...Happy Reading...
"Nggak, ini bukan salah Neo. Gw yang tolol, harusnya gw nggak lemah. Gw-"
Puk..
"Napain Ray? Untung beneran Ray." Ray menoleh ke arah seseorang yang berbicara seraya menepuk bahunya.
"Jian?" Jian mengerutkan dahinya dengan mata yang menatap Ray lamat.
"Lo- nangis?"
"Mereka yang bawa. Mereka kembali, Ji." Jian mencoba mencerna apa yang dimaksud dari kata 'mereka' yang keluar dari belah bibir Ray.
Matanya membulat sempurna saat otaknya menangkap arti kata 'mereka' yanag dimaksud Ry.
"Mereka yang bully lo? Lo nggak papa? Mereka nggak ngapa-ngaain kan? Ray-"
"Mereka bawa Neo, Ji." Jian mengenggam erat telapak tangan Ray yang terasa dingin.
"Gw takut,"
"Kita cari." Saat akan melangkah dengan menarik tangan Ray seseorang menarik kerah jaketnya.
"Heh.. gw cariin si anying, udah muter-muter nih ampe kaki gw berasa patah lo-" Jian meraup wajah Juan yang sibuk mengoceh.
"Lo ap-"
"Neo ilang, kita cari Neo sekarang." Juan menatap ke Ray tajam.
"INI PASTI KARNA LO.."
Juan menarik kerah pakaian Ray membuat Ray sedikit tercekek.
Jian mengusap wajahnya frustasi, ia menarik masing-masing tangan kedua remaja yang hampir adu pukul walau hanya satu pihak yang melawan sedangkan yang satunya pasrah.
"Juan! Diem elah, anak kingkong jangan mbagong di sini!"
Juan diam saat Jian sudah marah, tapi matanya terus menatap Ray tajam.
"Juan, Ray ngak salah. Lo tenang, oke? Kita cari sekarang, nanti gw jelasin." Juan mengangguk patuh sedangkan Ray tengah menyalahkan dirinya sendiri.
'Gw lemah, harusnya gw bisa jaga Neo.'
Sedangkan di sisi Neo, bocah remaja itu tengah berputar-putar mencari Ray, tempat yang ramai pengunjung ditambah hari yang sudah berganti malam membuat penglihatan sedikit terganggu.
"Adek~ hiks-" Neo mengenggam erat batang yang di ujungnya terdapat balon transparan dengan lampu yang berkedap-kedip berbeda warna.
"Ad- ek, hiks-" Neo berjalan lurus dengan menahan tangisnya, bayang-bayang saat terakhir kali dirinya pergi bersama Arga dan berakhir remaja itu terpisah dan kini ia mengulanginya lagi.
"Adek maaf hiks.. kakak itu nakal, ndak mau balikin Neo- hiks.. hiks.." Neo menunduk saat orang-orang mulai menatapnya dengan berbagai pandangan.
Neo menatap rumput yang kini ia pijak, pikirannya menerawang kejadian beberapa jam yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Neo? [END]
RandomNeo itu berbeda, hati Neo akan selalu menjadi hati anak kecil. Penuh kejujuran di dunia yang luas ini. Saat berusia 5 tahun perkembangan saraf otak Neo melambat. Dan di diagnosis mengalami disabilitas intelektual. Mereka yang disekeliling Neo hanya...