10. Menanti sunset

5.4K 420 8
                                    

...Happy Reading...

Tujuan menikmati sunset batal karna ke empat remaja terlalu lelah kecuali Neo bahkan untuk sekedar berdiri rasanya tak sanggup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tujuan menikmati sunset batal karna ke empat remaja terlalu lelah kecuali Neo bahkan untuk sekedar berdiri rasanya tak sanggup.

villa yang mereka tempati hanya berisi 3 kamar, milik Arga dan ketiga putranya, karna Neo yang menolak tidur sendiri jadi akhirnya satu kamar dengan Arga.

Setelah membicarakan dimana akan tidur  mereka berlima memutuskan tidur sekamar, Jika di kamar Arga jelas tidak boleh, kalau Ares bisa dibicarakan tapi pasti ada ratusan syarat dan Ray terlalu malas menyanggupinya.

"Ih~ kenapa ndak jadi liat sun.. sun.. san.. sansun?" Juan dan Jian tertawa keras mendengar sebutan dari Neo untuk istilah matahari terbenam, sedangkan Rian tertawa kecil melihat muka Neo yang memerah padahal mereka hampir menyelami alam mimpi.

"Salah ya?" Pertanyaan keluar dari bibir tipis Neo dengan nada lirih hanya dirinya sendiri yang mampu mendengarnya. Ia tak tau kalau dirinya salah, Neo menganggap mereka menertawakannya dan Neo tidak suka tau.

"Tulisannya sunset, dibaca sanset." Mulut Neo membentuk huruf o dan kepala yang mengangguk lucu.

"Ayo liat adek, liat sunset!" Ray yang tengah memejamkan kedua matanya dengan enggan membuka mata dan menatap Neo tajam.

"Diamlah idiot!" Tawa dari ketiga remaja itu terhenti mendengar bentakan Ray, mereka saling lirik. Rian berdiri melangkah mendekati Neo yang menunduk.

"Em.. Neo mau lihat sunset?" Neo menatap Rian yang sedikit lebih tinggi, entah remaja di sekitarnya yang kelebihan tinggi atau Neo yang kekurangan gizi. Tubuhnya sudah kurus pendek dan lagi kedua saudaranya lebih tinggi bahkan Ares hampir melebihi Arga.

"Neo mau liat." Rian tersenyum dengan lembut menarik menarik pergelangan tangan Neo.

"Sekurus ini?"

Kepalanya menggeleng pelan, tujuannya ke balkon di belakang villa yang memang disediakan hanya untuk sekedar menikmati sunset maupun sunrise dengan segelas coklat hangat, ditambah pemandangan hutan pinus bak lukisan memanjakan mata bagi pelancong.

"Uwa.. cantik, Rian suka?" Rian mengangguk lalu menggeleng membuat Neo mengerut bingung.

"Rian suka tapi ndak?" Rian melangkah dan berdiri di samping Neo.

"Hm.. gw ngak tahu, terbit dan tenggelam itu seperti menanti dan menanti. Kenapa semua orang sangat menantikan terbit dan tenggelamnya matahari, sedangkan itu hal yang sudah pasti terjadi."

Neo berfikir dengan jari telunjuk di bibir bawahnya. "Eum.. kan indah, liat mereka!" Rian menatap arah jari Neo, beberapa orang yang nampak menikmati terbenamnya matahari.

"Mereka seneng, ya kan Rian?" Rian hanya mengangguk dengan mata tertuju ke arah orang-orang yang tengah menikmati sunset.

"Neo- Neo ndak tahu, kalo siang semua pasti tidak suka bekerja dan belajar. Kalau malam gelap, semua nungguin pagi. Neo itu bukan matahari yang terbit dan tenggelam, Neo juga bukan malam atau siang." Rian menatap Neo yang sibuk berceloteh, entah mengapa orang di depannya selalu bisa melupakan masalah dengan mudah.

Kenapa Harus Neo? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang