PINDAH

0 0 0
                                    


Haloo guys, aku up lagi nih, selamat membaca...

*  * *

Mereka sedang berkumpul di ruang keluarga atas keinginan Langit. Sepertinya ia ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting.

"Ada apa kamu kumpulin kita?" tanya Leo

"Langit mau ajak Aludra ke jakarta"

Deg

"Ma-maksudnya?" tanya Mega. Kalo si Aludra di bawa, nggak ada mainan lagi dong, entar gue ngebully siapa coba? Batinnya

"Saya akan membawa Aludra ke jakarta. Tanah kelahirannya" ucapan tegas Langit yang sepertinya tidak ingin di bantah

"Kami akan ikut. Lagi pula, Papah juga mau ngajak kalian pindah karna Papah ingin bekerja sama dengan sahabat Papah" kata Leo

"Nggak usah. Langit bisa jaga Aludra sendiri" tegas Langit

"Kamu? Ngejaga Aludra? Lawak! Bisa-bisa Aludra masuk komplotan kamu yang nggak guna itu" ucap Leo dengan nada mengejek "lagi pula, emang kamu bisa nafkahin Aludra, heh?"

Sedangkan Aludra, ia hanya menunduk dan memegangi tangan Langit

"Saya bisa nafkahin Aludra, didik dia, bahkan nyekolahin dia"

"Dapet uang dari mana kamu? Malak? Nyuri?" Leo lagi-lagi merendahkan Langit

"Itu buka urusan anda" tekan Langit. Lalu Langit berdiri dan menarik tangan Aludra

"Tunggu" langkah mereka terhwnti karna mendengar seseorang. Ia lalu memegang pergelangan tangan Aludra "jangan baaa putri saya, saya mohon"

"Ck. Bukannya anda yang menyiksa adik saya, sampai membuat adik saya terluka?" Langit sudah muak dengan mereka semua, sehingga ia sudah lupa untuk menghormati kedua orang tuanya

"Saya mohon...hiks, saya menyesal telah melakukan itu semua...hiks" Mawar kini telah berlutut di hadapan Langit dan Aludra

"Mah, jangan kaya gini, berdiri Mah" Aludra membantu Maaar berdiri

"Saya mohong Langit, jangan bawa putri saya..., saya minta maaf karna ke khilapan saya, saya sudah membuat putri saya terluka" Mawar kembali berlutut di kaki Langit

"Mamah" Mega dan Melani kini mendekat ke arah Mawar dan ingin menyadarkan mamahnya itu. Apa-apaan ini? Mamah sampe berlutut demi si bandoh? What? Batin Mega "Mah ayo berdiri, jangan kaya gitu Mah" ucap Mega

"Nggak nak, Mamah bener-bener nyesel. Mamah-"

Bruk!

Belum sempat Mawar menyelesaikan ucapannya, ia malah jatuh pingsan

"MAMAH!" pekik ketiganya kompak

"Mawar!" Leo mendekat dan mengangkat tubuh Mawar dan meletakan Mawar di sofa

"Tunggu! Aludra ngambil minyak kayu putih dulu" lalu Aludra berlalu untuk mencari barang tersebut

"Mamah...." Mawar dan Mega langsung memeluk tubuh Mawar yang tertidur di sofa

"Hey, jangan nangis, Mamah cuma Ekting" bisik Mawar

Mereka langsung tersadar. Tapi mslanjutkan menangis. Lebih tepatnya, air mata buaya

"Kak, Dek. Ini minyaknya" Aludra menyerahkan minyak kayu putih tersebut pada Kakaknya dan berdiri di samping Langit yang bersedekap dada

"Mau berangkat kapan?" tanya Langit

Aludra menoleh ke arah Langit dan menateapnya tajam "Bang! Mamah lagi pingsan loh. Bisa bahasnya nanti nggak?" tanyanya dan mendapat anggukan dari Langit

"Ekh....Aludra..., sayang?" Mawar mulai melakukan Ektingnya kembali

"Iya Mah? Aludra disini" Aludra langsung mendekat pada Mawar

"Sayang...jangan tinggalin Mamah...." Mawar lalu memeluk Aludra "jangan kira saya melakukannya dengan tulus. Saya melakukan itu agar Mega, Melani, dan saya bisa membully kamu Aludra" bisik Mawar

Aludra tersentak mendengan bisikan dari Mawar. Jadi, ini nggak tulus ya? Ludra kira benerran Mamah udah sayang sama Aludra batinnya

"Jadi, kamu suruh Langit untuk nggak bawa kamu. Atau, biarkan kita ikut. Ngerti?" bisik Mawar lagi

"Iya, Aludra ngerti"

Mereka lalu melepas pelukannya

"Maafin Mamah sayang..."

"Iya, Mah"

Dert..dert..

Langit yang mendengar ponselnya berdering, tanda ada yang meneleponnya. Ia pun segera pergi dan menjauh

"Kamu denger perintah saya? Jika kamu berani memberi tau Langit, habis kamu!" ancam Mawar

"Iya, Mah. Aludra ngerti"

"Dra, kita harus berangkat sekarang. Temen Abang udah nungguin"

"Bang, kalo Aludra nggak pergi, boleh nggak?"

"What? Why?"

"Aludra mau sama mereka, Bang"

"Kalo gitu kita ikut aja, gimana?" tanya Mega

"Iya, gue setuju. Kita ikut ya Mah, Pah" sahut Melani

"Iya, kalo mereka pergi, Ludra juga pergi. Boleh kan, Bang?" tanya Aludra, meskipun ia terpaksa melakukan itu.

Langit memutar bola matanya malas "yaudah, kalo lo mau mereka ikut" ucap Langit pada Aludra

"Kemas barang kalian. Ambil yang penting aja" perintah Leo. Aludra tidak perlu mengemasi barangnya, karna sedari malam ia sudah menyiapkannya

"Pah, kita duluan aja" kata Langit

"Iya, nanti kamu serlok aja" Langit mengangguk dan berjalan keluar dengan koper milik Aludra di tangannya dan Aludra  di sampingnya.

"Sory, udah nungguin lama ya?" Langit sudah duduk di samping temannya, di depan bersama temannya. Sedangkan Aludra di belakang

"Santai aja" jawabnya

"Tumben lo mau di suruh" Langit mulai membuka obrolan dengan temannya

"Terpaksa" jawbnya

Kaandra Malik Mubarok, adalah sahabat Langit sekaligus inti ELGA. ia sering di panghil Kaan, atau Gus Kaan. Karna ayahnya memiliki pesantrenan yang besar, dan ibunya seorang dokter.

Langit hanya mengangguk. Keheningan pun mulai mereka rasakan kembali saat tidak ada yang membuat obrolan. Sampai beberapa jam kemudian mereka telah sampai di rumah Langit

"Thanks, An" Kaan hanya mengangguk dan menjalankan mobilnya kembali untuk pulang, atau ke markas

"Wow, ini rumah lo?" Aludra sampai tak berkedip melihat rumah milik Kakak laki-lakinya

"Hm" Aludra kagum melihat rumah Langit. Memiliki rumah dengan 2 lantai dimasing-masing bangunan, serta halaman yang luas, terdapat 2 kolam ikan disana dengan pepohonan yang tumbuh disekelilingnya juga terdapat 1 lift yang bisa membawa mereka ke lantai atas atau bawah dengan mudah. Itu baru depan, belum belakang

"Wah, ini si gede banget. Rumah Papah aja nggak segede ini, loh"

"Huh, percuma gede, kalo isinya cuma gue sama Art" ucap Langit. Memang benar banyak pegawai di sana, mulai dari satpam, tukang kebun, dan banyak lagi "Lagian gue jarang pulang"

"Kalo rumah yang dulu di mana?" tanya Aludra

"Di jual"

* * *

Hallo, ketemu lagi nih. Ini cuma info aja, Aludra emang aslinya di jakarta, tapi ayahnya pindah karna satu alasan. Itu adalah....

Rahasia

Baaay, jangan lupa vote and comen ya

SIONALUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang