﴾4﴿ Atma indah tanpa nama

95 10 6
                                    


You are the knife i turn inside myself; that is love. That, my dear, is love.
∽ Franz Kafka∽

₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪

Usai hari kemarin, pria ini bertemu dengan gadis pribumi yang menurutnya sangat indah bagaikan utusan Dewi Aphrodite, yang membuat detak jantungnya tidak terkendali setiap kali tatapan mereka bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Usai hari kemarin, pria ini bertemu dengan gadis pribumi yang menurutnya sangat indah bagaikan utusan Dewi Aphrodite, yang membuat detak jantungnya tidak terkendali setiap kali tatapan mereka bertemu. Namun, dengan sifat bimbangnya yang selalu ada di hati serta pikiran, pria ini benar-benar berfikir seribu kali atau bahkan lebih tentang perasaannya saat menatap gadis pribumi tersebut.

Untuk makan dan tidur sekalipun ia masih memikirkan tentang perasaannya. Sunarti, baboe di rumahnya yang sudah lanjut usia baru saja menyiapkan makan malam untuk tuan muda yang sedang duduk di meja makan dengan perasaan yang gundah dan kebingungan. Sunarti yang menyadari akan hal tersebut, berniat untuk bertanya pada tuan mudanya.

"Ada apa meneer? Sedari tadi meneer terlihat sangat gelisah ...." Tanya Sunarti sembari mempersiapkan makan malam pria di depannya.

Pria itu terkesiap lalu menatap Sunarti, sebelum menjawab pertanyaan Sunarti ia menghembuskan nafas dengan gusar. "Tak apa, Marcus hanya sedikit pusing ... Mengenai perasaan ... Uh lupakan saja, itu akan terdengar tidak penting," Marcus menjawab Sunarti dengan penuh keraguan.

Sunarti menatapnya bingung. "Perasaan? Perasaan seperti apa kalau saya boleh tahu meneer?"

"Seperti ... Saya bertemu seorang gadis, dia tampaknya salah satu pekerja di kebun teh papa. Saya tidak tahu tetapi setiap saya melihatnya ... Saya sangat gugup dan rasanya sulit untuk berbicara dengannya ...." Marcus menatap Sunarti dengan tatapan berharap mungkin saja Sunarti tahu maksud dari perasaan yang dirasakannya.

Namun tatapannya berganti dengan kebingungan saat ia melihat Sunarti tersenyum padanya. Tetapi ia lebih memilih diam dari pada bertanya.

Sunarti tersenyum dan heran mengapa tuannya begitu terlihat khawatir terhadap perasaanya itu. "Kau jatuh cinta, meneer," Ucap Sunarti, masih dengan senyum di wajahnya.

"Cinta? Seperti itu kah cinta?" Tanya pria itu dengan perasaan bingung, penasaran, serta gundah menjadi satu.

"Ya, meneer. Memangnya meneer belum mengetahui tentang cinta?" Sunarti juga sedikit heran pada Marcus, bagaimana bisa ia tidak mengenal apa itu cinta.

"Tidak untuk sekarang, saya sudah tahu sekarang. Mama tak pernah memberitahu saya tentang hal itu, umm ... terima kasih ya Sunarti, saya akan pergi untuk latihan dan melihat keadaan kebun teh. Jaga rumah dengan baik."

"Baik meneer, hati-hati"

Marcus mengangguk untuk memberi pertanda pada Sunarti bahwa ia akan berhati-hati, tentu saja. Siang ini ia akan pergi ke lapangan di mana ia akan latihan tembak dengan beberapa rekannya.

Sampainya Marcus di lapangan itu, temannya Samuel memberinya shotgun untuk latihan dengan cara dilempar. Marcus melihat Samuel dengan seringai. "Goed gedaan Samuel ... wacht maar tot ik dit geweer in je gezicht gooi!¹" Ancam Marcus dengan main-main pada Samuel.

Samuel mengabaikan perkataan Marcus. Ia dengan tiba-tiba mengangkat senjatanya dan mengarahkan bidiknya tepat di tengah sasarannya dengan harapan berhasil.

Saat pelurunya sedikit meleset dan tidak tepat di bagian tengah sasarannya, Marcus mengejeknya. "Tumpuan mu tidak terlalu kuat, Heisenberg. Lihat saya."

Marcus mempersiapkan posisi tangan dan juga tumpuannya agar dapat menahan pergerakan dari senjata yang ada di tangannya. Ia menarik pelatuknya kebelakang sebelum peluru yang meluncur tersasar tepat di mana bidikannya mengarah.

"Sudah ku bilang Samuel," Sombong Marcus dengan tawanya. Samuel hanya dapat menghela nafas melihat kelakuan temannya itu.

Hampir dua jam mereka berlatih, ada teman Marcus yang lain juga di sana. Karena sekarang sudah pukul 03.00 sore, maka Marcus berpamitan dengan teman-temannya untuk pergi ke kebun teh milik ayahnya.

"Semuanya, terima kasih untuk hari ini. God zegene jullie allen² ...."

"God zegene je³, Marcus" jawab salah satu temannya yang ada di sana.

Marcus beranjang pergi dari sana menggunakan mobilnya. Selama perjalanan ia hanya menatap pemandangan hijau di sekitarnya, menyadari bahwa Hindia-Belanda memang benar-benar surga di dunia. Selain itu, ia juga melihat banyak pribumi yang sedang bekerja atau hanya sekedar berjualan di pinggir jalan.

Sesampainya Marcus di kebun teh, ia berbincang-bincang sebentar dengan orang yang di percaya oleh papanya untuk menjaga kebun teh ini. Selebihnya, Marcus lah yang mengelola, karena ia adalah penerus sang papa, Hendriek van der Aart. Lagi pula tidak mungkin adiknya yang akan meneruskan, adiknya seorang perempuan, terlebih lagi adiknya seringkali merajuk hanya karena hal tidak penting, yang membuat Marcus terkadang geram akan hal tersebut.

Marcus berjalan mengitari kebun teh dengan kedua tangan di sakunya. Saat ia berhenti sejenak di satu tempat, tiba-tiba ada yang tidak sengaja berbenturan dengan dirinya. Marcus terkejut lalu melihat siapa yang baru saja menabraknya.

"Kau ...."

"Ya, saya. Maaf, saya terlalu fokus dengan suatu hal sampai-sampai menabrak mu," Arunika menatapnya untuk sementara lalu berjalan melewatinya. Belum dua langkah terlewati, tangan Arunika di tahan dengan Marcus.

Marcus melepaskan genggamannya dari tangan Arunika. "Maaf jika saya terlalu lancang, bolehkah saya bertanya sesuatu padamu?"

Arunika hanya menatapnya dan masih terdiam. Mau apa lagi Londo aneh ini? Tidakkah meninggalkan ku secara tiba-tiba kemarin sudah cukup? Huh ... Alasan apa yang dimiliki Tuhan hingga aku bertemu dengannya lagi, sungguh membingungkan. (Pikir Arunika)

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Arunika bertanya balik kepadanya, dengan matanya yang menatap wajah laki-laki di depannya secara seksama.

"Siapa nama mu?"


₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪

Goed gedaan Samuel ... wacht maar tot ik dit geweer in je gezicht gooi!¹: Bagus Samuel... tunggu sampai saya melemparkan senjata ini ke wajahmu!

God zegene jullie allen²: Tuhan memberkati kalian semua

God zegene je³: Tuhan memberkati mu

© Bernostoice, 2024

CANDRAMAWA TANAH HINDIA BELANDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang