Rumah Sakit

0 0 0
                                    

Hai, aku kembali lagi. Menurut kalian ini cerita kaya yang di indosiar nggak si? Yang kumenangis.... atau Azab atau apa gitu, solanya katanya sigitu😅, tapi sumpah nggak bermaksud! Aku buat cerita ini karna mau ngelampiasin kekesalan aku, jadi ini dikutip dari kisah nyata, tapi cuma setengah nggak semua gitu

Oke selamat membaca, jangan lupa vote sama coment

* * *


Langit dan Sion terus berlari memasuki lorong rumah sakit setelah Kaan memberitahu mereka bahwa Aludra masuk UGD. Untungnya tadi mereka sempat menayakan kamar Aludra jadi mereka tidak kesulitan untuk mencarinya

"An, gimana keadaan Aludra?" panik Langit

"Waalaikumsalam" ujar Kaan mengingatkan dua sahabatnya

"An! Nggak perlu kaya gitu dulu! Ini tuh lagi serius, An" kesal Langit

"Sekhawatir-khawatirnya lo, lo tetep harus mngucapin salam! Emang cuma ngucap 'asalamualakum' bisa ngabisin waktu 1 jam, atau 1 menit? Nggak!"

"Oke fine, asalamualaikum" tekan Langit ditengah-tengah kalimat "Sekarang kasih tau gue gimana kronologinya Aludra bisa sampe masuk rumah sakit, bahkan masuk UGD?"

"Gue nggak tau, tadi gue lagi nyetir terus tiba-tiba Aludra datang dari arah jam 6"

Flesebekc on

Kaan baru saja pulang dari markas setelah panggilan dari Abinya terus saja meminta dirinya pulang

"Iya Dek, Abang minta maaf. Karna Abang kalian nunggu, maaf ya. Solanya tadi ada urusan penting"

"Iya Bang, tapi cepet kesini" ucap orang disebrang sana "Oh iya, pulangnya kepesantren aja, jangan kerumah solanya Abi sama Umi lagi pergi"

"Pantes aja, Abang terus diminta pulang"

"Iya, soalnya katanya nemening kita"

"Tapi kalian takut nggak?"

"Nggak lah, masa iya takut, takut kenapa coba?"

"Iya deh, adek abang yang paling-astagfirulloh"

"Kenapa, Bang?"

"Dek, Abang nabrak orang" panik Langit

"Loh, Abang nelepon sambil nyetir?"

"Iya, nanti Abang telepon lagi ya, asalamualaiku"

Tut..tut..tut..

Kaan segera turun dari mobil, dan menemukan orang itu adalah...

"Aludra?!" Kaan segera mendekati Aludra yang sudah tidak sadarkan diri

"Ada apa ini" para warga berbondong-bondong melihat keadaan Aludra

"Pak tolong bantu saya bawa temen saya" ujar Kaan. Para warga langsung menganggkat Aludra kekursi belakang

"Kamu harus tanggung jawab dong! Anak orang hampir mati gara-gara kamu!" seorang warga tersulut emosi melihat keadaan Aludra yang sangat naas, padahal itu sepenuhnya kerjaan sipsikopat gila, mengapa mslah menyalahkan Kaan?

"Tenang pak, saya pasti akan tanggung jawab" Kaan melepas cengkraman bapak-bapak tadi dari kerah bajunya "lagipula, saya mengenalinya, jadi tidak usah khawatir"

Kaan memasuki mobil dan menjalankannya

Flesebekc of

Langit menghembuskan napasnya kasar. Bagaimana bisa Aludra berada dijalan sendirian, bukankah tadi Langit menyuruh Aludra ikut dengan yang lain? Tapi bagaimana bisa Aludra berada dijalan sepi nan gelap apalagi sendirian

"Kalian bisa pulang, ini udah jam 00.30" ujar Langit memberitahu setelah melihat arlojinnya

"Gue bakal nemenin lo, lagian gue tadinya izin nginep dimarkas" Sion bersuara

"Gue juga, lagian gue mau tanggung jawab, gue paling nggak suka orang yang lari dari masalah"

Langit hany mengangguk sebagai jawaban sebagai permintaan kedua sahabatnya.

Setelah menunggu hampir 2 jam, dokter baru keluar dan langsung dihadang oleh ketiga remaja itu

"Kalian keluarganya?" tanya dokter itu

"Saya Abangnya, Dok"

Dokter itu mengangguk "Pasien mengalami luka dalam, tapi untungnya tidak apa-apa, dan sekarang bisa dialihkan keruang inap"

Mereka bernapas lega mendengar ucapan dokter tadi. Untung Aludra sudah terbiasa, jika tidak maka akanmengalami koma, bahkan kematian. Bahkan keluarganya bisa lebih dari ini.

"Kalo begitu, saya permisi dulu" pamit dokter

"Mau dikamar mana Kak?"

"Atas nama Kaandra Malik Mubarok" Kaan mengeluarkan kartu namanya

Suster itu tertegun ketika melihat kartu nama yang Kaan sodorkan "Tu-tuan? Maafkan saya, saya kira itu bukan tuan Malik" suster itu terlihat sangat gugup "Kalo begitu, saya akan menyiapkan kamarnya"

* * *

"An, lo pulang aja, bukannya Adek lo nungguin?" ucap Langit. Mereka sedang dikursi ruang rawat Aludra

"Tapi gue mau-"

"Pulang An, kalo Aludra tau lo ninggalin Adek lo demi tanggung jawab karna nabrak Aludra, dia bakal marah" Potong Langit "segini juga udah cukup dan makasih mau tanggung jawab"

Kaan hanya diam memperhatikan Aludra yang terbaring dikasur yang tersedia diruangn khusus keluarga Mubarok.

"Ini perintah dari wakil ketua lo" tegas Langit "Kalo lo ngebantah, siap-siap kena hukuman"

"Yaudah, gue pulang sekarang" ketus Kaan "Asalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab keduanya serempak

"Lo juga-"

"Gue mau disini, dan ini perintah dari ketua" ucapan Langit terpotong karna suara Sion yang terdengar tidak ingin dibantah.

* * *

"Nggak, aku nggak mau" seorang anak terus menggeleng dengan apa yang diperintahkan oleh Bundanya

"Sayang, keluar ya?" bujuk Bunda anak itu

"Aku nggak mau, aku mau sama, Nda" tolak anak itu

"Iya, kalo kamu udah keluar, nanti Bunda nyusul kamu, Ya?" Bundanya tetap memaksa agar dia keluar

"Nggak, kita barengan aja keluarnya" rengeknya

"Sayang, dengerin Bunda, nanti Bunda nyusul kamu, kok" ucapnya lembut "Sekarang, dengerin Bunda. Kamu kebelakang bagasi, terus buka pintunya. Kamu keluar lewat sana, ya?"

"Tapi janji ya, kalo aku udah turun, bunda juga ikutan turun" Bundanya hanya mengangguk. Anak itu merangkak kebelangang, saat hendak dibuka...

Trek...tek..tek

Byur

* * *

Terima kasih untuk yang setia nggak kaya sidia, karna tetep baca meskipun ceritanya jelek kaya aku. Pokoknya i love you lah buat reders. I love you geber-geber tangkal cikul, we lah😘

Oh iya, disini banyak yang bermuka dua gess, jadi jangan tertipu sama sifat baiknya, segitu aja dari akoh, bayy

SIONALUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang