Kembali lagi dengan Selo-Jeana yg siap bikin senyum" sendiriii
Siapa yg udah pernah ke Jogja? Kenangan apa yg kalian punya?
Jogja tuh emang istimewa, kayak selalu ada aja yg bikin tertarik 🍦🎀🌻🌻🌻
Pagi ini Jeana sudah bersiap, ia kembali memeriksa semuanya dan memastikan sudah tertata rapi saat ia tinggal nanti. Jadi, pagi ini Selo akan mengajak Jeana jalan-jalan dan menemani Jeana membeli kebutuhan bulanan. Jeana ingin menolak, tapi tak apa jika sekali-sekali bepergian pagi-pagi dengan Selo.
Jeana duduk di kursi yang ada di teras depan, tangannya masuk ke dalam saku jaket berwarna sage. Jeana mengenakan highwaist jeans dengan atasan kaus putih lalu membalutnya dengan jaket sage tersebut. Ia membiarkan rambutnya tergerai, menutupi lehernya agar tidak kedinginan.
Matanya melihat Selo yang baru datang dengan motornya, lalu Jeana berdiri dan mengunci pintu. "Hai, Sel."
"Hai, Je. Gimana udah dikunci semua pintu?"
Jeana terlihat menganggukkan kepalanya. Ia terkesiap dan menahan salah tingkahnya kala Selo memasangkan helm di kepalanya. Jeana berdeham, ia menatap ke arah lain saat melihat mata Selo terlihat fokus. Rasanya degupan itu masih terus tak normal.
"Yuk naik, Je."
Jeana menuruti Selo, menaiki motor milik Selo yang perlahan mulai berjalan meninggalkan halaman rumah Jeana. "Sebenarnya kamu mau ajak aku kemana, Sel?" tanya Jeana. "Dari kemarin ditanya nggak mau ngasih tau."
Selo terkekeh di balik helm full face-nya, ia membenarkan posisi kaca spion kiri agar bisa melihat wajah Jeana. "Ada lah, Je, di suatu tempat. Bisa dibilang tempatnya hiden game sih buat aku."
"Oh ya? Ah, kamu bikin aku makin penasaran tau."
Memang seperti yang Jeana katakan, perempuan itu benar-benar ingin tahu seperti apa tempat yang Selo bicarakan itu. Mereka melewati jalanan Jogja di pagi hari, matahari saja belum menampakkan diri di atas sana. Benar saja, ini belum ada pukul lima pagi
Udara yang sejuk dan menenangkan sesekali menerpa wajah Jeana. Ia tersenyum lembut begitu menyadari sudah lama ia tak berkeliling sepagi ini.
Motor Selo berhenti di depan sebuah kafe tua. Jeana saja berpikir bahwa itu seperti kafe jaman dahulu. Sebab, dinding dan catnya mulai mengelupas, dan anehnya dibiarkan begitu saja. Namun Jeana pikir kafe tersebut malah terlihat lebih unik.
"Di sini, Sel?" Jeana mengedarkan pandangannya. Kafe itu benar-benar tua tapi tidak buruk.
Selo tersenyum dan mengangguk, melepaskan helm miliknya lalu bergantian melepaskan helm yang dikenakan Jeana. "Yuk, masuk."
Tak banyak bertanya, meskipun rasanya ingin sekali, Jeana memilih mengikuti Selo. Mereka akhirnya masuk ke dalam kafe yang minimalis itu. Dalamnya benar-benar rapi dan bersih, ada beberapa kursi dan meja, lalu papan yang lengkap dengan kapurnya, dan bar yang terdapat dua orang di sana.
"Selamat pagi. Mau pesan menu apa?" tanya wanita yang tinggi tersebut, ia tersenyum ramah pada Selo dan juga Jeana.
"Selamat pagi." Selo tersenyum, lalu melirik ke arah Jeana. "Kamu mau apa?" tanyanya yang mengajak Jeana melihat buku menu.
"Kamu apa?"
"Aku mau pesan ini," ujar Selo sembari menunjuk salah satu menu. "Roti ini enak banget, kamu harus coba, mau?"
"Boleh, Sel."
"Oke, kalau minumnya?"
Jeana mendongak setelah membaca menu. "Aku mau cokelat panasnya aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Her Mine [On Going]
RomantiekSelo Adipati, seorang mahasiswa Fakultas Teknik yang membuat komunitas peduli kesehatan mental sebelum ia benar-benar menyelesaikan pendidikannya. Di pertemuan pertama Selo bertemu dengan perempuan yang selama ini ia kagumi, yaitu Jeana Maheswari si...