31. Kenangan yang lalu

3.4K 395 90
                                    

...Happy Reading...

Hampir satu minggu Ray tidak bisa tidur nyenyak, bahkan kantung matanya menghitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir satu minggu Ray tidak bisa tidur nyenyak, bahkan kantung matanya menghitam. Sedangkan Arga sama sekali belum kembali sejak hari dimana Neo pergi, ia sibuk dengan masalah perusahaannya. Bahkan Ares tiga hari absen untuk membantu Arga.

"Akhh.. sialan." Ray memukul dinding menyebabkan tangannya memerah, hingga ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya.

"Ray?"

Ray terdiam sejenak, memandang kosong pintu di sebelah dinding yang baru ia hantam.

"Yah.. kenapa Neo bukan saudara kandung Ray, yah? Yah.. kenapa kalimat 'penyesalan di akhir' itu nyata? Kenapa yah? Jujur Ray benci Neo, Ray pengin Neo mati. Tapi itu dulu yah, sekarang Ray nyesel. Ray nyeselnya udak terlambat ya, hahaha."

Ray terduduk di balik pintu dengan penampilan acak-acakkan bak orang gila, bahkan tawa akhirnya terasa hambar.

Ruang untuknya bermimpi sekarang sudah tidak tampak berbentuk. Hanya satu minggu tanpa Neo Ray sudah nampak seperti orang gila apalagi jika bertahun-tahun.

Tok.. tok.. tok..

"Mau berkunjung Ray?"

Pemuda itu mengerjapkan matanya tak percaya, dengan cepat keluar saat mendengar pertanyaan yang selalu ia tunggu. Sungguh Ray tak dapat menahan senyumnya.

"Yah,"

Arga tersenyum lembut, jika bertanya siapa yang salah Arga akan menunjuk dirinya sendiri, ia egois dan tidak bertanggung jawab. Semua penderitaan yang didapat Neo diakibatkan olehnya, tapi entah mengapa bayang-bayang seorang wanita yang melompat dari balkon membuat hatinya sesak.

Seandainya ia tidak lari ke bar saat dulu bertengkar dengan almarhum istrinya, seandainya malam itu dirinya tidak bertengkr, dan seandainya malam itu tak pernah ada, Seandainya..

Pada akhirnya kata andai menjadi kata diakhir penyesalan.

Kembali ke Ray yang kini sudah rapi dengan hoodie putih dan celana hitam, di genggaman tangannya membawa totebag putih polos entah apa isinya, yang pasti ini untuk Neo.

"Yah, bang Ares nggak ikut?"

"Ares ke rumah Firda." Ray mengangguk paham, ia tidak ingin menyalahkan Ares karna dia sendiri tidak berada di posisinya, ia tidak ingin kejadian saat dirinya bertengkat dengan Ares terulang.

Hampir setengah jam perjalanan, kini mobil hitam Arga tepat berada di depan gerbang rumah mewah klara. Sampai seorang satpam membuka gerbangnya.

Ting tongg..

Tak ada jawaban sama sekali.

Ting tongg..

Lagi, sama sekali tak ada jawaban. Bahkan dilihat dari luar rumah mewah ini nampak kosong.

Kenapa Harus Neo? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang