...Happy Reading...
Sebuah mata mengerjap pelan sebelum akhirnya terbuka sempurna, mata hitam itu bergulir kesana kemari mencari keberadaan seseorang."Yayah-"
Ceklek..
Neo mengerjap tak percaya bahkan mulutnya terbuka melihat Ares yang berdiri menatapnya dari ambang pintu.
"Kak Res, yay-"
"Minum." Neo menatap segelas air bening di tangan Ares.
"Minum!" Ares mengulang kembali perintahnya saat remaja di depannya tidak bergerak.
"Buat Neo?" Ares mengangguk acuh tapi tak ayal perlakuan kakaknya ini membuat Neo bahagia, hatinya menghangat. Sekejap otak kecil Neo melupakan mimpi buruk beberapa waktu lalu.
Bak anak kecil, Neo dengan mudahnya melupakan kejadian buruk yang dialaminya. Semua menginginkan itu, melupakan masa lalu dengan mudah.
"Kak Res, Neo udah ndak lapar." Neo mencebik saat Ares tak menghiraukanya sama sekali, bahkan mata tajamnya sangat fokus pada layar laptop di depannya.
"Kak Res~" Neo melipat tangan di dada, matanya melihat ke arah infus yang terpasang di tangannya hanya beberapa menit setelahnya mata bulat itu menatap Ares untuk kesekian kalinya.
"Kak Res, mana yayah?" Ares yang sedang berkutat dengan laptop seketika berhenti.
"Kator." Neo mengerjap, otak kecilnya memproses apa yang Ares katakan.
"Ayah, kerja? Kenapa ndak ke Neo?" Suara penuh kekecewaan tidak membuat Ares beralih dari layar di depannya.
"Kak Res, yayah ndak jadi pergi? Kenapa ndak jemput Neo, Neo nungguin." Ares terdiam, suaranya kelu untuk menjawab dan ia tidak tahu mengapa hal itu terjadi.
"Ray sakit." Mendengar jawaban Ares Neo terdiam, Neo mengerjap dengan jari telunjuk yang menunjuk dirinya sendiri.
"Neo?"
"Neo ndak sakit?" Entah pertanyaan tersebut tertuju untuk siapa yang pasti Ares entah kenapa ingin membawa remaja 17 tahun itu ke pelukannya.
"Kak Res, Neo pulang ya?" Ares menatap Neo sebelum menggelengkan kepala.
"Kak Res, pulang. Neo mau pulang Kak Res!"
"Pokoknya pulang, Neo mau pulang!"
"Kak Res~"
Dug..
Ares meletakan leptopnya dengan kasar ke atas meja, membuat Neo menatap takut kearahnya.
"DIAM, dan tidurlah!" Neo segera berbaring memunggungi Ares, sedangkan Ares kembali melanjutkan pekerjaannya walau sesekali mencuri pandang ke arah sang adik.
"Neo mau yayah, Neo- Neo sayang yayah." Neo memaksakan mata bulatnya menutup dengan mulut yang terus bergumam lirih.
Di sisi lain Ares tengah bertarung dengan otak dan hatinya. Fikirannya melalang buana ke beberapa jam yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Neo? [END]
RandomNeo itu berbeda, hati Neo akan selalu menjadi hati anak kecil. Penuh kejujuran di dunia yang luas ini. Saat berusia 5 tahun perkembangan saraf otak Neo melambat. Dan di diagnosis mengalami disabilitas intelektual. Mereka yang disekeliling Neo hanya...