangunan.  Segala macam kerjaan ia lakukan demi kehidupan. Bibikku sendiri juga harus buruh untuk membantu mencukupi kebutuhan mereka sebagai perewang dirumah orang kaya.

Makanya ketika si paman terkena penyakit, tidak teratasi dengan baik karena memang nggak punya uang untuk berobat.  Apalagi penyakitnya sudah semakin parah.  Ditambah lagi, dia ketergantungan obat obatan apotik yang sebenarnya cuma akan menambah masalah.

Anaknya saja baru lulus SMA dan baru masuk kerja di salah satu cave di Ngawi sana.  Mungkin baru setahun terakhir.  Dia juga cuma memiliki satu orang anak laki laki saja yang alhamdulilah sangat mandiri dan tidak membebani orangtua.

▫️

Sebelum lanjut, aku bener bener mau menceritakan anak bibiku ini yang memiliki sejarah juang juga.

Namanya Widi,  sekarang mungkin baru 19 atau 20 tahun yang dimana saat sekolah harus disambili kerja di malam hari untuk membantu meringankan biaya sekolah.

Jadi setelah sekolah, malamnya dia kerja di angkringan jalan hingga jam 12 malam walaupun cuma 600 ribu per bulan.  Namun daya juangnya sangat membantu orangtua untuk meringankan biaya sekolahnya yang kian mahal.

Anak ini seperti nggak ada rasa capek dan terus berusaha untuk bekerja.  Ia hanya istirahat di hari Sabtu dan Minggu saja karena hari itu dia sudah libur.  Tapi, terkadang hari libur itu pun dipakainya untuk mencari hal baru buat mendapatkan penghasilan.

Hmm..😔

Aku merasa sangat bersalah karena nggak pernah kontak online dengan mereka.  Padahal keluargaku ditakdirkan lebih dipermudah daripada mereka.  Tapi kenapa malah seperti seakan akan tutup mata dan tidak mengetahui apa apa?

DUA NAMA S4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang