Hyunjin itu mafia, sedangkan Felix cuma murid SMA biasa.
...Benarkah?
Hyunlix
Hyunjin! Mafioso Student
Felix! Foreign Student
Shounen Ai
Fluff PG-13
1# Hyunlix 22.6.22
1# Hyunlix 22.11.2
1# Hyunlix 23.1.5
"Aku nggak ngerti janjiannya dimana jadi aku nunggu di sini," jelas Felix. Takut-takut.
"Kalo aku nggak bilang dimana, itu artinya di taman kah?" Tanya Hyunjin retorik, bener juga dia.
Felix ngegeleng.
"Ayo pergi!" Hyunjin balik badan begitu aja.
"Iya, maaf" Felix minta maaf deh jadinya.
Sampelah keduanya di tempat parkir, ada motornya Hyunjin yang terpampang mencolok. Hyunjin akhirnya naik.
"Aku juga naik?"
Hyunjin diem aja, natep Felix seolah ngomong –yang bener aja, masih nanya kamu?
"Oke," Felix yang nggak pake helm, dan kayaknya Hyunjin juga nggak peduli Felix pake helm apa nggak, naik di belakang Hyunjin, meluk pinggang Hyunjin.
Motor itupun gerak ngelaju di jalanan Tokyo. Seumur tiga tahun Felix di Jepang, ini pertama kalinya dia naik motor keliling Tokyo.
Angin pagi yang dingin kerasa nampar wajahnya.
Sampailah dia di kediaman keluarga Hwang(?), yang di papan depannya malah bukan tertulis nama keluarga Hwang, tapi keluarga Hakucho.
Hah?
Felix ngernyit.
Oke, salah rumah kayaknya.
Motor itu parkir disana.
"Turun," dingin Hyunjin.
Felix pun turun dengan cepat, sat-set-sat-set, takut dimarahi Hyunjin lagi. Bener ini nggak salah rumah?
Hyunjin turun, buka helmnya sama sarung tangan, ditaruh seadanya di atas motor.
Felix kaget.
Ya gimana nggak kaget, di dagu Hyunjin ada luka yang udah diurus, di tangannya lagi lebih parah.
Tapi Felix nggak mau nanya, nanti di pelototin sama Hyunjin kan nggak seru.
Dia ikut aja pas Hyunjin masuk ke dalam rumah tradisional Jepang itu, Hyunjin terobos meski banyak orang ngelewatin dia. Felix jadi bingung sambil pegangin erat taiyakinya.
Ini rumah siapa?
Pas Hyunjin duduk di depan meja pendek, di atas karpet tatami, Felix ikut duduk.
Melongo pas lihat kertas manila di atas meja yang udah penuh coretan, itu saraf manusia loh! Saraf yang sebanyak itu, udah digambar semuanya!
"Nilai kelas senimu aku kurang suka, jadi aku yang bagian gambar." Hyunjin natap Felix.
Tidak bersahabat seperti biasa. Apalagi kata-katanya.
"Bawa buku catatan nggak?" Tanya Hyunjin.
"Nggak," Felix ngegeleng, tapi buru-buru tambahin— "Aku hafal kok!"
"Baguslah," Hyunjin senyum.
Emang bentar, tapi Felix sempat lihat. Bagus juga kalo orang ini senyum setiap hari kayak gitu, kan nggak perlu bikin orang jantungan ketar-ketir.
Dalam diam, Felix nulis nama-nama saraf sesuai yang dia sudah hafal, Hyunjin natep tiap gerak-geriknya. Sekarang Felix ngerasa semua pergerakannya lagi dinilai sama Hyunjin.
Seolah Hyunjin juga sudah hafal semua nama-nama aneh itu dan ngelakuin ini cuma buat ngetes Felix.
Tangan Felix berhenti gerak.
"Kenapa?" Tanya Hyunjin.
"Aku bawa jajan, keburu dingin, makan gih" tunjuknya ke sebungkus taiyaki yang di atas meja.
Hyunjin kelihatan mau nolak, tapi dari wajahnya juga dia kayak laper gitu.
"Kamu belum makan kan? Kamu aja".
"Belum sih," Felix ngelanjut nulis. "Kamu juga kan?"
"Sok tahu," kata Hyunjin.
"Makan atau aku berhenti nulis?"
"Oke, sini biar aku yang nulis," Hyunjin nggak asik. Felix akhirnya nyerah maksa dan terus ngerjain.
Krik-krik, hening beberapa saat.
SRRRK! Pintu geser dibuka.
"Hyunie, mochiku kamu bawa kemana?"
Muncullah cowok yang jelas lebih tua dari Hyunjin, lebih tinggi sedikit dari temen sekelas Felix yang tinggi itu, gantengnya juga nggak kalah dari Hyunjin.
"Nii-san!"
Itu bahasa jepangnya kakak laki-laki.
Hyunjin buru-buru berdiri dan ngedorong orang itu keluar.
"Loh? Kok? Itu temenmu kan? Kenapa aku harus keluar?" Itu suara abangnya Hyunjin.
Nggak lama kemudian Hyunjin masuk lagi, duduk. "Nggak usah dipedulikan, kalau besok-besok kamu ketemu dia nggak usah dianggep" katanya dingin.
"Oke?" Bingung Felix. Kebetulan dia baru selesai ngerjain tugasnya. "Nih," Felix julurin tangannya nyebrang meja.
Di tangannya ada taiyaki, di depan muka Hyunjin.
"Nggak mau," Hyunjin mundurin wajahnya.
Felix sampai naik ke atas meja, jarinya nyentuh bibir Hyunjin biar ngebuka, dia paksa makan tuh anak tsundere.