5

697 59 3
                                        

Kenapa Felix mau sekolah di Jepang?

Satu alasannya, dia nggak suka hidup di lingkungan tempat tinggalnya di Australia yang sekarang.

Karena, semuanya mendadak menjadi suram.

Hampir tiap hari Felix mimpi lagi asik nyiram taneman ibunya, dia bisa ngelihat tetangganya pulang sambil basah-basahan, basah karena darah.

Dia baru tahu di Australia ternyata ada yang kayak begitu

Dan dia nggak suka. Nggak suka sekali sampai rasanya ingin mati, mimpi buruk yang bikin dia enggan pulang.

"Sampe kapan kamu mau meluk aku?" Tanya suara sinis itu.

Felix cuma geleng-geleng.

Antara nggak mau ngelepas atau nggak tau kapan mau ngelepas. Aneh tahu nggak? Hyunjin yang kurang suka sama orang-orang itu sekarang ada di perpustakaan dan lagi ngasuh bayi besar bernama Lee Felix.

"Kamu nggak pernah dengar rumor tentang aku kah sampai beani begini?" Tanya Hyunjin, ngusap rambut Felix ke belakang.

"Nggak percaya," gumam Felix. "Soalnya kamu pernah ngajak aku ke rumahmu dan pernah ngasih aku susu gratis."

"Cuma karena itu?" geram Hyunjin. Dan itu bakal jadi masalah kedepannya, berbahaya buat Felix kalau nyaman di sekitarnya.

"Dan kamu juga mau dengerin curhatanku tentang orang ngebunuh pengebom itu?" Tambah Felix ragu-ragu.

Hyunjin ngebuang nafasnya kesel. Ada aja ni anak.

Orang sejenis Felix ini pasti nempelnya pas lagi takut-takutnya aja, setelah dia lupa pasti inget kalau dia takut sama orang yang ditempeli.


Sementara itu di kelas.

"Aneh! Aneh banget! Tau, si Hyunjin mau sama orang– itu aneh banget!" Rachel ngeluh.

"Dia biasanya kayak, eww, kalian siapa? Gitu kan? Makanya nggak ada yang mau deketin." Ini Nancy.

"Ini pasti karena Felix never bad itu, mana pernah Felix ngehindari orang mesikpun itu bad boy," Rachel mukul bangkunya kesel, "hari ini Felix malaikat kita dimonopoli Hyunjin lagi!"

"Padahal sifat mereka beda jauh loh," heran Nancy. "Si Hyunjinyang meskipun ganteng itu suka sombong, padahal si Feliz U Woo U baik hati dan tidak sombong".

Felix akhirnya kembali ke kelas sambil narik tangan Hyunjin yang dari wajahnya keliatan enggan, terus obrolan cewek-cewek berhenti.

Karena tatapan Hyunjin yang tidak enak pada mereka.

.
.
.

"Sudah kuduga mereka bakal ngincar Lee Felix juga," kakak Hyunjin duduk di teras kayu sambil minum teh manis, kakaknya benci minuman pahit soalnya.

Hyunjin di sebelahnya minum Americano joha joha, "salahku juga sih".

"Tapi kamu kemana-mana sama dia kan?"

"Sementara ini, iya". Hyunjin natep kakaknya yang natep dia balik kayak, yang bener? Hyunjin mau tanggung jawab? "Apa salahnya? Sekali-kali doang!"

"Besok aku kasih kunci apartemen barumu, hati-hati karena mereka bakal terus ngawasin kamu".

"Aku juga sebisa mungkin akan mencari tahu siapa yang sudah membocorkan lokasi kediaman kita ke jaringan gelap," Hyunjin menatap langit, "sudah malam, aku mau memeriksa dia lagi."

"Lama-lama terdengar kayak dia milikmu saja," kakaknya terkekeh.

"Maksud nii-chan, Felixnya Hyunjin?" Hyunjin tertawa, "terdengar cukup bagus".

"Hey, aku cuma bercanda loh."

"Aku serius?"

Ekspresi kakaknya langsung mengeruh, Hyunjin tertawa.

Lalu berbalik.

Kakaknya adalah orang yang paling serius di keluarga mereka, orang itu tidak akan membiarkan Hyunjin memiliki seseorang selain orang yang dijodohkan untuknya.

Hyunjin ingin protes kenapa dia lahir di keluarga ini. Lagi-lagi.

"Tunggu Hyunjin," kakaknya memanggil, "hari ini kamu jangan pergi ke sana, aku ada tugas baru untukmu". Sudah ia duga, mungkin mulai malam ini ia tidak diizinkan pergi ke tempat Lee Felix lagi.

.
.
.

"Lihat, itu Hyunjin senpai, keren sekali" para perempuan mulai membahasnya lagi di lorong sekolah.

"Dia tetap terlihat semakin berkilau, meskipun sering melihatnya akhir-akhir ini." Seorang lelaki heran memandangnya, "ada yang tahu kenapa dia berturut-turut masuk sekolah setelah tiga tahun suka bolos?"

"Tidak, kukira dia hanya ingin mengisi daftar absennya yang kosong itu, meskipun itu diperlukan karena nilai Hyunjin senpai selalu bagus"

Hyunjin yang mendengar itu semua hanya tertawa miris. Orang-orang ini kenapa suka sekali membicarakannya di belakang? Kalau suka ya tinggal bilang, kalau tidak ya bilang.

Tidak ada satupun di dunia ini yang sejujur Lee Felix.

Orang yang kalau ingin memeluk ya tinggal peluk.

"Hei, Felix!"

Lanjut.

Lanjut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Felix's Hyunjin | hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang