8

536 54 0
                                        


Bahasa baku!

Bahasa baku!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.



Where is felix?

Hyunjin mengeluarkan motornya yang ia parkir tepat di sebelah mobil ford, setelah dia periksa ternyata bahan bakarnya lumayan bersahabat.

Motor itu dinaikinya untuk membelah jalanan Tokyo. Dengan helm hitam yang menutupi identitasnya.

Dimana Lee Felix? Malam hari di Tokyo tidak selalu aman, apalagi jika yang berkuasa dalam kegelapan adalah keluarga Angsa Hitam, keluarga Hyunjin.

Hyunjin merutuki dirinya sendiri.

Kenapa dia harus peduli dengan Felix? Biar saja dia hilang seperti delapan puluh tujuh ribu orang Jepang lainnya!

Tidak akan ada yang susah payah mencarinya!

Tapi, tidak bisa.

Tidak akan bisa!

"No matter where you are, wait for me, my angel!" Desis Hyunjin ke udara.

Motornya mendengung di belokan tajam.

.
.
.

Di lain tempat, Lee Felix mendecih.

Kenapa juga dia sampai lupa kalau Jepang itu berbeda dengan Australia?

Negara ini lumayan aman, tapi entah kenapa dia jadi ingin tahu lebih jauh. Misalnya soal geng Hyunjin.

Apakah itu geng anak-anak SMA biasa yang sok sangar dan suka tawuran? Atau ternyata soal geng itu hanya rumor?

Felix sampai sengaja memakai masker hitam agar tidak dikenali. Sudah jauh-jauh ke distrik merah, dia hanya melihat orang-orang dewasa berpakaian eksentrik. Tidak ada tanda-tanda murid SMA, kalau ada pun terlihat sedang memengangi papan iklan toko, kerja sambilan.

Itu toko menjual tubuh. Pelacuran legal.

Hyunjin jelas-jelas bukan orang yang suka menyentuh dan disentuh, jadi tidak mungkin dia ada di sa—

"Argh!"

Punggung Felix menabrak sisi dalam lorong, seseorang mendorongnya ke sana. Mata Felix menunjukkan kemurkaan.

"You—"

"Sst! Diamlah, sepertinya banyak sekali yang mengincarmu!" Lelaki yang lebih pendek dari Felix ini membekap Felix dengan kuat, seakan-akan Felix akan berteriak saja.

Lelaki itu jelas membawa pistol di balik jasnya. Siapa?

Felix menepis tangan di atas maskernya itu dengan kasar. "Mengincar for what?"

"Ini area pelacuran laki-laki, kau baru pertama kali kesini?" Lelaki itu heran. "Rasa penasaran bisa membunuhmu, lebih baik kau tidak pernah datang"

"Thank you, sudah mengkhawatirkanku. Tapi bukankah kau baru lulus SMA tahun lalu?" Tebak Felix.

Lelaki itu mengernyit.

Felix berpikir, lelaki di depannya ini masih muda dan berkeliaran di area pelacuran untuk gay. Felix menebak, "Jangan-jangan kau disini juga untuk melac—"

"Minta ditabok rupanya," lelaki itu mengangkat tangannya sampai Felix meringis ngeri, meskipun dia tahu lelaki itu tidak tampak ingin menamparnya sungguhan. "Namaku Changbin, aku bertugas disini karena orangtuaku juga bertugas disini, biasa, nepotisme."

"Baru lulus SMA?" Heran Felix.

"Kau tahu darimana aku baru lulus SMA?" Heran Changbin. "Perasaan aku sudah pakai setelan yang paling dewasa?"

"Haha," Felix tertawa tidak niat. "Kau lucu juga, siapa namamu tadi? Chang— Changchang? Aku sering melihatmu pulang sekolah memakai seragam SMA umum, lewat depan toko eskrim Bahng di depan SMA Internasional Tokyo?"

"Ow," Changbin mengangguk-angguk. "Masuk akal, meski itu setahun yang lalu."

Felix mengangguk-angguk lucu.

"Lihat, sepertinya banyak yang tertarik padamu." Changbin berbisik, mereka masih di gang gelap antar toko. "Uh-oh~"

Beberapa orang berkerumun menuju lorong.

"Berdoalah pada Tuhan, semoga selamat" bisik Changbin, gilanya, orang itu tertawa.

Felix tertawa juga. Menyeramkan sekali tawanya, sarkas.

Sekitar lima orang memasuki lorong.

"Hei, apakah namamu Lee Felix?" Pertanyaan yang sama seperti pertanyaan wanita pengebom yang waktu itu di taman.

"Aku Lee Yongbok," Felix merangkul Changbin. Mata Felix menunjukkan kalau dia tersenyum.

"Ada apa, ya, onii-chan? Aku petugas disini dari klan Hakucho," Changbin tersenyum penuh.

Hakucho?

Felix memiringkan kepala, orang ini dari klan Hakucho? Mirip dengan nama di papan nama rumah Hyunjin.

"Yakuza," kata salah seorang yang disana.

"Hakucho... Yakuza?" Felix makin bingung, seingatnya... Hyunjin itu anaknya lumayan polos kok, tidak mungkin dia yakuza juga.

Salah seorang yang memakai jaket bertuliskan tanuki langsung menaikkan tangan, dia menggenggam pisau.

DOR!

Secara otomatis, tangan Felix mencabut pistol di sabuk Changbin dan menembakkannya ke langit.

Gertakan itu berfungsi, lima orang yang berkumpul itu sedikit merendahkan badan dan berhati-hati.

"Ah," Felix menatap pistol di tangannya, lalu ke Changbin yang menatapnya tidak percaya. "Yakuza tidak memakai peredam suara? Kukira pakai."

Pertanyaan itu membuat orang-orang disana terkejut.

Apalagi ketika Felix langsung menodong ke arah mereka.

Lanjut.

Seo Changbin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seo Changbin. Korean-Japanese. Yakuza. Head of District 9.

Rate T+ dah M buat blood and violence

Felix's Hyunjin | hyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang