"jika memang semesta dan tuhan tak sudi mempersatukan kita, lalu mengapa mempertemukan kita?"
"Terkadang kehidupan memberikan rasa sakit pada hati dan juga pikiran hanya untuk dijadikan pelajaran hidup."
Candramawa tanah Hindia Belanda: Romance amid...
"I have for the first time found what I can truly love. I have found you." ∽ Charlotte Bronte ∽
₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪₪
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Basahnya kaki Arunika sebab air sungai yang terus mengalir bagai siklus kehidupan. Semilir angin menerpa wajah elok wanita itu. Rambutnya yang digerai pun tertiup angin, menunjukkan bagaimana alam menyapa dirinya dengan damai.
Berdiri seorang lelaki ras kaukasoid di pinggiran sungai sembari menatap wanita yang sedang terduduk di salah satu batu sungai, sama sekali tidak berkutik. Hingga akhirnya ia memecahkan keheningan di antaranya.
"Sampai kapan kau akan terus terdiam di sini?"
Mata Arunika yang tertutup dengan tiba-tiba terbuka, mendengar pertanyaan pria yang sedari tadi hanya terdiam menunggu dirinya di pinggiran sungai. Arunika mempertemukan tatapannya dengan pria itu.
"Sampai saya merasakan ketenangan dalam jiwa ini. Sayangnya kamu menganggu ketenangan itu, jadi akan bertambah lama," cetusnya pada Marcus.
Tak lama setelah Arunika membalas pertanyaannya dengan sinis, Marcus berjalan mendekatinya dan duduk tepat di sebelah kanan Arunika.
"Kau tahu ... Ucapan mu membuat saya sakit hati," Marcus tidak sungguhan, dia hanya berpura-pura, ingin tahu bagaimana reaksi wanita manis di sebelahnya.
Arunika mengalihkan perhatiannya dari aliran sungai dan menatap Marcus, keseriusan terpatri di wajahnya, "Sungguh? Tetapi sakit hati disebabkan dari bagaimana seseorang merespon sesuatu. Kau terlalu membawa perkataan ku ke dalam hati."
Usai Arunika menjawabnya dengan tidak ramah, Marcus hanya hening, tatapannya terpaku pada wanita di sebelahnya. Alih-alih masih berkalut dalam pikirannya tentang jawaban Arunika, Marcus memainkan kakinya di dalam air.
"Saya rasa saya mau mandi di sini," ucapnya tanpa ada hambatan atau bahkan rasa ragu sekalipun.
Arunika yang mendengar itu lantas menatapnya dengan tajam, "Kau ini tidak waras atau apa?" Menghela nafas dengan berat, bahkan ketenangan alam pun tak dapat mengusik emosi Arunika.
Tuhan, laki-laki ini benar-benar membiarkan ku melihat dirinya bertelanjang dada!? Benar-benar gila.
Nampak cibiran Arunika tak menjadi hambatan dari niat Marcus untuk mandi di sana. Ia melepas topi polka¹ juga seluruh setelan djas toetoep-nya², menyisakan dirinya dengan celana sepanjang di atas lutut, "Sungai ini bukan milik mu, nona."
Marcus membasahi seluruh tubuhnya dengan air sungai. Sementara itu, Arunika berusaha mengalihkan pengelihatannya ke arah lain, menghindari Marcus yang sedang bertelanjang dada.
"Saya tidak seburuk itu sampai-sampai kamu tidak mengalihkan perhatianmu dari pohon, Aruni!" ujar Marcus, sedikit tawa karena melihat bagaimana Arunika sangat menolak untuk menatapnya.